Catatan Sejarah PRRI dalam konteks Minangkabau:
   
  Datuk Endang Yth.
   
  Ide pembuatan situs PRRI seperti yang ditampilkan Permesta saya kira 
membutuhkan tujuan dan sumberdaya yang khusus (tenaga admin dan dana 
pembuatan/pengelolaan/update). 
   
  Di sinilah masalahnya, siapa yang akan melaksanakan pekerjaan rutin ini ?
  Berlainan dengan Permesta, maka setahu saya tidak ada organisasi para bekas 
pelaku PRRI /orang Minang untuk meneruskan cita-cita/ide atau semacam 
organisasi kangen-kangenannya. 
   
  Mungkin bagi mereka tak bermanfaat lagi mengenang cerita lama. 
  Menurut saya hal semacam ini telah sesuai dengan sifat urang Minang yang 
berpedoman pada petuah adat:
  Di maa somak, di situ disiangi dan Haruih-dalam tak buliah senteang, 
patuik-senteang tak buliah dalam.
   
  Ini bukan berarti kita tak acuh terhadap kejadian-kejadian masalalu, buktinya 
pada penulisan buku biografi Ahmad Husein, sejarawan Mestika Zed dan Hasril 
Chaniago dibantu oleh panitia yang beranggota 26 bekas petinggi PRRI dari 
Sumbar, Jakarta, Bogor dan Bandung. 
  Dari segi isi/materi buku tsb sudah sangat lengkap. 
   
  Bisa saja isi buku ini kita aplikasikan dalam bentuk situs PRRI, tapi mungkin 
masih ada pihak-pihak yang gatal kupingnya mendengar kata PRRI bila 
dipublikasikan ke seluruh dunia sebagaimana juga diantara kita ada memiliki 
rasa dendam sejarah terhadap rezim Soekarno. Hal-hal semacam ini bisa merusak 
persatuan Indonesia. 
   
  Pergolakan PRRI adalah perang saudara antara rezim Soekarno dengan Daerah 
Bergolak, dimana peperangan tersebut telah kita menangkan walaupun pejuang PRRI 
kalah dalam pertempuran-pertempuran bersenjata ketika peperangan dimulai.
  Itu disebabkan karena Urang awak memang bukan "manusia pacakak" tapi "manusia 
pasilek".
   
  Kini yang penting bagi kita ialah menepis fitnah kepada bapak-bapak, ibu-ibu, 
mamak-mamak kita yang telah mengorbankan segalanya untuk melaksanakan cita-cita 
yang diyakininya benar. 
  Mungkin yang paling bisa dikerjakan saat ini ialah mengumpulkan buku-buku, 
desertasi kalau ada, catatan pribadi tertulis dll. 
   
  Selanjutnya semua buku tsb. covernya discan, dan scanningnya serta data 
jumlah halaman, penerbitnya, harga dikirimkan ke admin nagari.or.id (saya 
sendiri di [EMAIL PROTECTED]) walaupun toko buku maya tsb. belum beroperasi.
  Insyaalah akan ambo tampilkan pada Daftar Buku PRRI seperti di: 
http://www.nagari.or.id/tokobuku/
  Kalau buku tersebut banyak sekali maka akan diadakan katagori khusus PRRI .
   
  Untuk kisah lain yang sifatnya catatan pribadi, sebaiknya ditulis sendiri 
oleh pelaku dalam bentuk file biasa menggunakan word. Anak-anak dari para 
pelaku agar mendorong ayah mereka untuk bercerita dan mencatatnya. Selanjutnya 
catatan ini dikumpulkan oleh seseorang. 
   
  Untuk sementara, ambo bersedia menampung kiriman file-file tsb. asalkan jelas 
identitas si penulis/pelaku/foto. Nantinya kumpulan catatan/file tsb. bisa 
diterbitkan dalam sebuah buku seperti buku: 
   
  Pengalaman-catatan pribadi para pejuang Sumtera Tengah (1945 - 1949)
Penulis : 32 Orang Pelaku Sejarah
194 halaman ukuran 23 x 15 cm. Kisah-pengalaman pribadi para pejuang. 
Kisah-kisah anak manusia betapa sulitnya menegakkan kemerdekaan ini. Perlu 
dibaca semua orang Indonesia
Harga : Rp. 40.000,-
   
  Salam,
   
  Abraham Ilyas
   
  

Datuk Endang <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  
Saya sambung sedikit Pak Jamaludin dan Dr. Abraham,

Saya rasa sekarang ini saatnya secara bersama-sama untuk menuliskan dan 
meluruskan kembali sejarah PRRI, berhubung masih banyaknya para pelaku yang 
masih hidup dan kemungkinan catatan/manuskrip yang masih ada, serta rentang 
waktu yang relatif belum terlalu jauh.

Bila Pak Abraham dan praktisi IT lainnya bersedia, mungkin dapat menyiapkan 
website khusus yang merekam kejadian day-to-day serta circumstances pada masa 
berlangsungnya PRRI itu, seperti contoh Permesta itu. Penokohan hendaknya dapat 
secara obyektif, mengingat perjuangan tersebut dilakukan secara semesta. 
Sehingga tidak semata-mata tanggung jawab pada beberapa orang saja. Perangkuman 
sejarah model ini mudah-mudahan lebih mudah dicerna dan dipahami oleh generasi 
sekarang ini, sehingga dapat menghargai upaya dan peran yang dilakukan oleh 
orang-orang terdahulu yang telah mengorbankan banyak hal. Perjuangan dan 
pengorbanan itu tidaklah sia-sia, dan telah membuahkan hasil beberapa generasi 
kemudian atau kita nikmati sekarang ini. Sehingga orang Minang, sebagaimana 
disebutkan seorang tokoh, bukanlah suku bangsa pecundang karena kalah (?) dalam 
PRRI; namun justru membangun dan meletakkan dasar-dasar yang kokoh dalam sistem 
"negara kesatuan" RI.

Mohon dapat kita cermati korelasi PRRI-Permesta, yang berbeda dengan 
model-model "pemberontakan" lainnya, yang justru menghasilkan positive feedback 
bagi pembangunan bangsa. Saya menyarankan ke depan perlu dibangun aliansi 
positif antara Padang-Manado dalam rangka menjaga semangat Otda. Saya kira 
peran generasi muda cukup signifikan dalam memulai hal ini.

Wassalam,
-datuk endang

--- On Thu, 5/15/08, jamaludin mohyiddin wrote:

> From: jamaludin mohyiddin 
> Subject: [EMAIL PROTECTED] Ulasan-Re:[EMAIL PROTECTED]:Peranan CIA dalam 
> sejarah PRRI
> To: RantauNet@googlegroups.com
> Date: Thursday, May 15, 2008, 8:33 AM
> Terima kasih Datuk Endang dengan postangan ini. Menyegarkan
> semula ingatan peristiwa PRRI yang bersejarah itu.
> 
> Penulisan semula sejarah/historiographical (re)writing
> boleh di katakan satu keperluan. Terutama untuk kepentingan
> kelansungan suaatu masyarakat dan negara. Hanya, dalam
> pelaksanaann dan peresmian penulisan semula ini kepentingan
> pehak yang sedang berkuasa atau si gulungan pemerintah di
> kuatkuasakan hinggakan mengenepikan kepentingan nasional.
> Ini lah yang telah berlaku dalam zaman Orde Baru Suharto &
> ABRI. 
> 
> Dalam penulisan sejarah resmi Orde Baru banyak sekali
> penodaan fakta sejarah, penafsiran sejarah dan pemalsuan
> sejarah telah berlaku. Maka oleh kerna itu untuk membangun
> semula maruah, mertabat dan darajat Indonesia, selain dari
> pembangunan ekonomi-yakni peningkatan kemakmuran dan
> membasmi kemiskinan mutlaq
> yang wajib di lakukan-Indonesia sendiri berkewajiban
> membina semula penulisan dan penafsiran sejarah yang benar.
> Tugas ini bukan tugas perorangan. Ianya tugas yang
> melibatkan semua pehak terutama para
> cendiakawan/intellectual, para sejarawan dan para cerdik
> pandai/intelligentsia. Saya sengaja tidak memasukkan
> perwakilan dari pehak pemerentah. Tugas penulisan (semula)
> sejarah adalah tugas perwakilan dari rakyat. 
> 
> Satu ketika dahulu Pak Deliar Noer pernah menyatakan perlu
> ada kajiaan semula atau penulisan aatau penafsiran semula
> sejarah atau peristiwa Pemberontakan DI/TI pimpinan
> Kartosuwiryo. Beliau berpendapat penafsiran resmi yang di
> tulis di zaman Orde Baru banyak mengandungi fakta dan
> tafsiran yang salah. Beliau menyarankan ada kajian semula
> yang betul mencerminkan keadilan sejarah akan peristiwa
> pemberontakan DI/TI ini. Saya berkeyakinan juga pandangan
> Pak Deliar Noer ini bisa di kaitkan atau di perpanjangkan
> dengan penulisan dan
> penafsiran semula peristiwa pemberontakan PEMESTA pimpinan
> Kahar Muzakar, DI/TI pimpinan Daud Bereueh, dan PPRI. 
> 
> Telah banyak buku buku kajian dan hasilan ilmiyyah tentang
> peristiwa peristiwa bersejarah ini di tulis dan boleh di
> baca oleh rakyat. Penulisan (semula) sejarah boleh di
> kaitkan dengan menyuburkan dan mencambahkan minat membaca
> rakyat. Budaya membaca/culture of reading boleh di mulakan
> dengan usaha usaha sistematis dan berlanjutan dari
> usahasama di kalangan para penggemar ilmu pengetahuan
> sejarah, para sejarawan dan pengkaji sambilan dan penerbit
> penerbit buku. Yang patut di beri perhatian dengan
> sesungguhnya ialah bagaimana keragaman penulisan,
> penafsiran dan fahaman tentang peristiwa sejarah ini
> dimuatkan secara resmi untuk di jadikan bahan bacaan dan
> rujukan di sistem pendidikan nasional. Yang Generasi muda
> mesti didedahkan seluas luasnya dengan penulisan sejarah
> yang benar mencerminkan perjalanan sejarah Indonesia.
> Pendedahan
> maksimal ini sangat membantu usaha generasi muda membekali
> diri dan pengenalan jati diri dan penyerapan nilai nalai
> keIndonesian mereka dengan mempelajari dan mendidik jiwa
> mereka dengan historical figures and personalities dalam
> pentas sejarah Indonesia. Peribadi peribadi nasional ini
> boleh di ketengahkan kepada generasi muda sebagai
> pembimbing yang hidup dalam proses pembentukan peribadi
> mereka. Peranan role model ini tidak boleh di ketepikan
> dengan begitu mudah. 
> 
> Department pengembangan kokurikulam/Co-curriculum extension
> Sistem Pendidikan Indonesia mesti memahami aspek i'tibar
> pendidikan sejarah ini. 
> 
> --- On Thu, 5/15/08, datuk_endang
> wrote:
> From: datuk_endang 
> Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: Peranan CIA dalam sejarah PRRI
> To: rantaunet@googlegroups.com
> Date:
> Thursday, May 15, 2008, 6:22 AM








       
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Hindari penggunaan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 

Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke