KOK BEGINI RASA RENDANG KITA..??
Oleh : Jepe Biasanya istri saya bersama kakak-kakaknya di Pekanbaru sehari menjelang puasa sudah menjadi kesepakatan mereka selama ini untuk membuat rendang daging di halaman terbuka dengan tungku yang memang telah tersedia khusus dibelakang halaman rumah kakaknya yang luas dan rimbun penuh tanaman kehidupan seperti mangga, jambu, rambutan, salam, melinjo singkong dan bumbu-bumbu utama masakan Minang seperti kunyit, ruku-ruku, jeruk purut, dan lain sebagainya. Rendang yang dimasak dalam kuali (wajan) yang besar diatas tungku yang berbahan bakar ranting-ranting kayu, sabut kelapa serta papan-papan bekas yang dikumpulkan nantinya setelah masak dibagi rata perkepala rumah tangga. Saya tidak bercerita apa, bagaimana dan cara memasak rendang ini, atas nama orang minang mungkin juga suku lain di Indonesia sudah pasti mengenal salah satu pusaka kuliner Nusantara yang terkenal ini. Ada yang menarik setelah rendang ini masak dan saya bersama keluarga menyicipi rendang ini makan siang terakhir pada bulan syakban penanggalan Hijriah yang jatuh pada 31 Agustus 2008, istri saya mengeluarkan pernyataan “Kok kurang maknyus ya Bang rending kita kali ini, nggak seperti tahun yang lalu” Sebenarnya saya telah merasakannya memang kurang “maknyus”, tapi saya selalu menghargai apapun yang dibuat Istri saya, jikapun menurut saya tidak enak tapi hanya hati saya akan berkata, pantang bagi saya mengucapkan apapun yang dimasak Istri saya jikapun sedikit “meleset” rasanya saya kan tetap menikmatinya., sebab saya sudah kenyang asam garam bekerja dilapangan dengan situasi nasi dingin dalam periuk bersama samba lado saja sudah cukup dan enak dinikmati, bukan sekali dua kali saya dihadapkan dalam kondisi darurat ini, itu saja dasar saya tidak mau protes masakan yang dibuatnya rasanya “meleset” Menjadi lain ceritanya jika istri saya membuka pembicaraan terhadap masakan yang dibuatnya seperti ucapan ketika dia membuat rendang sama saudaranya tersebut “Kok lain ya Bang rasanya”, maka saya akan mulai bercilotet dan mempertanyakan kok begitu, apa yang salah, kenapa rasanya “meleset”, lalu dia menjawab “Mungkin santan kelapanya Bang, kami tadi cari yang praktis saja, dipasar membeli santan yang sudah jadi berbentuk cairan. “Nah itu dia baru tahu…ya, masih ingat tahun lalu ketika membuat rendang satu kesebelasan bola dengan saudaramu, kelapanya kita beli dalam bentuk yang sudah diparut, tapi sebelumnya kita memelih kelapa yang benar-benar tua serta berminyak, lalu saya kerahkan kekuatan otot lengan saya untuk memeras santan ini dirumah” Istri saya hanya bisa tersenyum sambil menjawab “Benar juga ya Bang, santan kelapa dalam bentuk jadi tersebut tanpa memisahkan mana yang muda mada yang tua, kalo yang muda kan cocok buat santan bikin kolak, atau gulai-gulai encer seperti gulai sayur buncis misalnya” (Minang : Gulai Manih, kalau dijawa ibaratnya sayur lodeh begitu kira-kira) Apa yang bisa kita tarik dari pengalaman Istri saya sama saudaranya membuat rendang untuk persiapan menyambut puasa tahun ini yang rasanya agak “meleset” (Baca : masih enak dalam arti standar saja, tidak “hebat” rasanya seperti tahun-tahun lalu). Tak pelak lagi pemilihan bumbu utama berupa santan kelapa yang meleset dan membuat rasa rendang juga meleset. Disinilah kunci sebuah pusaka kuliner yang benar-benar tradisional, bercita rasa yang tinghgi dengan sentuhan yang dalam yaitu memilih bumbu utama yang tepat, terpilih bukan asal jadi, malah restoran Padang yang terkenal dikota-kota besar seperti Jakarta ada yang “memaksakan” diri untuk mendatang kelapa dari kampung halaman kita ranah minang, walau kelapa ini bukan barang yang langka dan aneh rasanya di pasar-pasar tradisional di kota-kota besar tersebut, begitu juga dengan bumbu kunci lainnya. Saya jadi ingat dengan mak Tuo saya dikampung yang jago masak, begitu adanya sangat lihai dan trampil dalam memilih bumbu serta meraciknya dengan sentuhan manual. Dia tahu mana bumbu yang baik baik dari segi tampilan fisik, jenisnya. ukuran, segar tidak segarnya. Sebagai contoh dia akan memaksakan diri mencari ketumbar segar dalam bentuk butiran masih menempel dibatang/surai tanaman ketumbar ini, bukan ketumbar kering yang dijual eceran untuk menghandirkan rendang belut yang memang rasanya begitu dahsyat. Anda boleh berkata ketika berjumpa di rumah makan Minang (Di Jakarta disebut Rumah Makan Padang) “Ahhh ini dia rendang …sudah lama saya tidak menikmatinya…”tambuah dagiang randangnyo Da”), tapi soal rasa, dipastikan anda akan menemukan berbagai rasa begitu juga tampilan fisiknya. Dan anda akan berkata “nggak ada yang seenak rendang dirumah makan A”, misalnya. Apa yang membuat perbedaan tadi ?, tak pelak adalah pemilihan bumbu utama yang pas, cara memasak serta “lakek” tangan” seseorang yang memang didapat dari pengalaman yang panjang. Buku resep tentang rendang akan selalu berkata sama “begini bumbu , bahan dan cara membuat rendang” tapi buku tersebut tidak pernah bercerita bagaimana “lakek tangan” sesorang yang ahli memasak seperti mak Tuo saya tersebut, dia akan memberikan semua catatan apa dan bagaimana membuat rendang belut tersebut, tapi ketika saya praktekan dipastikan rasanya “meleset’ Tentu lain ceritanya jika hari-hari saya selalu bersama mak tuo saya tersebut mengikuti dia di dapur, lambat laun saya akan bisa sejiwa merasakan sentuhan “lakek tangannya” ada hal-hal tertentu yang memang harus kita pelajari dengan seni yang dalam dalam menyerap ilmu seseorang yang maestro di bidangnya. Selamat menunaikan Ibadah puasa di bulan Ramdhan yang penuh berkah dan limpahan pahala, dengan berpuasa kita diddik sabar, ihsan, istiqomah dan ibadahi, semoga kita menjadi orang yang bertaqwa., Amin ya Rabalalamin. Pekanbaru. Minus Satu Ramadhan 1428 H/31 Agustus 2008 --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN: - Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting - Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur pribadi - Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau dibanned - Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---