Wah, iko hal baru. Paralu didalami. Baa kok Sanak Darwin Bahar manghubungi 
baliak Prof Mulyanto tu untuk maagiah ceramah di muko urang awak. Sebagai 
pengundang mungkin bisa kito minta Gebu Minang.


Wassalam,
Saafroedin Bahar
(L, masuk 72 th, Jakarta)
Alternate e-mail address: [EMAIL PROTECTED]
--- On Sun, 8/31/08, Darwin Bahar <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Darwin Bahar <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [EMAIL PROTECTED] Nenek-Moyang Orang Minang Berbeda dengan Leluhur 
Orang Indonesia lainnya?
To: rantaunet@googlegroups.com
Date: Sunday, August 31, 2008, 2:11 AM

Nenek-moyang warga Sumatera Barat ternyata berbeda dengan leluhur
orang-orang  Indonesia lainnya.

Penjelasan tersebut berasal Prof Mulyanto, pemenang Penghargaan Achmad
Bakrie 2008 Bidang Kedokteran, yang dikutip Hamid Basyaib dalam
postingnya di milis JIL Jumat 22 Agustus 2008 yang lalu.

Berikut saya kutip bagian dari posting Hamid yang relevan dengan hal
tersebut:  

Baru2 ini saya menemui Prof Mulyanto, pemenang Penghargaan Achmad
Bakrie 2008 Bidang Kedokteran, di laboratoriumnya yg sepi di Mataram,
Lombok. Dia ahli imunologi, dg subspesialisasi hepatitis-B (mungkin
satu2nya di Indonesia). Dia menerangkan pada saya dg sangat menarik
tentang watak virus hep-B, dg bantuan layar komputer yg menyajikan
gambar virus2 yg diperbesar 400 ribu kali.

Virus2 itu tampak "berbaju", dan bersiaga di seputar hati. Jumlahnya
berjuta2, tapi yg diperlukan untuk masuk ke hati -- dg meninggalkan
bajunya -- cuma satu. Jika yg satu itu sudah masuk ke hati, ia akan
membelah diri menjadi kira2 200.000 ekor per hari. Jutaan rekannya yg
lain tetap berjaga-jaga di luar hati, siap menyerbu masuk jika operasi
penerobosan oleh satu teman mereka tadi gagal.

Dg proliferasi setinggi itu, tak mengherankan jika keparahan penyakit
ini bisa dg amat cepat terjadi. 

Saya hanya bisa ternganga mendengar uraian Pak Mulyanto. Lalu saya
tanya: "Tuhan di mana? Apakah Anda percaya pada eksistensiNya? Apakah
Anda percaya pada teori evolusi?" 

Dia terdiam. Lalu, sambil tersenyum, dia bilang: "Saya memahami Tuhan
tidak sebagaimana yang dipahami oleh agama-agama. Soal teori evolusi,
saya mempercayainya 99,9 persen...". 

Dia menambahkan, "Sifat2 sel tunggal dari masa 4 miliar tahun silam
itu masih terdapat jejak-jejaknya dalam diri kita sekarang ini". 

Mulyanto juga bergerak di level epidemik hep-B. Dia meneliti
persebaran virus itu di seluruh Indonesia, dan sampai pada kesimpulan
bahwa nenek-moyang warga Sumatera Barat berbeda dari leluhur orang2
Indonesia di belahan tengah (Sumatra hingga Maluku). Sedangkan orang
Papua, katanya, memang cerita yang lain sama sekali.

[kutipan selesai]

Kalau kesimpulan Prof Mulyanto tersebut valid, sejauah manakah
pengaruh faktor genetic terhadap budaya Minangkabau yang memang cukup
berbeda, bahkah dengan etnis Melayu di sekitarnya?

Tentu bukan kompetensi saya untuk menjawabnya.

Ya, apalah awak ini.


Wassalam, H Darwin Bahar St Bandaro Kayo (65) 







      
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke