Alaikumsalam Uda Saaf,

Kalau sudah hek tidak hok indak, lantas MAPPAS masih tahan nafas?
Lamo lamo bisa indak banafas lai mappas awak ko.

Terus terang sebagai salah seorang penggagas Mappas dinda masih
arok arok cameh jo organisasi awakko. Sebenarnya banyak nan bisa
di kakau. Tapi kito masih sibuk bawacana taruih. Ide untuk memcetak
kalender/almanak 2009 sajo nan datang dari bundo Nizmah, macam
batu jatuah ka lubuak.

Salamaik bapuaso maoh lahia bathin

dutamardin/61/usa

2008/8/29 Dr.Saafroedin BAHAR <[EMAIL PROTECTED]>

>   Assalamualaikum w.w. Sanak Nofiardi dan para sanak sa palanta,
> Saya ucapkan terima kasih kepada Sanak yang telah mem-posting tulisan Bung
> Israr Iskandar tentang dunia pariwisata Sumatera Barat ini.
> Dapat saya sampaikan, bahwa rekan-rekan saya dari MAPPAS kelihatan sudah
> cukup lelah untuk menyampaikan kritik dan saran kepada fihak terkait di
> Sumatera Barat, tetapi hasilnya 'bagaikan batu jatuh ke lubuk'. Hek tidak
> hok juga tidak. Keadaannya sudah sedemikian rupa, sehingga Bung Ridwan Tulus
> -- seorang pegiat pariwisata di Sumbar -- pernah berkata bahwa dalam
> kegiatan pariwisata kita tidak usah mengharapkan peranan pemerintah. Sedih,
> kan ?
> Wassalam,
> Saafroedin Bahar
> (L, masuk 72 th, Jakarta)
> Alternate e-mail address: [EMAIL PROTECTED]
>
>
>
> --- On *Sat, 8/30/08, Nofiardi <[EMAIL PROTECTED]>* wrote:
>
> From: Nofiardi <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: [EMAIL PROTECTED] Maninjau (Tak Lagi) Indah
> To: RantauNet@googlegroups.com
> Date: Saturday, August 30, 2008, 7:59 AM
>
>    *Maninjau (Tak Lagi) Indah *
>
>
>
> Sabtu, 30 Agustus 2008
>
> *Oleh : *Israr Iskandar, Dosen di Universitas Andalas
> Keluhan atas melorotnya kualitas pariwisata di Sumatera Barat sudah lama
> dikemukakan. Banyak aspek terkait di situ. Mulai dari soal kebersihan,
> kerusakan lingkungan, pelayanan yang buruk, hingga sarana dan prasarana
> penunjang yang masih jauh dari memadai. Penulis bukan ahli studi pariwisata,
> tetapi hendak menyorot masalah ini dari sudut pengamatan awam, karena
> beberapa kali membawa tamu dari luar Sumbar, termasuk luar negeri,
> mengunjungi beberapa lokasi wisata di Ranah Minang yang tak terurus dengan
> baik.
>
> Salah satunya, Danau Maninjau, yang terkenal sangat indah. Maninjau
> memiliki panorama alam menakjubkan, mirip danau-danau di Swiss, yang menjadi
> "icon" pariwisata negara Eropa Tengah itu. Dewasa ini, dari puncak Ambun
> Pagi, suasana eksotik alam Maninjau masih terasa, akan tetapi setelah turun
> ke bawah, menuruni kelok 44, perasaan menjadi "lain". Ada kegundahan, kalau
> bukan kekecewaan, melihat kondisi lingkungan danau sekarang ini.
>
> Secara umum, pariwisata Indonesia memang mengalami stagnasi sejak krisis
> 1998. Juga terkait isu gangguan  keamanan dan kenyamanan yang tak kunjung
> terselesaikan. Tetapi hancurnya pariwisata Maninjau hingga kondisi seperti
> sekarang mungkin sulit dicerna akal sehat. Maninjau adalah cermin buruknya
> pengelolaan pariwisata, bahkan pengelolaan sumber daya ekonomi daerah.
>
> Mengapa panorama alam pemberian Tuhan yang begitu indah dibiarkan rusak
> sehingga tidak menarik lagi dikunjungi?. Krisis ekonomi negara dan rakyat
> jelas tidak bisa lagi dijadikan alasan ambruknya pariwisata di Maninjau.
> Sudah menjadi rahasia umum, dan bahkan diakui sendiri oleh masyarakat, bahwa
> pengelolaan kerambah ikan di sekeliling danau, yang memberikan keuntungan
> besar dan langsung kepada warga sekitar, menjadi salah satu faktor utama
> rusaknya pariwisata
>
> Maninjau, selain sejumlah faktor "humanis" lainnya.
> Apakah masalah seperti ini menjadi semacam dilema, sehingga membuat pihak
> terkait (dalam hal ini Pemda setempat) terbebas dari tanggung jawab atas
> kemunduran pariwisata Maninjau? Maninjau tidak hanya "cermin retak"
> pariwisata Sumbar, tetapi juga seakan mewakili banyak contoh buruk dalam
> pengelolaan sumber-sumber kesejahteraan masyarakat daerah.
>
> *Peran Pemda*
>
> Sejak lama dikumandangkan, selain pendidikan, andalan Sumbar untuk bisa
> maju secara ekonomi adalah pariwisata. Ia dipercaya bakal memajukan daerah.
> Alasannya tidak hanya dilihat dari segi "minimnya" potensi ekonomi sumber
> daya alam, tetapi juga kayanya potensi sosio historis puak Minang sendiri..
>
> Tentu juga banyak sektor terkait dengan kedua sektor utama itu. Sayangnya
> untuk kedua bidang itu pula pemda di sini terbukti tidak kompeten.
> Pernyataan ini bisa dibuktikan, dengan rendahnya mutu pendidikan serta
> buruknya kualitas pariwisata Sumbar, dengan segala indikatornya, seperti
> sepinya kunjungan wisman.
>
> Banyak juga keluhan, bahwa penghambat utamanya adalah masyarakat yang
> kulturnya dianggap "tidak cocok" dengan pariwisata yang membutuhkan "seni
> pelayanan". Untuk hal ini, orang hampir selalu merujuk Bali, yang kekayaan
> wisatanya dianggap tidak melebihi Sumbar, tetapi masyarakatnya "tourism
> minded". Nampak perbedaan tegas dalam pelayanan wisata antara masyarakat
> Bali dan Sumbar, seperti tercermin di bandara, terminal bus, restoran hingga
> lokasi-lokasi objek wisata.
>
> Dalam batas tertentu, hal itu bisa dipahami, karena kultur masyarakat
> dipengaruhi lingkungan sosial maupun alamnya. Masyarakat Sumbar yang
> notabene "demokratis-egaliter" justru belum sejalan dengan kredo "ramah"
> dalam dunia turisme. Tidak seperti di negara-negara demokrasi maju,
> egaliterisme masyarakat Sumbar sekarang ini tidak paralel dengan budaya
> hukum atau tertib sosial yang mapan.
>
> Sekalipun demikian, kunci utamanya tetap pada kemampuan pembuat kebijakan
> yakni pemda. Masyarakat hanya menjadi "faktor sampingan" . Masalahnya pula,
> pejabat dan eks pejabat juga cenderung menyalahkan kultur sosial sebagai
> penghambat kemajuan. Dikatakan, dalam membangun sesuatu, termasuk sektor
> ekonomi, orang Sumbar sulit mengambil keputusan yang bulat.
>
> Namun, faktor politik, khususnya kepemimpinan, jelas sangat penting.
> Masalahnya, otonomi daerah  bukan makin membuat daerah lebih maju, tetapi
> justru sebaliknya. Apa yang sudah dikerjakan pemda-pemda di era reformasi
> dan otonomi daerah untuk memajukan daerahnya?
>
> Kalau publik ditanya, jawabannya cenderung negatif. Korupsi dan
> penyimpangan kekuasaan malah makin parah. Desentralisasi keuangan justru
> memperkuat desentralisasi korupsi. Bagaimana mungkin mereka bisa memikirkan
> kemajuan bagi seluruh rakyat kalau mereka lebih banyak berpikir untuk
> pribadi, keluarga dan kroni?
>
> Dunia pariwisata Sumbar sekarang menunjukkan kegagalan pemerintahan di
> Sumbar, khususnya dalam satu setengah dekade terakhir. Tak heran, potensi
> pariwisata yang besar tak ada relevansinya bagi peningkatan kesejahteraan
> masyarakat secara umum.
>
> Pariwisata jelas tak hanya soal keindahaan alam dan kekayaan budaya, tetapi
> juga sejarah. Dalam pariwisata sejarah, misalnya, Sumbar termasuk daerah
> yang eksotik, seperti pernah digambarkan dalam momorie van overgave-nya
> pejabat-pejabat kolonial, tetapi kini kita tak banyak lagi menemui
> bekas-bekasnya.
>
> Sumbar juga masyur dengan sejarah intelektual gemilang, tercermin dari
> sumbangan tokoh-tokoh nasional pendiri Republik dan dunia penerbitan lokal
> yang lebih dini di aras nasional.  Sayang, kita tak lagi bisa menemukan
> "artefak"-nya di ranah ini. Kalau orang luar bertanya terkait itu,  kita
> sulit menjawab secara meyakinkan. Di manakah kampung halaman Hatta, Sjahrir,
> Tan Malaka, Agus Salim, Hamka? Lalu bagaimana kondisinya kini?
>
> Padahal, untuk kepentingan "pragmatis" saja,  pemda yang memang cenderung
> pragmatis dalam menjalankan kebijakannya sebenarnya bisa menjadikannya
> sebagai "komoditas" yang menyejahterakan rakyatnya di masa kini. Namun
> sayang,  tak ada pihak bertanggung jawab yang bisa mengurusnya dengan baik.
> Kasus Maninjau, seperti dikemukakan tadi, dan absennya visi pariwisata
> sejarah, jelas menjadi "cermin retak" pariwisata Sumbar bahkan pengelolaan
> sumber-sumber ekonomi daerah secara keseluruhan. (***)
>
>
>
> http://www.padangekspres.co.id/content/view/16735/114/
>
> >
>

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke