Sanak Andiko, Kalau analisa saya selintas: Minangkabau sekarang secara sosiologis tidak kondusif bagi munculnya pemikir2 yang handal. Coba kita lihat dari mana datang orang2 besar Minangkabau pada masa lampau? Kebanyakan dari latar belakang yang mengambil jarak dengan DUNIA DAGANG dan DUNIA MILITER. Media2 di Minangkabau pada tahun 1920-40-an memberi ruang yang besar bagi polemik pemikiran, hingga soal jas dan dasi pun dipolemikkan. Media memberi ruang berhari2, bahkan berminggu2, untuk berpolemik. Kini media2 lebih cenderung memuat iklan untuk cari uang masuk. Dan tentu saja ucapan selamat atas dilantikkan pejabat tertentu. Sekarang kebanyakan orang Minangkabau yang ' besar' di rantau adalah para bisnismen yang punya perusahaan di sana sini. Hakekatnya sungguh beda dengan golongan yang pertama yg mengambil jarak dengan dunia dagang tadi.
Walau bagaimanapun, realitas mikro (Minangkabau) ini, dipengaruhi oleh realitas makro (Indonesia). Coba kita lihat betapa permisifnya budaya kita sekarang: mulai dari agama sampai kepada politik dijadikan konsumsi BUDAYA POPULER. Tapi bisa saja pendapat saya ini salah. Wassalam, Suryadi --- Pada Sab, 2/1/10, saaf10...@yahoo.com <saaf10...@yahoo.com> menulis: Dari: saaf10...@yahoo.com <saaf10...@yahoo.com> Judul: BLS: Re: [...@ntau-net] OOT: apa arti Gus Dur untuk Minangkabau ? Kepada: "rantaunet@googlegroups.com" <rantaunet@googlegroups.com> Tanggal: Sabtu, 2 Januari, 2010, 7:04 PM Setuju sekali, bung Andiko. Bisa kita acarakan dlm KKMP atau sebelumnya. Saya belum punya paper pak Navis dan bung Gusti Asnan tsb Bisa diemail pd saya ? saaf10...@yahoo.com. Terima kasih. SB Terkirim dari telepon Nokia saya -----Pesan Asli----- Dari: andikoGmail Terkirim: 02-01-2010 18.32.44 Subjek: Re: [...@ntau-net] OOT: apa arti Gus Dur untuk Minangkabau ? Pak Syaf Menarik yang bapak posting. Saya setuju kalau pernyataan Gusdur itu masih penting untuk dijawab sampai hari ini. Analisa subjektif saya, kenapa dulu orang Minang memberikan warna pada perjalanan kebangsaan yaitu 1) ada beberapa tokoh yang menonjol diantara tokoh yang lain, 2) Kemerdekaan berpikir yang terbangun dalam pendidikan informal yang masih sangat hidup di komunitas asalnya di Nagari 3) Multi strategi yang dijalankan orang Minang. Tidak semua tokoh Minang larut dalam kekuasaan, tetapi juga mempunyai orang-orang yang besar yang memilih berada diluar kekuasaan yang kritis. Mungkin itu hanya pandangan subjektif saya, mungkin bapak-bapak, bundo dan mamak-mamak yang telah melewati berbagai zaman dapat memberikan gambaran selintas bagaimana orang Minangkabau merespons situasi politik sekelilingnya, sejak era kemerdekaan, ORLA, ORBA dan masa reformasi yang nggak pernah selesai ini. Dalam diskursus ini menjadi relevan membaca ulang paper Pak AA Navis almarhum dengan judul "Perkisaran Orientasi Masyarakat Minangkabau dari Masa ke Masa". Selain itu layak juga dijadikan referensi paper Pak Gusti Asnan yang berjudul "Dinamika politik daerah : Sumatera Barat 1950an". Salam Andiko Sutan Mancayo -- . Nikmati chatting lebih sering di blog dan situs web. Gunakan Wizard Pembuat Pingbox Online. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/ -- . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe