Dialog Aktual "Fenomena Aktivis Menjadi Caleg" 

Selasa, 26 Agustus 2008 

Rekaman : Pkl 17.30 wib, di Studio 6 TVRI-Senayan 

Tayang : Pkl 23.00 WIB. di layar TVRI 

  

Nara Sumber: 

  

1.       Pius Lustrilanang, Caleg Gerindra 

2.       Faisol Reza, Caleg PKB 

3.       Indra J Piliang, The Indonesian Institute

  

Host: Valerina Daniel 

  

Fenomena Aktivis Menjadi Caleg 

  

Selain artis dan anggota keluarga pengurus inti partai politik, daftar
sementara calon anggota legislatif peserta Pemilihan Umum 2009 juga diisi
sejumlah aktivis gerakan mahasiswa tahun 1998. Aktivis 1998 yang menjadi
caleg itu antara lain mantan Ketua Partai Rakyat Demokratik (PRD) Budiman
Sudjatmiko, Faisol Reza, Pius Lustrilanang dan Desmond J Mahesa. Pius
Lustrilanang, salah satu korban selamat dari penculikan aktivis 1997-1998
yang memutuskan masuk daftar caleg dari Partai Gerakan Indonesia Raya
(Gerindra). Sebelum bergabung dengan Gerindra, Pius juga pernah bergabung di
PDI-P dan Partai Demokrasi Pembaruan, serta mendirikan Partai Persatuan
Nasional. Sementara Faisol Reza, yang juga korban selamat dari penculikan
aktivis, kini menjadi caleg PKB. 

  

Pada tahun 1998, aktivis mahasiswa masih berada di jalan-jalan, berjaket
mahasiswa, memakai ikat kepala, dan membawa bendera elemen mahasiswa untuk
mendobrak rezim otoriter Orde Baru di bawah kekuasaan Soeharto. Kini,
sepuluh tahun kemudian, sebagian dari aktivis mahasiswa itu mulai berpikir
untuk mengalihkan medan perjuangan. Mereka pun bergabung dalam partai
politik peserta Pemilu 2009 dan menjadi caleg. Agenda reformasi yang belum
selesai seakan menjadi magnet yang memanggil mereka untuk terlibat dan
berjuang langsung di jalur parlemen. 

  

Kita juga akan menemukan sejumlah aktivis mahasiswa yang pada tahun 1998
masih berteriak lantang menghujat Orde Baru, termasuk mengecam keras Partai
Golkar. Kini, sebagian dari mereka juga bergabung dan menjadi caleg dari
partai yang selama 32 tahun menopang pemerintahan Orde Baru. 

  

Apa pun alasan atau pertimbangannya, dalam alam demokrasi seperti sekarang
sah-sah saja para mantan aktivis itu terjun ke politik praktis. Itu adalah
bagian dari hak politik mereka sebagai warga negara. Keputusan mereka terjun
menjadi caleg ini pun dinilai penting bagi kaderisasi kepemimpinan nasional.
Dalam sistem politik yang terbuka seperti saat ini, perbaikan kehidupan
berbangsa tidak cukup dilakukan dengan berteriak-teriak, memberikan koreksi
dari luar sistem. Dibutuhkan sejumlah orang baik dan berkualitas untuk masuk
ke dalam sistem guna memperbaiki dari dalam. 

  

Namun, di sisi lain, masuknya para aktivis yang rekam jejaknya masih relatif
bersih dan muda ini dalam daftar caleg juga menguntungkan parpol
pengusungnya. Para aktivis itu dapat menutup sejumlah catatan buruk parpol
di masa lalu. Bahkan, parpol itu dapat dinilai reformis atau menjanjikan
perubahan. Citra itu tentu dibutuhkan untuk menambah perolehan suara di
Pemilu 2009. Mantan aktivis juga memiliki beban lebih karena memiliki
tanggung jawab sejarah terhadap apa yang mereka pernah perjuangkan. Itu
sebabnya para mantan aktivis ini juga dituntut lebih memiliki integritas. 

  

Akhirnya, kelak waktu yang akan menjelaskan alasan utama dan sebenarnya dari
bergabungnya para mantan aktivis itu menjadi caleg. Pemilu 2009 adalah ujian
bagi para aktivis tersebut. Setelah terpilih menjadi anggota legislatif,
akankah mereka konsisten dengan janji dan komitmennya? Akankah mereka akan
berjuang memperbarui sistem politik hingga menjadi lebih demokratis? Atau,
malah mereka akan larut dalam sistem politik dan menikmati status sosial
terhormat sebagai anggota DPR. Masyarakat akan melihat kiprah mereka
selanjutnya. 

Pertanyaan: 

1.      Kemunculan aktivivs menjadi caleg apakah kerena keberhasilan
kaderisasi parpol atau sebaliknya bukti kekagagalan parpol dalam melakukan
kaderisasi? 

2.      Apakah ini menjadi salah satu tanda positif atau negative dari
proses demokratisasi di Indonesia? 

3.      Apakah fenomena ini menjadi hal positif bagi kaderisasi kepemimpinan
nasional? 

4.      Apakah pengaruh positifi kemunculan caleg dari kalangan aktivis
terhadap citra dan kinerja kelembagaan DPR ke depan? 

5.      Mampukah para aktivis ini mewarnai DPR ke depan atau sebaliknya
tenggelam dalam sistem? 

 

 

www.indrapiliang.com

 


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke