Nah untuak nan mudo-mudo, tautamo Bobby, Benni, Hadi, Ronal, Riri, Reza , a juo nan ditunggu lai. Kok Sanak IJP kan alah mamasang ancang-ancang. Buya Mas'oed jo ambo kan alah duduak di pinggir. Bagian kami batapauak-tapuak sajo hanyo lai. [Sasakali maaja, manulih, jo baceramah, parintang-rintang hari].
Wassalam, Saafroedin Bahar (L, 71 th, Jakarta) Alternate e-mail address: [EMAIL PROTECTED] --- On Mon, 7/21/08, Masoed Abidin <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Masoed Abidin <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: Mochtar Naim - dan Media Indonesia--->untuk kita renungkan To: RantauNet@googlegroups.com Date: Monday, July 21, 2008, 1:36 PM Wa alaikum salam Pak Saaf Memang alah masonyo nan mudo tu batandiang, larinyo kancang, angoknyo lapang, tanagonyo kuat, jan duduak juo di tapi galanggang, Tan Malako sa isuak alah mangajuik Lenin di umua 39 tahun Sutan Syahrir alah di galanggang sosialis nasionalis di 35 tahun Hatta alah balari di tanah ulando kutiko umua 38 tahun, aa juo lai, balarilah, jan ba manuang juo, ambiek piala tu kini-kini, nan tuo-tuo ko siap batapuak tangan jo basorak ma agieh sumangaik Bismillah tongkat estafet tak pernah di berikan kecuali sedang berlari di jalur sprint Wassalaam, Buya HMA --- On Sun, 7/20/08, Dr.Saafroedin BAHAR <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Dr.Saafroedin BAHAR <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: Mochtar Naim - dan Media Indonesia--->untuk kita renungkan To: RantauNet@googlegroups.com Date: Sunday, July 20, 2008, 10:43 PM Waalaikumsalam w.w. Buya dan para sanak sa palanta, Saya dukung penuh himbauan Buya kepada para 'senior citizens' ini. Dan untuk yang muda-muda, jangan ragu, terjunlah ke gelanggang. Jangan minta dihadiahi piala. Rebut ! Wassalam, Saafroedin Bahar (L, 71 th, Jakarta) Alternate e-mail address: [EMAIL PROTECTED] --- On Mon, 7/21/08, Masoed Abidin <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Masoed Abidin <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: Mochtar Naim - dan Media Indonesia--->untuk kita renungkan To: RantauNet@googlegroups.com Date: Monday, July 21, 2008, 12:29 PM Assalamu'alaikum Warahmatullahi wa barakatuh, Sebaiknya yang sudah tua dan sarat pengalaman bersedia duduk di bangku belakang rela berikan setir ke yang muda-muda. Dan, yang tua dan sarat pengalaman itu, akan lebih bermanfaat dan didengar ketika mau berikan pedoman ke mana kemudi akan di arahkan..... Wassalam BuyaHMA --- On Sun, 7/20/08, Boby Lukman <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Boby Lukman <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [EMAIL PROTECTED] Mochtar Naim - dan Media Indonesia--->untuk kita renungkan To: RantauNet@googlegroups.com Date: Sunday, July 20, 2008, 10:20 PM Pagi tadi ambo manonton METRO TV manjalang barangkek ka lapau... Mungkin editorial media indonesia ko bisa awak inap renungkan. Makasih... Salam Boby Lukman 32 thn ------------------ Senin, 21 Juli 2008 00:03 WIB DPD Jadi Rumah Jompo ARAH politisi dan institusi politik kita kian tidak jelas saja. Jarak mereka dengan rakyat pun makin jauh. Rakyat ingin ke utara, politisi dan institusi politik malah bergerak ke selatan. Rakyat ingin penguatan lembaga, politik malah mengisi lembaga dengan orang-orang yang menurut usia mulai loyo. Ibarat penyakit, para politikus kita beserta lembaganya tengah mengidap autisme. Asyik dengan dunia mereka sendiri. Soal memperjuangkan aspirasi, itu hanya ada dalam panggung-panggung kampanye. Setelah kampanye selesai dan kursi diraih, mereka sibuk dengan agenda pribadi dan kepentingan partai. Lebih parah lagi, ada lembaga politik yang malah mengalami penuaan di tengah arus besar desakan regenerasi politik. Itulah yang menimpa Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Lembaga yang keberadaannya dimaksudkan untuk memperkuat suara daerah itu kini menjadi 'rumah baru' bagi para politikus gaek. Mereka yang sudah lama malang melintang di dunia politik, baik sebagai anggota dewan maupun pejabat eksekutif, ramai-ramai mendaftar menjadi calon anggota DPD. Itu setelah Mahkamah Konstitusi memutuskan anggota partai politik boleh menjadi anggota DPD. Nama-nama seperti Soetardjo Soerjogoeritno, AM Fatwa, dan Patrialis Akbar yang saat ini masih tercatat sebagai anggota DPR periode 2004-2009 pun berburu kursi di 'gedung sebelah' itu. Selain mereka, sejumlah anggota DPRD dan parpol di daerah juga tergugah untuk menyalurkan hasrat politik kekuasaan yang masih menggebu-gebu. Jumlah mereka yang sudah kenyang makan asam garam politik dan berminat masuk DPD ini lebih dari 40%. Mereka mencalonkan diri ke DPD karena tidak bisa lagi dicalonkan parpol mereka sebagai anggota dewan periode berikutnya. Nanti, jika mereka terpilih, DPD bakal berubah menjadi tempat berlabuh bagi para pensiunan. Ujung-ujungnya DPD bisa menjelma bak panti jompo, tempat para orang tua mengenang masa lalu. DPD pun bukannya makin kuat, melainkan malah mengalami gerontologi atau penuaan. Itu artinya, DPD sedang mempersiapkan diri menjadi lembaga peristirahatan. Hukum alam tak bisa dibantah bahwa menjadi tua berarti menjadi lemah. Fungsi-fungsi organ seperti pendengaran, penglihatan, dan ingatan pun jauh berkurang. Padahal, DPD seharusnya diisi oleh anggota yang mempunyai energi cukup untuk berjuang bagi daerah yang diwakilinya. Untuk itu, DPD harus diisi orang-orang yang penglihatannya jelas sehingga mampu melihat ketidakberesan di daerah. Juga harus diisi orang yang pendengarannya tajam sehingga cepat menangkap aspirasi daerah. Selain itu, dipenuhi orang-orang dengan daya pikir dan daya ingat yang sangat kuat untuk memperjuangkan gagasan-gagasan cerdas bagi daerah yang diwakilinya. Dengan diisi mereka yang sudah uzur, DPD bakal menjadi lembaga politik yang lelah dan tidak gesit lagi. Jangan salahkan kalau ada pernyataan rakyat, misalnya, 'bagaimana mau memperjuangkan aspirasi daerah kalau berjuang menegakkan badan sendiri saja susah'. Dalam sebuah sistem demokrasi yang sehat, lembaga politik harus terus-menerus diperkuat. Sirkulasi dan regenerasi di lembaga politik harus dipastikan berjalan lancar, agar fungsi-fungsi lembaga itu di mata rakyat kian bermanfaat. Bukan malah sebaliknya, membiarkan lembaga-lembaga demokrasi kian menua dan melemah. Itu sama saja dengan membiarkan demokrasi sakit, lalu ambruk --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN: - Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting - Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur pribadi - Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau dibanned - Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---