Dunsanak akan takajuik bila tahu sia nan manulih cuplikan artikel dibawahko:
Gelar itu diberikan kepada setiap orang laki- laki Minangkabau yang telah dewasa, biasanya setelah orang itu kawin. Jadi didalam kata Sutan itu sendiri tidak ada sesuatu yang istimewa - karena semua orang laki- laki Minagkabau bergelar Sutan, kecuali kepala parui' (baris keturunan) disebuah nagari yang bergelar Datua'. Tapi betul adanya bahwa nama serem-serem yang dibelakang kata Sutan itu sendiri dulunya mempunyai hierarkhi. Baiklah saya rentang agak panjang-panjang. Tiap parui' mempunyai sejumlah gelar pusaka, yang dibagi atas dua kelompok, yaitu gelar asli dan gelar buatan. Gelar asli lebih tinggi nilainya dari pada gelar buatan. Maklum asli, tulen, antik. Bukan plastik. Oleh karena itu gelar itu biasanya diberikan kepada anak laki-laki berdasarkan urutan kelahiran, maka yang dapat gelar asli itu adalah anak-anak yang lebih tua usianya. Dan bila gelar pusaka itu sudah habis dan tidak bisa dipecah-pecah (gelar itu bisa dipecah-pecah, ada Sutan Bandaharo nan Hitam dan Sutan Bandaharo nan Kuniang), maka dibuat gelar baru, yang menjadi gelar buatan. Dan kebiasaan itu diteruskan ke generasi berikutnya, artinya yang tua-tua dapat gelar asli dan yang muda-muda dapat gelar buatan. Dan seterusnya. (Kalau anak laki- laki yang perlu gelar itu banyak, bisa juga gelar itu dipinjam kepada tentangga, atau disewa, tapi harus dikembalikan) Tapi bukan hanya itu yang menimbulkan hierarkhi di gelar itu, juga hierarkhi diantara parui' itu sendiri melantunkan hierarkhinya ke gelar itu sendiri. Karena begini: parui' itu tidak sama derajatnya. Ada parui' asli, yaitu yang datang duluan dan ada pula parui' yang datang kemudian dan yang sering disebut parui malako' (nimbrung). Yang asli dianggap lebih keren - dan biasanya juga yang pertama membuka sawah atau ladang, jadi ladang dan sawahnya juga banyak, artinya lebih kaya, jadi juga lebih punya otot. Parui' yang datang kemudian dianggap lebih rendah dan dapat tanahnya - kalau masih ada - juga sering yang kurang subur. Pada saat ini hierarkhi dalam gelar itu telah tidak terasa lagi. Jadi Sutan Ma(ra)jo Lelo itu dinagari saya tidak lebih rendah atau tidak (terasa) lebih tinggi dari Sutan Rajo Api. Akan halnya Datua' memang lain. Datuak adalah gelar yang diberikan kepada laki-laki yang diangkat atau dipilih sebagai kepala parui'. Tapi Datuak itu juga tidak istimewa betul, karena seperti saya katakan tadi tiap parui' di tiap nagari punya Datua', dan di sebuah nagari yang berpenduduk dua ratus orang bisa saja ada dua puluh parui'. Jadi yang namanya Datua' itu dulunya juga segerobak kereta api disetiap kampung. Saya lihat daftar Datua di nagari (Alam Serambi) Sungai Pagu ditahun tiga puluhan: lebih dari seratus. Kalau mau tahu silahkan kunjungi http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1996/03/04/0035.html Wassalam ZK --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN: - Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting - Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur pribadi - Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau dibanned - Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---