Ass WW. Sanak palanta adonyo YTH.. Ado tigo jebakan dalam ide2 di tulisan Veri tu: 1. Dikotomi "kaum mudo" dan "kaum tuo" indak dicaliak dari perspektif visi kemajuan. Karena banyak juo urang mudo nan lembeknyo. 2. Hari ko masih curiga jo dikotomi "nasionalis" jo "primordialis". 2. Romantisme historis tentang "kejayaan" Minangkabau masa lalu, dan abai jo faktor realitas perkembangan Minangrantau kini . 3. Abai jo faktor 'excessive individualism' urang Minang, tamasuak dari kalangan mudo, sehinggo mereka indak pernah bisa membangun komunitas dan kerjasama nan solid dan berkelanjutan.
Wasalam. Israr Iskandar (Padang, 35) --- On Thu, 10/30/08, Nofend Marola <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Nofend Marola <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [EMAIL PROTECTED] Padek OnLine : Minangkabau: Republik Kaum Muda? To: RantauNet@googlegroups.com Cc: [EMAIL PROTECTED] Date: Thursday, October 30, 2008, 2:58 AM Rabu, 29 Oktober 2008 http://www.padangekspres.co.id/content/view/21723/55/ Oleh : Marzul Veri, Ketua DPD Knpi Sumatera Barat Dari judul di atas ada kesan kontraproduktif dari semangat yang digelegarkan pada saat sumpah pemuda 80 tahun yang lalu. Satu sisi sumpah pemuda mengisyaratkan akan kejelasan identitas kebangsaan/ nasionalisme, bukan primodialisme dalam konteks ini Minangkabau. Apalagi dari jajak pendapat yang lansir media melihat kecendrungan menguatnya primodialisme pemuda ketimbang nasionalisme. Ini dinyatakan melalui indikator semakin kuatnya konflik ditingkat lokal yang berlatar belakan kepentingan kelompok, ras dan suku. Nah, dalam konteks ini ternyata mendefenisikan nasionalisme dalam konteks situasi, ruang dan waktu saat ini lebih rumit dan bernuansa kompleksitas dibandingkan dengan saat sumpah pemuda dikumandangkan. Jadi saat ini nasionalisme bukan sekedar kesamaan sejarah, budaya da agama saja, tapi dalam konteks hari ini pemahaman nasionalisme melampau hal-hal tersebut. Dikonteks lain menempatkan nasionalisme vis a vis dengan primodialisme menjadi persoalan tersendiri. Karena ada persoalan nasionalisme yang dikontruksi baru oleh pemegang kekuasaan. Nasionalisme sepertinya menjadi narasi besar yang seolah-olah diterjemahkan dengan semangat patriotisme padahal di dalamnya dibungkus dengan semangat manipulatif. Apalagi jika nasionalisme dihadapkan atau disandingakan dengan globalisme, ini akan menjadi kajian yang lebih rumit lagi. Parahnya dalam peristiwa-peristiwa khas, nasionalisme diproduksi dengan beragam rasa isu oleh publik dengan bantuan kapitalisme media yang tanpa rasa berdosa membumbui setiap isu sehingga publik yang lugu mudah tersulut emosi primitifnya. Menarik apa yang torehkan Kuntowijoyo dalam cara transformasi kesadaran nasionalisme yang dilakukan oleh orang-orang terpelajar Indonesia. Kunto membagi pada dua aras, yaitu idealis dan realis. Gerakan idealis adalah gerakan kultural yang menganggap perubahan cara berpikir lah yang penting dalam kehidupan kemasyarakatan, perubahan cara berpikir akan menimbulkan kesadaran akan nasib bangsa yang terjajah. Orang-orang yang bergerak dalam garis idealis mendirikan sekolah-sekolah dan media pendidikan rakyat lainnya. Dilain pihak gerakan realis melihat bahwa keterbelakangan bangsa Indonesia diakibatkan oleh struktur sosial yang disebabkan olah kolonialisme Belanda yang menindas bangsa Indonesia. Mereka ingin merubah struktur sosial bangsa Indonesia dari bangsa tertindas menjadi bangsa yang punya kekuatan, dari bangsa yang terjajah menjadi bangsa yang merdeka. Pikiran Kunto senyatanya memberikan pemahaman yang dalam dan tajam; bagaimana memposisikan nasionalisme dalam alam fikir orang Indonesia. Semangat ini tentunya mendobrak sekat-sekat ortodoksi kesukuan, agama, ideologi, tradisi, budaya dan lain-lain. Persoalan yang muncul kemudian adalah, sebagaimana diungkap di atas, ternyata dalam pergantian rezim, nasionalisme dipatahkan maknanya sesuai dengan alur dan kepentingan penguasa. Seolah-olah nasionalisme menjadi "kepercayaan baru" yang membunuh keragaman yang ada. Budaya monokulturisme menjadi berhala baru, terutama semasa rezim Soeharto sebagai wujud dari cita rasa nasionalisme saat itu. Pembangunan-isme, sentralisasi dan pengaburan-pengaburan nilai lain menjadi sesuatu kewajaran saat itu. Sehingga nasionalisme bukan menjadi alat pemersatu, tapi nasionalisme menjadi mesin penghancur dalam kurun waktu yang lama. Alhasil nasionalisme menghilangkan bahkan membunuh optimisme dalam berbangsa. Yang ada hanya pseduo nasionalisme yang dibungkus dalam baju-baju indah kebhinekaan. Sayangnya, kejeniusan dan prospektif kepemudaan yang saat oktober 1928 dikumandangkan menjadi teror yang menakutkan ditangan penguasa otoritarianisme. Kaum Muda Minang Merekonstruksi Ingatan Tanggal 28 Oktober setiap tahun diperingati sebagai hari sumpah pemuda. Tahun ini sudah yang kedelapan puluh kali diperingati, artinya ia selalu dikenang dan dirayakan. Kegelisahan yang muncul bagaimana sewajarnya diperingati kebangkitan ini ditengah krisis mentsunami jagad ini. Bagaimana kita memaknai prinsip persatuan, persamaan, kesetaraan dan kemerdekaan ditengah kondisi bangsa yang carut marut? Ditambah lagi kondisi prinsip tersebut hari ini sudah mengalami defisit masif dan dimana posisi pemuda? Titik ini ingin menyampaikan bagaimana mengkontruksi ingatan atas semangat kebangkitan agar masa depan dilihat dalam lingkar semangat kepemudaan? Disadari pertarungan saat diantar bangsa bukan lagi/sekedar pertarungan daerah/kota/provinsi atau penguasaan wilayah teritori secara fisik namu lbih jauh pertarungan hari ini sudah masuk pada wilayah penaklukan ideologi. Penaklukan ideologi ini bukan hanya sekedar bagaimana idelogi-ideologi atau negara-negara kuat mempengaruhi negara-negara kecil tapi penaklukan dilakukan secara hegemonik dan massif sehingga negara kecil masuk dalam kerangkeng negara besar. Pertarungan ideologis ini senyatanya menyadarkan akan makna pertarungan global yang sedang terjadi sekarang dengan menguatnya kembali kekuatan blok timur dengan China sebagai ikon hari ini menunjukkan bahwa the end of ideology Francis Fukuyama tidak kontekstual lagi. Pemuda baik secara teori dan praktek merupakan penuntun yang mendasar bagi setiap gerakan pembebasan contoh sumpah pemuda. Pemuda sepanjang sejarah mengajarkan akan pentingan transformasi bahkan revolusi. Perubahan ini terjadi Karena pemuda mengerti azas masyarakat tempat mereka hidup, dan mengerti kekuatan pendorong yang menggerak-kan perkembangan sosial ekonomi masyarakat tersebut. Dengan kata lain, sejarah memunculkan kepermukaan akan peran sejati pemuda di tanah air ini. Mencerna apa yang terjadi saat itu memberikan pemahaman dan hikmah yang besar, bahwa Pemuda hadir sebagai kekuatan penaklukan ideologi dominan. Artinya pemuda melakukan tindakan pembebasan manusia yang diarahkan pada usaha yang sadar untuk merombak tatanan masyarakat, untuk mengatasi sebuah keadaan di mana manusia didominasi oleh kekuatan politik yang buta dan mulai menggurat nasib dengan tangannya sendiri. Aksi pembebasan yang sadar ini tidak dapat dijalankan secara efektif, dan tentunya tidak dapat berhasil, jika pemuda belum menyadari dan mengenal lingkungan sosial tempatnya hidup, mengenal kekuatan sosial yang harus dihadapinya. Disisi lain pemuda juga memiliki kekuatan untuk mendobrak tatanan nilai feodal dalam memperjuangkan kepentingan kelas bawah dan sekaligus memainkan perannya dalam mendorong agar terciptanya tatanan sosial yang lebih demokratis serta memungkinkan terciptanya ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam sisitem kekuasaan. Mencari Jalan Pulang Minangkabau senyatanya merupakan laboratorium anak manusia dalam membangun kepribadian dan karakter kebangsaan. Minangkabau adalah etalase kehidupan demokrasi di Indonesia sejak dulu kala. Minangkabau, sedikit bernostalgia, memproduksi kaum muda progresif dan terlibat aktif memikirkan perjalanan bangsa. Minangkabau tidak melahirkan intelektual karbit, tapi kaum intelektual Minang adalah, meminjam Vaclav Havel, nurani bangsa. Dengan demikian, intelektual Minang mampu menjeritkan anti penggusuran, mereka tidak sekedar membela kaum miskin, tapi mengingatkan kepada penguasa akan keambrukkan bangsa jika mereka tidak mampu lagi medeteksi detak-detak kemiskinan. Intelektual, sekali menurut Havel, orang yang membaktikan hidupnya untuk berpikir demi kemaslahatan publik, melihat persoalan masyarakat dalam kontek yang lebih luas, berani memikul tanggungjawab sosial secara menyeluruh, itulah panggilan profesionalisme kaum intelektual. Jadi intelektual, menurut Sindhunata, tidak hanya kaum menggunakan pikirannya secara luas, tapi juga berpihak pada nilai-nilai universal. Semangat itulah yang mencerminkan pikiran-pkiran intelektual Minangkabau tempo dulu. Bercermin dari cuplikan diatas, sudah saatnya pemuda kembali kepada orisinalitas peran dan posisi dalam interaksi kehidupan sehari-hari. Dan kaum tua mengambil peran sebagai penja kearifan dan kesederhanaan. Nah, dalam konteks ini jika kaum tua masih bersigegas diri, dalam berkompetensi dengan kaum muda, maka itu tak obahnya sebagai upaya "pembunuhan' karakterter Minangkabau itu sendiri. Ini bukan berarti bahwa kaum muda tidak mau berkompetisi dengan kaum tua, tapi ini hanya sekedar mengingatkan bahwa karakter kerelaan adalah juga bagian penting dari putaran sejarah bangsa dan negara ini. Terakhir Kaum muda Minang tidak mesti harus terjebak pada kompetisi simbolik, kadang-kadang sedikit manipulatif di media, tapi perlawanan anak muda muda Minang adalah perjuangan bagaimana mengambil peran-peran strategis dinegeri ini. Maka jika ini dilakukan maka bukanlah sebuah mimpi ataui utopia "Minangkabau:Republik kaum Muda". Akhirnya kejayaan orang Minang menjadi sesuatu yang nyata adanya. *** --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN: - Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting - Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur pribadi - Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau dibanned - Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---