Sanak Benni, kalau basuo jo Pak Dandossi Matram di tim, tolong kirimkan salam 
yo dari ambo. Ano senior awak di STAN Depkeu masuk th 81 sadangkan ambo adiak 
kelas nanbasangkutan masuak tahun 86.

Pak Dandossi ko tamasuak ancak kegiatan nan dijalankanno bisnis maupun sosial. 
Tarakhir ambo danga inyo jadi anggota Dewan Pakar Golkar

Salam hormat,

Afdal Zikri Mawardi, Ak. BKP
Registered Tax Consultant 
MUC Consulting Group | PP Plaza 3 rd Floor Jl. TB Simatupang 57 | Jakarta 13760 
Telp: +62 21 8403978 | Fax: +62 21 8403937 |  Mobile: +62 811883102 
Web: www.mucglobal.com | Email 1: [EMAIL PROTECTED]; Email 2: [EMAIL PROTECTED] 
YM ID: afdalzikri | Blackberry PIN: 242F117B

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: "benni_inayatullah" <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Fri, 11 Jul 2008 09:59:32 
To: <rantaunet@googlegroups.com>
Subject: [EMAIL PROTECTED] Penyebab Krisis Listrik Sumbar==> Batubaro e bajua ka
 Japang sadoalah e...



Informasi juga, saya dua hari ini mengikuti working group discusion 
yang menyiapkan pengambilalihan bisnis militer, menyuport (a lah 
garan bahaso awaknyo koha) Tim nasional yang ketua hariannya Pak Erry 
Riyana Hardjapamekas. Dari sekitar 1300 an perusahaan, yayasan dan 
koperasi yang dimiliki oleh TNI yang katanya digunakan untuk 
kesejahteraan prajurit ternyata yang benar2 disalurkan kepada 
prajurit sebanyak 400 Milyar setahun. Uang itu kalau dibagi rata 
kepada setiap prajurit berarti setiap prajurit hanya mendapatkan 
kurang dari 10 ribu rupiah perbulan.

Bagian terbesarnya tentu didapat oleh para kumendan. Nah apakah hal 
ini juga terjadi di PLN ? 

salam

Ben

--- In [EMAIL PROTECTED], Bot S Piliang <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Informasi aja...
> Saya pernah coba itung-itung, kalau semua pegawai PLN di Bali 
(kebetulan saya di PLN wil. Bali) tidak digaji selama satu bulan, dan 
uang nya cuma bisa membeli kebutuhan bahan bakar Bali selama 3 hari 
saja....
> Artinya, biaya SDM itu cuma bagian kecil dari operasional PLN.
> 
> tks
> 
> 
> 
> Riri Chaidir <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Sanak Bot,
> 
> Kalau menurut saya, baseline nya bukan untung rugi. PLN itu dapat 
tugas menyediakan listrik, jadi sediakanlah listrik itu.
> 
> Masalah rugi, itu cerita lain, toh biar rugi tetap bagi2 tantiem 
kan?
> 
>  Riri
> 
> 
> 
> 
> 2008/7/9 Bot S Piliang <[EMAIL PROTECTED]>:
>  Dulu, sewaktu kuliah saya berpikiran sama. Secara logika bisnis, 
PLN tidak mungkin rugi. 
> Tapi ternyata logika bisnis itu tidak berlaku di PLN.
> BAgaimana akan untung kalau disuruh menjual listrik dibawah harga 
pokoknya.
>  Sebagai pengetahuan saja, 1 liter Solar menghasilkan maksimal 3 
kWh. PLN diwajibkan membeli Solar ke Pertamina sesuai harga pasar 
internasional, yakni Rp. 11.000,- maka 1 kWh itu untuk modal BBMnya 
saja sudah membutuhkan uang Rp. 3.600. Sedangkan 1 kWh dijual ke 
masy. antara Rp 500 - 1380.
>  Siapa yang mau berbisnis seperti ini?
> Kalau mau, pemerintah tinggal meliberalisasikan listrik, harga 
listrik sesuai harga keekonomian, yang ujung2nya bukan membuat 
listrik lebih murah. Karena listrik memang mahal, punya variable 
penentu yakni harga energi primer yang fluktuatif, berbeda dengan 
pulsa hp.
>  Tapi intinya bukan itu Bapak, Ibu, Mamak jo Bundo ambo nan di 
palanta, tapi adalah "awareness" kita semua bahwa listrik itu adalah 
kewajiban PLN untuk  menyediakan, tapi kewajiban kita juga untuk 
menggunakan sebijak mungkin karena listrik itu memang mahal.
> Gampang saja membanding, 1 kWh cuma seharga 1 bungkus mie sedaap. 
Padahal dengan 1 kWh itu Bapak ibu sudah bisa menyetrika 3 jam.
>  Sebelumnya, saya mohon maaf atas pelayanan rekan-rekan di PLN 
Sumbar yang mungkin tidak berkenan dan kurang memuaskan.
> 
> Salam
> Bot SP
> 
> 
> 
> 
> Riri Chaidir <[EMAIL PROTECTED]> wrote:  Ha ha,
> 
> PLN saya rasa adalah perusahaan yang agak2 lucu
> 
> Dibangun dengan dana dari APBN), pasar tidak perlu dicari, pesaing 
tidak punya. 
> Kalau pelanggan melalaikan kewajiban, listrik diputus.
> Sebaliknya, kalau penyaluran listrik yang terganggu, yang salah 
adalah debit air, atau apa saja, dan sekarang lelucon terbaru: mutu 
batubara. Pokoknya, yang namanya PLN itu ga pernah salah ...
>    
> Tentang pesan untuk mengurangi pemborosan, he he lucu juga. 
Daripada menyuruh pelanggan mengganti lampu dengan LHE, mematikan 
lampu 2 biji semalam dst2 (kaya slogan jaman dulu), lebih baik suruh 
gedung2 bertingkat sepanjang jalan sudirman - thamrin mematikan lampu 
di ruangan yang tidak ada orangnya. Itu aja udah ga tau berapa puluh 
ribu lampu tuh ...
>   
> Riri
> 
> 
> 
> 
> 
> 2008/7/9 Bot S Piliang <[EMAIL PROTECTED]>:
>   Mau klarifikasi aja...
> PLTA memiliki ambang batas elevasi, dan hanya memindahkan air  
(energi kinetik digunakan untuk memutar turbin), bukan menghisap, 
karena yang digunakan adalah tenaga airnya bukan airnya. Dan sampai 
saat ini PLTA masih merupakan pembangkit listrik teraman, murah dan 
ga ada polusinya. Dan PLTA memiliki standar  elevasi dan amdal. 
>  Dari PLTA yang ada di Jawa, kekeringan bukan disebabkan oleh PLTA, 
namun karena lahan tangkapan hujan berupa hutan disekitar danau/waduk/
bendungan beralih fungsi menjadi lahan perumahan, dan industri.
>  YAng jadi PR kita saat ini adalah bagaimana mengamankan sumber-
sumber hulu air dari kedua danau tersebut, khsuusnya bukit dan hutan 
disekitar Singkarak dan Maninjau yang sudah banyak beralih fungsi 
menjadi lahan pertanian dan perumahan.
>   Mudah-mudahan kondisi ini tidak berlangsung lama. Dan mohon juga 
kepada milister di rantau net, mengajak sanak saudaranya di ranah 
untk mengurangi pemakaian listrik nya yang ga  perlu:
> - Matikan lampu yang tidak digunakan, gunakan lampu LHE (8 watt 
setara 40 watt)
>  - Gunakan alat listrik seperlu, dan hindari peralatan yang boros 
listrik, seperti magic jar dll.
> Dan lain-lain.Apabila beban konsumsi listrik berkurang maka defist 
juga berkurang dan tentu saja pemadaman bergilir juga dapat dikurangi.
>   Di  Bali, Pemda sudah mengurangi pemakaian listrik dengan 
mengurangi jam nyala lampu jalan, dan khusus di kantor2 PLN Bali kami 
melakukan audit energi. Mudah-mudahan di kantor PEMDA SUmbar juga 
melakukan hal yg sama.
> 
>   Salam
> Bot SP
> 
> 
> hambociek <[EMAIL PROTECTED]> wrote:   Keterangan pendek ini sangat 
membantu pengertian masyarakat ditengah-tengah kekeliruan remang-
remang kegelapan. Tetapi ada lagi kekhawatiran sebagai efek samping 
obat pahit 4 kali sehari ini:
>  > Akibatnya PLN memaksimalkan PLTA MAninjau dan Singkarak 
sepanjang hari, sehingga air kedua danau itu pun cepat surut. 
>    Dahulu dalam Lapau ini pernah didiskusikan penurunan permukaan 
air danau-danau di Sumatera,  terutama Danau Maninjau, Singkarak, dan 
Toba.  Kalau pengisapan air Danau Singkarak dan Maninjau dilakukan 
terus sebagai obat penawar sementara (pahilangkan, paengah sakik 
panipu diri) apakah kita tidak khawatir nanti dengan Malapetaka Besar 
jangka panjang kehilangan suplai tenaga air di kedua danau ini? 
Daerah-daerah sekitar Danau Singkarak dan Maninjau misalnya akan 
menjadi bukit tandus seperti pemandangan kita di gambar-gambar bukit-
bukit batu sekitar Mekah?
>    Salam,
>  --MakNgah
>  Sjamsir Sjarif
>  
> --- In [EMAIL PROTECTED], Bot S Piliang <botsosani@> wrote:
> >
>   > Pagi tadi, sahabat lama saya, FErri yang sekarang jadi 
pengusaha  komputer di kota Padang, tiba-tiba mengirim sms. Awalnya, 
saya merasa "surprise" karena lama tidak berhubungan dengan sahabat 
saya tersebut. Namun saya terkejut itu surut karena sms dalam bahasa 
Minang tersebut  isi begini; 
>  > "Apo pangana PLN SUmbar ko Bot, bantuak makan ubek se mamatian 
lampu, 4 kali sahari" (Apa yang dipikirkan oleh PLN Wil Sumbar ini 
Bot, seperti makan obat saja, mematikan lampu 4 kali sehari)
>  > Kemudian saya segera menghubungi rekan saya di bagian HUMAS PLN 
Wil. Sumbar untuk mengkonfirmasi hal tersebut. Ternyata alasan nya 
tepat seperti apa yang saya pikirkan, 2 Unit mesin PLTU Ombilin yang 
menjadi baseload Wil Sumbar rusak. Usut punya usut, ternyata 
kerusakan tersebut sebagai akumulasi kerusakan akibat menggunakan 
batubar akalori rendah yang terpaksa digunakan karena batubara kalori 
tinggi sudah habis di ekspor untuk emmenuhi kontrak jangkapanjang 
yang ditnda tangani beberapa tahun silam. Tragis.
>   > Menyikpi hal ini, PLN Sumbar  kemudian mengenjot penggunaan 
PLTA Singkarak dan Maninjau serta puluhan mesin PLTD yang boros BBM 
dan sangat mahal. Air Danau Maninjau dan Singkarak pun terbatas 
hingga elevainya tidak memadai karena memang  digunakan pada Peak 
Load saja. Hasilnya, Sumatera BArat, khususnya kota PAdang harus 
menderita pemadaman bergilir.
>  > Dan Ferri, satu diantara ratusan pengusaha kecil di Sumtera 
Barat harus menerima kerugian yang tidak sedikit. Pertanyannya 
klasik, Siapa yang salah, LAngkah apa yang dialkuakn , kemana harus 
mengadu?
>  > Nan, masyarakat pun dengan bulat sepakat menuding PLN yang tidak 
becus, korupsi, "gadang ota" dan lain-lain. Tapi tak banyak yang "mau 
tahu" bagaimana listrik ini dibuat oleh insinyur2 PLN yang juga anak 
bangsa sendiri…
>   > Andaikan listrik itu bisa dijual seperti menjual minyak goring, 
di buat missal, dibungkus, lalu dikirim ke seluruh di Indonesia, 
tentu pekerjaan itu akan lebih mudah. Tapi listrik adalah barang yang 
harus dibuat,  disalurkan dan disajikan kepemakai pada saat itu juga.
>  > Mungkin sebagai gambaran saja buat milister disini, untuk 
wilayah SUMBAR sendiri, dari informasi yang saya dapat dari HUMAS PLN 
Sumbar, base load  (penyuplai dasar) untuk Sumbar adalah jaringan 
interkoneksi Sumbagsel sebesar 200 MW, dan PLTU Ombilin sebesar 160 
MW. Pada saat peak load (beban puncak, dimana waktu pemakaian listrik 
sedang tinggi2nya, biasanya jam 6 sampai 10 malam), barulah PLTA 
Singkarak dan MAninjau digunakan, hal ini dilakukan untuk menjaga 
elevasi (pasokan air keduadanau tersebut). Kalau masih belum 
tertutupi, barulah PLTD dan PLTG yang berbahan baker Minyak Solar 
(PLN membeli Solar dengan harga pasar internasional Rp. 11.000/Liter) 
dinyalakan.
>   > Kondisi saat ini, PLTU Ombilin keluar dari system, akibat 
kerusakan pada turbin yang ternyata merupakan akumulasi penggunaan 
Batubar kalori rendah (padahal spec baubara yang digunakan untuk 
pembangkit ini adalah Batubaa kalori tinggi). Penggunan  batu bara 
kalori rendah ini dugunakan akibat langka nya batubara kalori tinggi 
yang diekspor ke Malaysia, Thailand, Australi, Jepng dan New Zealand 
guna memenuhi kontrak jangka panjang.
>  > Akibatnya PLN memaksimalkan PLTA MAninjau dan Singkarak 
sepanjang hari, sehingga air kedua danau itu pun cepat surut. 
Sedangkan tambahan dari system interkoneksi SUMBAGSEL tidak bisa 
ditambah. Hasilnya, kekurangan/deficit daya yang cukup parah sehingga 
terjadilah pemadaman yang tidak tentu diseluruh system Sumatera Barat.
>   > 
> > Itu informasi yang baru ambo dapat dari rekan ambo di HUMAS PLN 
Sumbar. Kebetulan ambo karajo di PLN dan mengikuti perkembangan 
krisis listrik di Ranah.
> > 
> > Salam
> > Bot SP
> 
> 
>          
>   
>  
> 
> 
> 
> 
>        
>  
>  
> 
> 
> 
> 
>   
>  
> 
>        
> >





--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke