Datuk Endang dan para sanak sa palanta,
Saya ucapkan terima kasih dan penghargaan atas kesungguhan Datuk, pak Sjafnir, 
dan Nina untuk meneliti situs tersebut. Saya sendiri juga heran dan penasaran 
dengan betapa sedikitnya peninggalan fisik dari benteng yang dikhabarkan 
demikian tangguh.
Namun hali itu justru dapat kita jadikan motivasi bukan hanya untuk 
menyelidikinya lebih lanjut tetapi juga untuk menyusun rencana restorasinya, 
bersama-sama dengan seluruh fihak terkait. Insya Allah.

Wassalam,
Saafroedin Bahar  (L, masuk 72 th, Jakarta)  Alternate e-mail address: [EMAIL 
PROTECTED]


--- On Wed, 8/27/08, Datuk Endang <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: Datuk Endang <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [EMAIL PROTECTED] Bukit Tajadi Sekarang Sudah Tidak Bertuah Lagi
To: RantauNet@googlegroups.com
Cc: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]
Date: Wednesday, August 27, 2008, 12:14 AM

Pak Saaf dan sanak yth, 
  
Dibandingkan Bukit Benteng dalam kunjungan kita yang pertama, memang Bukit 
Tajadi sudah kehilangan kharisma. Kita memang tidak lagi menemukan bekas-bekas 
dinding benteng yang dikatakan sisi barat 1200 hasta, sisi selatan 700 hasta, 
dan sisi utara 400 hasta. Namun batang air kecil di kaki bukit membuat saya 
curiga, kiranya itu adalah parit pertahanan luar benteng sebagaimana telah 
digambarkan oleh Cochius. 
  
Perubahan dan ’hilangnya’ benteng hanya 2 kemungkinan : karena alam, dan karena 
manusia. Perubahan alam terjadi dalam 170 tahun, dimungkinkan oleh longsoran, 
gerakan tanah, dan perubahan iklim. Perubahan oleh manusia, kemungkinan besar 
dilakukan Belanda, yaitu dengan meledakkan keseluruhan sisa benteng dengan 
maksud menghilangkan jejak sejarah. Dt. Kando Marajo memperkirakan pada tahun 
1851 Belanda menghabiskan seluruh jejak-jejak benteng tersebut. 
  
Kita tidak sempat menelusuri seluruh Bukit Tajadi, karena medan yang berat 
karena telah cukup tinggi semak dan hutan. Namun hanya memperkirakan saja dari 
titik lokasi kunjungan. Bila ingin ditelusuri lebih jauh memang seharusnya 
medan sekeliling bukit tersebut dapat dibersihkan termasuk jalan ke atas bukit, 
saya kira ini bisa menjadi program AMD yang disarankan Pak Saaf. 
  
Saya dan Dt. Kando cukup penasaran dengan posisi dinding benteng selatan, 
sehingga berjalan cukup jauh ke selatan. Di satu tempat dengan izin Allah 
akhirnya kami menemukan situs dinding batu yang masih utuh, dengan lebar 
sekitar 3-5 meter sepanjang sekitar 20-30 meter, yang membatasi sawah datar di 
bawahnya. Kiranya inilah sedikit bagian yang masih terselamatkan dari sejarah 
untuk kita. 
  
Yang menjadi keheranan bagi saya adalah posisi dinding itu adalah menunjuk jam 
7 lewat 5, berarti suatu batas bagi dinding selatan, terpotong oleh sawah 
sekitar 50 meter, kemudian mengarah ke tebing terjal yang kelihatannya 
terkelupas. Di hadapan selatannya adalah sawah yang masih menjorok jauh sampai 
ke tepi parit/sungai, termasuk ke celah bukit yang rimbun oleh hutan. Atau 
secara teori adalah seharusnya dinding itu terletak lebih ke selatan sekitar 
100 meter lagi.  
  
Kemungkinan dapat disusun teori baru, bila memang dari situs itulah dinding 
selatan, yang kemudian menaik secara curam ke atas bukit. Dan di bawahnya 
memang terletak parit itu. Sehingga sebenarnya perlu diperiksa di atas bukit 
apakah memang ada bekas dinding batu di atasnya yang memanjang sampai ke timur. 
  
Sebagai catatan, memang ada keterangan Belanda yang menyebutkan panjang dinding 
selatan itu 700 hasta, dan di antaranya melewati daerah tebing. Sehingga 
Belanda pun cukup heran, bila seharusnya daerah tebing itu tidak perlu 
dipasangi dinding. 
  
Saya berkeyakinan bila tebing itu pun dihancurkan Belanda, sehingga 
reruntuhannya menutupi daerah di bawahnya dan mengalihkan parit/sungai lebih ke 
selatan. Walaupun demikian dengan berpatokan situs tersebut, perlu diperiksa 
lanjutan dinding ke atas bukit. Dan bila memang cukup banyak dinding itu 
dihancurkan sehingga hampir menghilangkan bukti sejarah, sebuah pertanyaan 
besar menunggu kita : kenapa Belanda melakukan hal itu di Bukit Tajadi? 
  
Demikian terlebih terkurang disampaikan. 
  
Wassalam, 
-datuk endang

--- On Mon, 8/25/08, Dr.Saafroedin BAHAR <[EMAIL PROTECTED]> wrote:







 Assalamualaikjum w.w. para sanak sa palanta, 
  
...... 
  
Benteng Bukik Gadang,23 Agustus 2008,  jam 09.00 – 10.30. 
Ternyata Benteng Bukik Tajadi terdiri dari rangkaian beberapa benteng. Salah 
satu di antaranya adalah di Bukik Gadang, yang tingginya sekitar 200 meter, 
dengan kemiringan sekitar 120 derajat.Walaupun dengan bersusah payah – saya 
sendiri harus diseret dan didorong ke atas, serta di-‘rem’ ke bawah oleh tiga 
personil Kodim – namun akhirnya kami sampai juga ke puncak bukit, yang masih 
terlihat bekas-bekas kubunya.. Eks benteng ini merupakan ulayat suku Jambak. 
Sebagai situs bersejarah, terkesan kurang terpelihara.. Penuh dengan 
pohon-pohon dan semak belukar. 
  
...... 
  
Benteng Bukik Tajadi, 23 Agustus 2008,  12.30- 15.30. 
....... 
Setelah selesai di lokasi tersebut, rombongan melanjutkan perjalanan ke Bukik 
Tajadi, sekitar 500 meter dari desa itu, meliwati sebuah kali kecil, yang 
menurut perkiraan Dt Endang dahulu merupakan parit dari benteng  Bukik Tajadi. 
Tinggi benteng ini dua kali lebih tinggi dari benteng di Bukik Gadang – sekitar 
400 meter -- dan hampir sama terjalnya dengan Bukik Gadang.. Di bagian timurnya 
malah ada dengan kemiringan 180 derajat. Rombongan mendaki dengan susah payah, 
didahului oleh seorang petani bernama Simas, yang merintis semak-semak berduri 
dengan sebuah parang. Sebagian dari bukit ini sudah menjadi tempat pemakaman 
umum. Sepanjang pendakian tersebut rombongan tidak lagi menemukan batu-batu 
perbentengan seperti diduga semula berdasar laporan fihak  Belanda. Menurut
 perkiraan Dt Endang, kemungkinan hal itu disebabkan kebiasaan Belanda untuk 
menghancurkan sama sekali seluruh benteng-benteng yang ada, termasuk dengan 
menebang aur duri yang mengelilingi benteng-benteng yang dikalahkannya. 
...... 
Setelah menurun bukit tersebut, Dt Endang dengan dukungan foto satelit dari 
daerah itu, bersama Nina dengan GPS-nya, dan pak Sjafnir Abu Nain meneruskan 
perjalanan ke kaki bukit yang merupakan ujung Bukik Tajadi, untuk menentukan 
posisi persis dari benteng tersebut. Beliau-beliau berhasil menentukan posisi 
persis dari ujung benteng itu. 

......   
            Sampai di sini dahulu. Laporan penutup insya Allah akan saya 
sampaikan setelah ini.         


Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, masuk 72 th, Jakarta)
Alternate e-mail address: [EMAIL PROTECTED]



     







      
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke