Supaya terkesan tidak sekadar hanya menjawab singkat beberapa pertanyaan,
dan mumpung masih punya waktu, sekalipun badan panas dingin, batuk, setelah
tiga  hari di lapangan (22-24 Agustus 2008), menempuh perjalanan panjang,
sampai dini hari dan bahkan pagi baru tidur karena bertemu banyak orang,
saya ingin mengatakan sesuatu tentang politisi. 

 

Selama ini orang-orang di kampung saya menilai politisi dengan pandangan
sinis. Kenapa? Karena setelah duduk di kursi kekuasaannya, banyak politisi
meninggalkan masyarakat di daerah pemilihannya, hanya datang sekali dalam
lima tahun. Ini catatan yang penting sekali. 

 

Masyarakat dikecewakan, karena mereka tidak merasakan kehadiran politisi
itu, setelah pemilu usai. Sementara, bagi politisi, barangkali persoalannya
adalah mereka harus mengatakan: "Sejak dilantik, saya adalah wakil rakyat,
bukan lagi wakil partai saya atau wakil daerah tempat saya dipilih." 

 

Ada beberapa politisi yang karena satu dan lain hal, pindah daerah
pemilihan. Atau tidak lagi mencalonkan diri lagi, baik karena memang tidak
merasa perlu mencalonkan diri atau karena politisi itu tidak dicalonkan oleh
pengambil keputusan di dalam partainya. Yang pindah daerah pemilihan tentu
meninggalkan konstituen yang mereka (telah) bangun. Sementara yang sudah
merencanakan untuk tidak mencalonkan diri lagi, maka selama lima tahun
menghilang dari daerah pemilihannya, apalah lagi ingin mengabdi. 

 

Ada juga beberapa politisi yang patah arang, setelah "berjuang" selama
beberapa tahun di daerah pemilihan yang dia incar, tiba-tiba mendapatkan
nomor urut sepatu atau tiba-tiba tidak dicalonkan oleh partainya, atau
ditempatkan di daerah pemilihan lain. Partai, bagaimanapun, adalah
perkumpulan dari sejumlah politisi juga. Upaya saling mempengaruhi, saling
menekan, sampai juga saling menyingkirkan, juga dilakukan. Faksi, ideologi,
kepentingan, saling bersaingan. 

 

Maka, saya menjawab dengan dingin setiap sms yang datang atau email yang
mampir yang mengatakan:

 

Pertama, dengan menjadi politisi, anda sudah berubah! Saya katakan, memang
saya berubah, dari non partisan menjadi partisan, dari non politisi menjadi
politisi, dan sejenisnya. 

 

Kedua, dengan menjadi politisi, anda oportunis! Saya katakan, memang saya
oportunis. Del Piero dan Inzaghi juga oportunis di lini depan Italia. Dalam
setiap celah kehidupan, manusia dituntut untuk oportunis. 

 

Ketiga, dengan menjadi politisi, anda berarti masuk lingkaran kekuasaan dan
mencari kekuasaan! Saya katakan, memang demikian adanya. Setiap politisi
mencari celah masuk lingkaran kekuasaan. Memang ada politisi yang tidak
ingin berkuasa, lewat partai apapun, kiri atau kanan? 

 

Betapa terbatasnya bahasa yang dimiliki oleh para pengkritik politisi. Yang
mereka gunakan adalah paradigma ketika seseorang itu belum menjadi politisi.
Paradigma, defenisi atau kacamata yang mereka gunakan tidak sesuai dengan
realitas yang diamati. 

 

Ketika saya dengan "emosi" membela Partai Golkar di TV One dalam acara debat
menghadapi Partai Hanura, banyak sms yang masuk, termasuk dari teman-teman
partai lain. "Anda dulu menentang Partai Golkar, sekarang membelanya. Dulu
anda objektif, sekarang subjektif. Dulu anda begitu dingin, membedah segala
persoalan dengan uraian yang mencerahkan, sekarang anda begitu emosional.
Etc!"

 

Saya justru yang kebingungkan dengan pernyataan atau protes-protes itu.
Politisi harus membela partainya, kalau partainya diserang. Politisi harus
menjelaskan capaian-capaian keberhasilan partainya, ketika partai lain
mengatakan tidak satupun yang telah dilakukan oleh partainya itu. Politisi
bahkan wajib menyerang partai-partai lain dengan data-data yang dimiliki.
Politisi layak membangun militansi atas partainya. 

 

Apakah saya salah melakukan itu? Apakah justru saya harus mencerca partai
saya sendiri, seolah-olah saya bukan bagian dari partai itu? Apakah saya
bahkan harus tetap mengatakan: "Saya independen!", justru ketika telah
mengenakan baju partai politik?  

 

Politisi yang buruk adalah politisi yang mencerca partainya sendiri, ketika
dia tidak lagi berada di dalam partai itu. Ups, tunggu dulu, kalau sekarang
saya berbeda pendapat dengan PAN, misalnya, itu bukan dalam artian saya
mencerca KETIKA SAYA ADA DALAM PAN. Sejak keluar dari PAN tanggal 21 Januari
2001, saya tidak pernah menceritakan apapun yang negatif tentang PAN. Bahkan
saya menjadi sangat akrab dengan "mantan-mantan lawan politik" di PAN. Dan
berkali-kali saya datang mengisi kegiatan apapun di dalam PAN. Dalam
pendaftaran di KPU, teman-teman PAN mengatakan kepada pimpinan Partai
Golkar: "PAN menitipkan IJP kepada Partai Golkar!" 

 

Maka, menurut saya, adalah hal yang sulit diterima apabila ada banyak
politisi yang menyerang bekas partainya ketika dia berpindah ke dalam partai
lain. Aib partainya sendiri dibuka seterbuka mungkin. Saya salut dengan
teman-teman Partai Matahari Bangsa yang mengatakan kepada saya bahwa mereka
bukanlah "Partai sempalan PAN". Mereka sedikit sekali mengungkapkan hal-hal
yang negatif tentang PAN. Fokus mereka satu: memenangkan pemilu 2009. Tentu
saya juga senang dengan sikap-sikap fairness yang ditunjukkan olh
teman-teman PAN yang sangat akrab dengan saya. "Kami akan berikan lawan
berat di dapil anda!" itu dikatakan oleh Viva Yoga Mauladi, begitu juga oleh
Pak Jafar dari Partai Demokrat. 

 

Partai, lagi-lagi, hanyalah baju. Yang terpenting adalah manusianya. Apabila
seluruh manusia dalam partai politik sudah memiliki keunggulan, maka dengan
sendirinya soal sistem politik tidak lagi menjadi masalah. Penyederhanaan
partai politik tidak lagi perlu. Bahkan, tidak perlu lagi ada politisi. 

 

Ketika menjadi pengamat, seringkali saya mengungkapkan pengamatan harian.
Dan saya mulai menyadari bahwa menjadi politisi tidak bisa seperti itu,
walau juga perlu sesekali berbicara. Mungkin karena itu banyak politisi yang
memilih diam, ketimbang berkomentar. Sekarang, saya merasa "terbebas" dari
pertanyaan-pertanyaan harian itu, seperti: "Apa arti kehadiran Pak Taufik
Kiemas dalam Silaknas Partai Golkar? Kenapa SBY tidak bersedia hadir?" Tugas
politisi tidaklah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. 

 

Tiga hari saya di lapangan, tiga hari itu juga beragam hal masuk dalam
memori saya. Tidak semuanya menyenangkan, sekaligus juga tidak semuanya
buruk. Ada yang betul-betul sudah saya ketahui untuk dihindari, tetapi untuk
sekadar membuktikan, tetap saja saya turuti. Selama ini, itu hanyalah
"pengetahuan", sekarang adalah pengalaman. 

 

Misalnya, dilarang mengundang teman-teman untuk makan-makan di warung makan
umum. Saya tetap lakukan. Apa yang terjadi? Harga-harga naik, bahkan bisa
sampai tiga kali lipat. Aneh, masyarakat langsung "menyesuaikan diri" dengan
kehadiran politisi. Sosok politisi dianggap memiliki banyak uang, sehingga
harus diuangkan. Dan apapun jabatan "publik" dari orang-orang itu, tetap
saja dengan satu pandangan: dari politisi, kami harus meraih keuntungan. 

 

Ini soal sederhana, tetapi sangat luar biasa mempengaruhi mentalitas
masyarakat. Dan karena ini soal sederhana, lain kali saya membuat dapur umum
sendiri di posko-posko yang saya bentuk. Silakan anda makan sepuasnya,
karena yang anda nikmati paling sebungkus indomie, telor itik, atau ikan
asin. Politisi juga manusia...

 

Catatan: 

 

Sementara  <http://www.indrapiliang.com/> www.indrapiliang.com sedang
diperbaiki. Catatan ini ada di facebook saya. 

 


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke