Iko ado Artikel ambo ambial dari subalah, cubo di baca dan di inok
inik an. Mudah mudahan lai sapandapek.

Setelah kontes idol-idol remaja yang pamornya semakin tergusur karena
satu dan lain hal, Idola Cilik muncul memberi warna baru pada tayangan
TV Indonesia. Dengan peserta anak-anak usia 7 - 12 tahun, pihak
stasiun TV, dalam hal ini RCTI, berusaha menjaring potensi olah vokal
adik-adik kita. Tak terhitung banyaknya calon peserta yang mendaftar
untuk audisi, berharap terpilih agar bisa tampil di panggung
pertunjukkan di Jakarta.

Boys and Gals, menjadi terkenal dan banyak uang adalah jawaban seragam
yang diberikan oleh adik-adik kita yang begitu bernafsu mengikuti
audisi (mungkin juga atas desakan dan dukungan ortunya). Jika ini yang
dituju, maka rusaklah generasi mendatang.

Adik-adik lugu, tapi…

Usia yang dibidik pihak produser adalah usia dini yang masih sangat
labil. Usia yang masih hijau untuk mengerti sebuah makna idola dan
diidolakan. Pada usia ini anak-anak cenderung pasrah akan dibentuk
menjadi apa dan siapa oleh orangtua dan lingkungannya.

Anak-anak adalah kertas putih yang polos dan bersih. Ia akan mudah
sekali ?ditulisi’ oleh sesuatu: bisa baik dan buruk. Ia akan menerima
apa saja yang diberikan oleh orang lain terhadap dirinya. Daya tolak
mereka lemah sekali.

Anak-anak ini mudah sekali menjadi korban hasrat orangtua yang
terpendam. Bila orangtuanya tidak bisa menjadi terkenal, maka anaknya
saja yang dipersiapkan menjadi selebritis. Bila orangtuanya tidak bisa
bernyanyi, maka anaknya saja yang diikutkan les menyanyi dan ikut
lomba ini dan itu agar menang dan terkenal. Syukur-syukur ada produser
yang tertarik untuk mengajak rekaman. Lebih hoki lagi bila ada pencari
bakat yang mengajak anaknya main sinetron. Wuih…pundi-pundi uang
orangtuanya bisa dipastikan akan penuh sesak tuh.

Lucunya, saat ada orang yang peduli dan prihatin dengan kondisi ini,
malah dengan entengnya orangtua si anak yang sudah silau dengan uang
menjawab, “Ah, itu kan pendapat orang-orang yang iri dengan
popularitas anak saya. Itu karena anaknya tidak mempunyai kesempatan
untuk menjadi kaya dan terkenal.”

Orangtua seperti ini tak lagi memikirkan kebutuhan anak. Kebutuhan
asasi yang dipunyai seorang anak adalah kebutuhan bermain dan
berkembang dengan maksimal dalam koridor yang positif. Bagaimana
mungkin seorang anak bisa berkembang dengan alami dan maksimal bila
sejak kecil ia sudah berkenalan dengan sejumlah make-up, dandanan
meniru orang dewasa, aktivitas bejibun seputar konser sana-sini,
pemotretan dan syuting sana-sini, dll.

Anak-anak ini kehilangan ruang pribadinya, waktu bermain dan mudah
stres atau tertekan karena berada di area dewasa secara mendadak.
Apalagi bila umur popularitas itu tak bertahan lama, maka hal ini akan
menyebabkan si anak merasa kehilangan perhatian dari khalayak. Peran
orangtua dalam hal ini sangat besar dalam membentuk kepribadian anak,
apakah akan menjadi sosok rapuh dan semu ataukah menjadi pribadi yang
tangguh dan kokoh.

Adik kecil sebagai korban

Idola Cilik menciptakan sebuah dunia lain yang penuh imitasi, semu,
dan palsu. Anak-anak pun menjadi besar dalam balutan tubuh yang kecil.
Mereka dipaksa menjadi dewasa sebelum waktunya. Mereka menjadi ?orang
dewasa mini’. Menurut seorang psikolog perkembangan anak dari UI, anak-
anak seperti ini mengalami loncatan kehidupan dari bermain menjadi
bekerja. Gimana nggak, bila sebagian besar waktu mereka habis di
lokasi syuting mulai dari persiapan konser, latihan-latihan,
permintaan iklan, rekaman untuk nada sambung, atau bahkan main
sinetron. Nggak jarang mereka harus bekerja hingga larut malam bila
jadwal sudah sedemikian padat. Tak peduli badan yang sudah sangat
lelah hingga suara serak dan habis, jadwal syuting harus tetap
dijalankan.

Mereka menjadi produk karbitan demi nafsu serakah oknum-oknum budak
kapitalis. Gimana nggak, lagu-lagu yang mereka nyanyikan adalah lagu
yang sangat tidak sesuai dengan usia dan perkembangan jiwa anak-anak.
Di bawah ini saya kutip dari sebuah mailing list yang prihatin
terhadap fenomena idola cilik ini. Berikut tingkah mereka:

“Tak pelnah kulagu dan slalu kuingat kelingan matamu dan sentuhan
hangat. Saat itu aku telbawa cinta. Menghilup lindu yang sesakkan
dada.. [dinyanyiin sama keponakannya Mona Ratuliu, Kisha]

Yang lebih mengenaskan adalah lirik lagu di bawah ini yang dinyanyikan
dengan cadel pula: “Otakmu seksi, itu telbukti dali calamu memikilkan
aku. Bibilmu seksi, itu telbukti dali calamu mencium pipiku. Kamulah
mahluk Tuhan yang telcipta yang paling seksi. Cuma kamu yang bisa
membuatku telus menjelit. Aw aw aw ah ah ah…aw aw aw ih ih ih …” Ancur
deh!

Jangankan dinyanyikan oleh anak kecil, sedangkan judul lagunya aja
sudah cukup untuk bikin kita merinding. Belum lagi aksi penyanyi
aslinya di video klip yang udah terkategori pornografi itu. Bisa
dipastikan adik-adik kecil itu telah menontonnya berulang-ulang
sebelum akhirnya bisa menghapal lirik lagunya. Sedih rasanya
memikirkan sosok generasi mendatang bila fenomena seperti ini yang
dijadikan idola.

Sungguh menggiriskan hati. Adik-adik kita menjadi korban dari sebuah
gaya hidup fana dan semu. Masih belum puas merusak remaja, perempuan
dan ibu atau mama kita dieksploitasi sedemikian rupa, eh adik-adik pun
dimangsanya pula. Bukan tak mungkin esok atau lusa, nenek-nenek kita
atau bahkan bayi-bayi yang imut diembat juga selama itu bisa
mendatangkan materi. Dasar kapitalis!

Materi ini pula yang menjadi penyangga gaya hidup semu ini. Karena
sesungguhnya ideologi yang diemban juga nggak jauh-jauh dari sini,
Kapitalisme. Kapital atau modal adalah hal yang dikejar dan dipuja
melebihi apapun juga. Ditunjang dengan akidah berupa sekularisme
(pemisahan agama dari kehidupan), klop sudah ideologi ini merajalela
melahap generasi muda untuk menuju jurang kebinasaan. Duhh… akankah
semua ini dibiarkan saja?

Idola cilik sejati

Dunia anak adalah dunia bermain, berteman dan belajar memahami sesuatu
dari sudut pandang yang baik saja. Nggak boleh mengganggu teman, patuh
pada orangtua, rajin belajar demi cita-cita, dan yang utama adalah
mengenal Allah dan RasulNya. Inilah seharusnya dunia anak-anak. Dunia
yang dibangun penuh keceriaan di atas fitrah kanak-kanak mereka, tanpa
polesan yang akan merusak jiwa mereka.

Peradaban yang dibangun di atas pondasi yang rusak pastilah
menghasilkan generasi semu seperti halnya adik-adik kita di atas.
Peradaban yang dibangun di atas pondasi kuat dan kokoh, pastilah
menghasilkan generasi tangguh dan kuat pula. Peradaban mulia ini
adalah Islam dengan segenap kisah anak-anak teladan yang seharusnya
menjadi idola sejati adik-adik kita.

Ali bin Abi Thalib adalah seorang sahabat Rasulullah yang paling muda.
Beliau ini masuk Islam di saat usianya masih 8 tahun. Saat itu ia
datang ke hadapan Rasulullah untuk menyatakan dirinya beriman pada
Allah dan RasulNya. Tapi Rasulullah sempat menyuruhnya pulang untuk
meminta ijin kepada kedua orangtuanya lebih dulu karena usianya yang
masih sangat belia. Namun apa jawab Ali ra?

“Ya Rasulullah, bila dulu Allah menciptakanku tidak perlu izin dari
kedua orangtuaku, mengapa pula ketika aku ingin beriman padaNya harus
meminta ijin pula?” Keren jawabannya!

Tidak berhenti di situ aja, setiap Rasulullah saw. berceramah dan
menyampaikan wahyu serta mengadakan majelis ilmu, Ali bin Abi Thalib
yang masih sangat imut itu selalu berada di barisan terdepan untuk
mendengarkan. Ali pun menjadi tempat rujukan para sahabat lain yang
usianya jauh lebih tua bila mereka menginginkan pendapat dan nasihat.

Bila di kalangan cowok ada anak-anak sekaliber Ali bin Abi Thalib, di
kalangan cewek ada sebuah nama indah yaitu Asma binti Abu Bakar.
Beliau ini dijuluki sebagai Dzatun Nithaqain atau wanita yang memiliki
dua ikat pinggang. Itu karena ikat pinggang yang biasa dipakainya, ia
belah menjadi dua supaya beban yang ada di atasnya menjadi ringan dan
bisa digunakan untuk menyembunyikan makanan dan minuman yang akan
dibawa ke gua Hira untuk Rasulullah saw. dan ayahnya ketika hijrah.

Tidak itu saja, ketika Asma masih kanak-kanak pun, jiwa keberanian itu
telah nampak pada dirinya. Satu hari, Abu Jahal mendatanginya untuk
membujuknya agar mau membuka rahasia di mana posisi ayahnya berada.
Tetapi meskipun ia masih kecil, rasa tanggung jawab telah kokoh pada
dirinya. Ia tahu apa pun yang keluar dari bibirnya, hal itu akan
membahayakan posisi ayahnya dan Rasulullah saw., maka ia memilih diam
ketika ditanya dan dibujuk oleh Abu Jahal. “Saya tidak tahu”, adalah
jawaban yang diberikannya. Karena keteguhannya memegang tanggung
jawab, Abu Jahal pun menampar Asma dengan keras hingga anting-
antingnya jatuh. Subhanallah banget tuh!

Bandingkan dua kisah ini dengan ?perjuangan’ adik-adik kita di Pentas
Idola Cilik. Bila sudah, sekarang bayangkan masa 20 tahun ke depan
ketika mereka ini sudah menjadi besar dan dewasa. Jangan heran bila
kondisi bangsa ini tak akan pernah bangkit bila bibit yang ditanam
adalah selevel Idola Cilik yang di benaknya cuma popularitas semu dan
uang. Jangan heran pula bila nantinya mereka memegang tampuk jabatan
sebagai pimpinan negara, maka popularitas dan uang pula yang menjadi
tujuan, bukan kesejahteraan rakyat.

Apa peran kita?

Kita nggak akan pernah rela membiarkan perusakan generasi ini berjalan
mulus-mulus saja. Kita nggak mau dong adik-adik kecil kita menjadi
mangsa kaum kapitalis yang cuma uang dan materi saja tujuannya. Harus
ada langkah nyata dilakukan untuk perubahan.

How? Mulai dari diri sendiri dulu dengan sadar bahwa ini semua adalah
perangkap dan bagian dari penjajahan bentuk halus. Terus, sadarkan
adik-adik kita, keponakan-keponakan kita, anak-anak tetangga plus
ortunya tentu saja. Karena yang namanya anak kecil, pembinaan utama
masih di tangan orangtua dan guru bagi yang sudah sekolah. Bisakah
dikerjakan sendiri-sendiri? Kayaknya nggak mungkin deh. Kita butuh
berjamaah, kita butuh bekerjasama, kita butuh saling percaya, dan kita
butuh persatuan. Semua itu hanya ada dalam ikatan akidah dan ukhuwah
Islamiyah yang kuat nan kokoh.

Yuk, kita sama-sama bahu-membahu untuk menyadarkan umat. Kita
campakkan kapitalisme dan sekularisme, terus ambil Islam saja sebagai
solusi pembentukan generasi cerdas dan berkualitas. Idola cilik sejati
kita persiapkan sejak dini supaya kelak, mental dan karakternya kuat
dan tangguh dalam balutan akidah Islam dan tuntunan syariatnya.

di ambiak dari :
http://www.gaulislam.com/mencari-idola-cilik-sejati/

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
===============================================================
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Hindari penggunaan reply utk topik/subjek baru
===============================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED]

Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke