Saudaraku
Apa yang saudaraku renungkan dan tuliskan, tidak jauh beda dengan yang saya 
rasakan, tiga bulan saya berkeliling dapil sumbar dua, berdialog dari satu 
mesjid  ke mesjid yang lain, dari satu  pertemuan ke pertemuan berikutnya, 
bertemu dengan  masyarakat  dari berbagai  tingkat  sosial  dan  pendidikan,  
yang ada  dalam diri  saya  adalah  kekhawatiran dan  ketakutan  membayangkan  
masa depan  negeri  ini. Sepuluh tahun reformasi ternyata belum berhasil 
melahirkan masyarakat yang demokratis rasional, tapi justru telah melahirkan 
masyarakat demokratis transaksional, tapi perjuangan harus dilanjutkan, soal 
kita terpilih atau tidak bagi saya juga tak terlalu penting, yang paling 
penting adalah perjuangan melahirkan masyarakat demokratis rasional tadi, 
jangan pernah menyerah untuk sesuatu yang kita yakini benar saudaraku, salam 
perjuangan.

Aswadi Munir :Caleg DPR RI dari Partai Bintang Reformasi/PBR nomor urut 1 Dapil 
Sumbar 2

--- On Thu, 2/5/09, Indra Jaya Piliang <pi_li...@yahoo.com> wrote:
From: Indra Jaya Piliang <pi_li...@yahoo.com>
Subject: [...@ntau-net] Enam Bulan Menjadi Politisi
To: RantauNet@googlegroups.com
Date: Thursday, February 5, 2009, 10:11 PM

Enam Bulan Menjadi Politisi

Tanggal 9 April 2009 adalah hari penentuan, bagi setiap celah harapan yang ada
dalam diri pelaku-pelaku politik. Mereka yang mengerti. Mereka yang paham. Atau
barangkali tidak mengerti dan tidak paham, tetapi sebaiknya bukan dari generasi
yang sudah memerdekakan diri dengan kebebasan informasi di dunia maya ini. 

Kita tahu bangsa ini sudah lama memerdekakan diri dari belenggu kolonialisme.
Pendudukan bersenjata yang menempatkan nyawa di ujung peluru kaum kolonialis,
tinggal sebagai sejarah atau cerita para orang-orang tua. Tetapi kita masih
seperti itik patah dalam memburu tujuan-tujuan kemerdekaan itu. 

60 hari lebih sedikit lagi dari sekarang, setiap orang berhak menyatakan
pendapatnya. Apakah anda akan turut serta sebagai unsur yang bisa merubah arah
perjalanan bangsa, atau sekadar turut melihat saja setiap tahapan sejarah dipaku
dan dititi oleh orang lain? Kalau anda bagian dari itu, maka berikanlah suara
kepada siapapun yang dirasa pantas menerimanya. 

Tentu anda memiliki penilaian, positif, negatif, atau abu-abu. Ketika
memberikan penilaian, itulah hak dasar yang diberikan oleh konstitusi negara
ini, kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan berserikat, kebebasan untuk
berkumpul. Pada akhirnya, anda harus berpihak, walau hanya sesaat saja, di kotak
suara, dalam menentukan pilihan anda itu. 

Saya adalah satu dari generasi yang skeptis atas perubahan, tetapi telanjur
percaya kepada demokrasi. Generasi saya terlalu takut dengan baju loreng di
jalanan. Ketakutan itu ditambah dengan penyensoran buku dan pikiran. Tidak
jarang generasi saya yang suka membaca buku, harus bersembunyi dari siapapun
ketika membaca buku-buku bersampul merah dan hijau. Untuk membebaskan diri dari
ketakutan, malam-malam berhujan seperti sekarang adalah kesempatan untuk
mengetikkan pikiran pada mesin tik yang buruk yang saya beli di pasar rumput
Manggarai.

Ketika memulai hari-hari jelang reformasi, setiap langkah berarti ketakutan.
Mustahil tidak ada rasa takut dalam diri para demonstran. Siapapun yang
berurusan dengan gugatan atas rezim, selalu mencoba menghindarinya dengan cara
apapun. Saya melihat dan mencatat siapa saja sosok-sosok berani yang mengatakan
“Tidak!” kepada Soeharto, lalu menghilang dalam arus perubahan. Sebagian
dari mereka berada di kampus-kampus, dalam dan luar negeri sekarang ini. 

Api yang membakar jalanan Pangeran Diponegoro pada tanggal 27 Juli 1996 adalah
satu fase yang saya saksikan langsung. Merah itu api. Sementara air juga menyapu
bekas-bekas darah yang disemprotkan dari mobil pemadam kebakaran. Hari-hari
berikutnya dipenuhi dengan beragam gerakan, siasat, perselisihan, permusuhan,
persahabatan, sampai upaya menjalankan niatan dan roda nasib masing-masing. 

Dan sepuluh tahun kita berada dalam zaman baru. Tentu siapapun berhak menilai,
apa yang terjadi. Dalam sepuluh tahun ini, saya banyak mencatat, menganalisa,
tetapi mungkin hanya mengeluarkan gerutuan demi gerutuan. Ada 500-an catatan
yang saya buat, dalam bentuk artikel, buku, jurnal, makalah dan lebih banyak
lagi dalam bentuk laporan para jurnalis. 

Karena tidak ingin letih mencatat perubahan, terutama dari pusat-pusat
informasi di kalangan elite Jakarta dan berbagai daerah di Indonesia, tanggal 6
Agustus 2008 lalu saya memutuskan untuk hijrah sebagai pelaku politik. Saya
menjadi satu di antara puluhan ribu politisi yang mencoba melakukan sesuatu,
sesedikit apapun. 

Saya pulang kampung, ke Sumatera Barat, setelah 17 tahun merantau. Kali ini,
barangkali bukan menyandang prediket intelektual, tetapi politisi yang baru
belajar menjadi politisi. 

*** 

Telah enam bulan saya berjalan. Berpidato di banyak tempat, berdiskusi dengan
beragam lapisan masyarakat, mencoba melawan arus politik lama yang penuh dengan
permintaan atas uang, sembari mencoba cara sendiri untuk menunjukkan apa itu
politik. Tentu, saya tidak pernah takut gagal. Ketakutan utama saya adalah
generasi muda di bawah saya nanti tetap terbelit dengan metoda peraihan
kekuasaan politik dengan jalan-jalan pintas. 

Saya juga tidak memikirkan keberhasilan. Setiap hari adalah bagaimana
mengontrol hati, pikiran dan perasaan, dalam menghadapi beragam bentuk
perseteruan politik. Saya meniti lagi arus deras politik dan mencoba untuk tidak
tenggelam. Mungkin, ada banyak yang terkejut dengan kehadiran saya di dunia
politik, baik di kampung atau di tempat lain. Saya berani mengatakan
“Tidak!” kepada bentuk-bentuk permintaan yang tidak masuk akal. 

Tentu saya bersyukur atas perhatian dan dukungan beberapa orang dari kalangan
muda. Mereka menjadi sangat militan. Cara berpikir mereka berubah atas
tujuan-tujuan hidup dan politik. Saya tidak menyangka bisa menyaksikan diskusi
terjadi di kalangan adik-adik yang tidak tamat SMA, tamat SMA sampai baru mulai
menyelesaikan kuliahnya. Saya tercengang dengan kemampuan mereka menghadapi dan
menganalisa keadaan. 

Pertarungan politik bagi saya adalah bagaimana ide-ide lama ditolak dan ide-ide
baru diterima. Maka saya tidak melihat siapa yang bicara, tetapi apa yang dia
bicarakan. Boleh saja usianya tua dan mengaku berpengalaman dalam politik,
tetapi ketika orang itu tidak juga bersedia menerima ide-ide baru yang lebih
genuine, bagi saya orang itu layak untuk hanya ditemui sesekali. 

Tidak banyak yang saya pikirkan lagi, kecuali agar adik-adik ini menemukan
ritme yang tepat dalam memikirkan masa depan buat mereka sendiri. Ketika dulu
mereka sibuk dengan arus yang mencengkeram dari dunia lain, seperti
konsumtivisme, sekarang mereka sudah pelan-pelan berhasil menolaknya dan mulai
memikirkannya. Energi dalam diri mereka mulai mengalir, menghadang terpaan
energi negatif dari luar. 

Enam bulan yang singkat. Ya, mungkin anda berpikir saya tidak peduli dengan
terpilih atau tidak. Tidak. Tentu saya ingin terpilih. Yang saya harapkan,
perubahan yang sedikit demi sedikit itu berlanjut, sehingga bangunan generasi
baru yang matang untuk menjalankan kehidupan di masyarakat, bangsa dan negara
ini benar-benar siap. Makanya, saya tidak terlalu berpikir tentang siapa yang
menjadi presiden dan wakil presiden tahun 2009-2014 ini. Yang layak dipikirkan
adalah munculnya pembaharuan dalam proses suksesi tahun 2014, tahun 2019, tahun
2024 dan seterusnya. 

Kalau anda merasa bagian dari itu, dari generasi manapun anda, berapapun usia
anda, maka dukunglah saya. Kita bersama-sama, bergandengan tangan, kolektif,
mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Saya menulis ini ketika anak saya yang
berusia 10 bulan dan 6 tahun sudah terlelap tidur. Entah dunia seperti apa yang
mereka hadapi kelak, kalau kita tidak bergegas hari ini mempersiapkan dunia yang
lebih baik. 

Selamat berkarya dan menjalankan aktivitas harian anda. Sukses bersama buat
kita. Bagi yang ingin menjadi bagian dari masyarakat baru yang bertanggungjawab
kepada masa depan bersama, serta melihat jabatan anggota parlemen sebagai
jabatan publik, silakan mulai dengan cara-cara sehat, yakni memberikan donasi
kepada politisi yang anda sukai. Kalau itu adalah saya, silakan anda kirimkan
pertanyaan via email saya: pi_li...@yahoo.com dan indrajayapili...@yahoo.com. 

Jakarta, 06 Februari 2009. 

Hormat Saya,

Indra Jaya Piliang, SS, M.Si
Calon Anggota DPR RI Nomor Urut 2 dari Partai Golkar dengan daerah pemilihan
Sumatera Barat 2 (Kota Pariaman, Kota Bukittinggi, Kota Payakumbuh, Kabupaten
Padang Pariaman, Kabupaten 50 Kota, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman dan
Kabupaten Pasaman Barat). 




      





      
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi di setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Daftarkan email anda yg terdaftar disini pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke