Anak tak Makan, Beras tak Punya
Harian Singgalang, Sabtu, 30 Agustus 2008

Pernahkah Tuan dan Nyonya tak punya beras dan pada saat yang sama
sembilan anak minta makan? Tidak! Tapi ibu ini pernah, bahkan sering.
Orangtua tunggal ini, juga tak punya tempat berbagi cerita. Suami
tercinta sudah pergi untuk selama-lamanya. Maka direntanglah siang dan
malam sendirian, menatap hari demi hari, membesarkan anak dengan penuh
kasih. Jika kita tahu, maka kita pasti akan meniru betapa cinta ia
pada anak-anaknya. Meniru menit demi menit bagaimana ia membisikkan
cinta di hatinya untuk titipan Ilahi itu. Begitulah, siang itu, di
sebuah pondok kecil, satu keluarga duduk termenung. Tidak tahu, apa
yang ia perbuat. Dalam pikirannya mungkin hanya satu, mau makan apa
anak-anaknya sekarang. Beras tak ada. Ia miskin, janda pula lagi.
Sementara anak-anaknya merengek minta makan, tapi apalah daya, uang
tak punya.

Begitulah rintihan kehidupan Eni, 36, warga Air Tawar Barat, Kecamatan
Padang Utara. Janda miskin ini tinggal di gubuk kayu berukuran 3 x 4
meter, di kawasan Pasir Patenggangan. Menyedihkan memang kehidupannya,
apalagi anak-anaknya berjumlah sembilan orang.

Masa kanak-kanak anaknya suram. Eni hanya seorang tukang cuci,
sementara suaminya telah pergi selama-lamanya. Eni, bersama sembilan
orang anaknya, hidup terkatung-katung, pekerjaan tetap tidak ada,
keahlian juga tak punya. Dari sembilan anaknya, hanya seorang yang
sekolah, yang kini masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Sementara
selebihnya hanya di rumah dan tidak pernah mengecap pendidikan di
bangku sekolah dasar (SD). "Sorang nan basikolanyo, jo apo di
sekolaan. Padahal si Dana, iyo amuah sikola, " kata Eni menunjuk
anaknya yang bernama Dana.

Kehidupan keluarga Eni ini memang lain dari keluarga lainnya,
anak-anaknya lahir hanya berjarak 1 tahun. Lahir anak pertama, satu
tahun lagi, lahir lagi adiknya. Begitulah seterusnya. Bakatutuih
anaknya lahir, sementara kehidupannya ekonominya jauh dari harapan.

Disaat tantangan kehidupan kian payah, sang ayah pergi
meninggalkannya. Kini, tinggallah Eni sendirian yang menafkahinya
kesembilan anak-anaknya. Apabila ada beras, baru bisa makan, tapi
bagaimana kalau tidak, merengeklah anak-anaknya.

Kadang-kadang beras tak ada pula, karena Eni hanya seorang tukang
cuci. Bila ada order, barulah ia mencuci. Tidak jarang pula
anak-anaknya tidak makan.

Dulu ia pernah memasukan anaknya ke SD dekat tempat tinggalnya di
Patenggangan, Air Tawar Barat, tapi ditolak oleh pihak sekolah dengan
alasan telah penuh. "Awak hanya pasrah, pitih bali baju sekolah anak
ndak adoh pulo, "kata Eni lirih, ketika dikunjungi Singgalang,
beberapa hari lalu.

Tidak itu saja, ia juga tidak mendapati Bantuan Tunai Langsung (BLT)
yang diprogramkan oleh pemerintah untuk rakyat badarai itu. Kini, ibu
muda yang sansai itu hanya bisa menerima nasib apa adanya, karena
kehidupannya telah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Ia tidak pernah
menyerah, apapun pekerjaan dilakukannya yang penting halal.

Melihat kehidupan Eni yang sangat memprihatinkan itu, membuat hati
nurani Camat Padang Utara tersentuh, sehingga terbesit di hatinya
untuk membantu. "Saya akan bantu anak ibu untuk sekolah, seluruh biaya
dan beli baju saya tanggung," kata Drs Elfian Putra Ifadi, M.Si, sang
camat, pada suatu kesempatan. Ketika itu juga, Elfian menyuruh Eni
untuk mendaftarkan anaknya untuk masuk sekolah, karena masa depan anak
adalah segala-galanya. "Jangan tunggu-tunggu, daftar dengan segera.
Saya akan perintahkan lurah untuk mengurusnya, " tutur camat.

Selain itu, Elfian atas nama PMI Ranting Padang Utara juga menyerahkan
bantuan bahan kebutuhan pokok, sehingga sedikit bisa meringankan
kehidupan Eni.

Lurah Air Tawar Barat Nasdwi Yeli, S.STP., kepada Singgalang bercerita
tidak diterimanya BLT oleh Eni, karena ia baru tinggal di Pasir
Patenggangan. Namun, untuk ke depan pihaknya akan memasukan Eni
sebagai penerima BLT. "Nanti kita cek ulang dan minta BPS untuk
memperbarui datanya, " kata jebolan IPDN itu. Yang jadi persoalan,
dalam pendataan penduduk, pihak kelurahan tidak diikut sertakan oleh
BPS, padahal yang tahu pasti dengan keluarga miskin tentu aparat
kelurahan bersama RW dan RT. "Ini yang harus diubah, sehingga keluarga
miskin terdata dengan baik, " kata Yeli.***





--
Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang batil dan
janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.
Q.2/42
-------------------------------------------
Alam Terkembang Menjadi Guru
www.west-sumatra.com


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke