Maaf, posting sebelumnya kelupaan meng-upload beria Jawa Pos tersebut. Di bawah 
ini saya krimkan kembali.

-- On Sat, 1/2/10, Dr.Saafroedin BAHAR <saaf10...@yahoo.com> wrote:


From: Dr.Saafroedin BAHAR <saaf10...@yahoo.com>
Subject: 'Panglima Adat Laut Pesisir Minangkabau'
To: "rantaunet rantaunet rantaunet" <RantauNet@googlegroups.com>
Date: Saturday, January 2, 2010, 9:16 PM







Assalamualaikum w.w. para sanak sa palanta,
 
Berita Jawa Pos tentang 'panglima laot' menurut adat Aceh di bawah ini 
menggelitik saya untuk mengajukan konsep 'Panglima Laut Pesisir Minangkabau', 
karena tiga hal. Pertama saya pernah membaca kaba .Nan Tongga Magek Jabang.' 
yang kisahnya mengelai petualangan di laut. Kedua saya juga pernah membaca 
kaba tersebut, tapi terkait dengan suku Bugis, dengan judul 'Arung Makkunrai ri 
Lodana'. Ketiga, menurut sejarah, yang mengislam Filipina Selatan dan tanah 
Bugis adalah datuk-datuk dari Minangkabau. [Tentunya datuk yang biasa menempuh 
gelombang lautan.]
 
Kita juga punya 'korps pelaut', yang berdiam sepanjang pantai Sumatera Barat, 
sejak dari Pesisir Selatan sampai ke Pasaman, yang hanya terdiri dari nelayan 
yang umumnya miskin. Beda dengan nelayan Thailand atau Jepang. Kita juga pernah 
punya galangan kapal di Teluk Bayur, yang lenyap entah mengapa.
 
Bagaimana kalau potensi terpendam ini kita hidupkan lagi, apalagi Lautan Hindia 
di depan pantai Sumbar [kabarnya] sangat kaya dengan ikan ? Bagaimana kalau 
LKAAM -- atau siapapun -- merintis pengangkatan 'Panglima Adat Laut Pesisir 
Minangkabau' menikam jejak Nan Tongga Magek Jabang ? Btw apakah ada akademi 
pelayaran atau akademi perikanan di Padang ? 
 
Atau kita akan tetap berkutat di darat, yang lahannya demikian terbatas ? 
Bukankah demikian banyak pencari kerja yang memerlukan lapangan kerja, yang di 
laut tersedia demikian banyak ?
 
Wassalam,
Saafroedin Bahar
(Laki-laki, masuk 73 th, Jakarta) 


 
  
 Sabtu, 02 Januari 2010 
 

  


  




  Berita Utama 




[Jawa Pos,  Sabtu, 02 Januari 2010 ] 
Panglima Laot, Organisasi Penegak Hukum Adat Laut Aceh (1) 

Dimotori Anak Muda Berpendidikan Tinggi 

Hukum adat Aceh terjaga karena kiprah anak-anak muda. Melalui Panglima Laot, 
mereka bisa memobilisasi ribuan orang agar bekerja untuk pemulihan tsunami 
hingga berpikir menegakkan kesadaran ekologis menjaga laut.

Anggit Satriyo, Banda Aceh 

---

MIFTAHUDDIN Cut Adek bangga atas ''prestasinya'' saat remaja dulu. Pada usia 18 
tahun, dia dipercaya menjadi wakil Panglima Laot Kuala Gigieng, kawasan nelayan 
di Kabupaten Aceh Besar. Sebagai anak muda, dia bertanggung jawab terhadap 
ratusan nelayan di kawasan itu yang sebagian besar umurnya jauh lebih tua 
daripada dirinya. Tentu kepercayaan tersebut harus senatiasa dijaga. Apalagi, 
Miftahuddin adalah putra nelayan terpandang di kawasan itu. 

Tugasnya berat. Miftahuddin harus tegas menegakkan hukum adat laut yang berlaku 
turun-temurun sejak zaman Kerajaan Aceh. Saat perselisihan antarnelayan terjadi 
karena berebut wilayah mencari ikan, Miftahuddin muda turun tangan menjadi 
penengah. Karena itu, dia sangat disegani di kampungnya.

Tujuh belas tahun berselang, Miftahuddin dewasa tak melaut seperti sebagian 
besar orang di kampungnya. Penampilannya lebih klimis. Pekerjaannya lebih 
mapan. Dia juga menyandang gelar pascasarjana di belakang namanya. Miftahuddin 
kini menjadi dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Syah Kuala, PTN terbesar di 
Banda Aceh.

Namun, amanat itu tak dia tinggalkan sampai sekarang. Jabatan adatnya justru 
merangkak lebih tinggi. Kini, dia menjadi sekretaris Panglima Laot Aceh. 
Tanggung jawabnya pun makin besar, setidaknya kehidupan melaut puluhan ribu 
nelayan di seluruh Aceh berada di pundaknya. ''Ini semua panggilan adat," jelas 
bapak seorang anak itu saat ditemui di kantornya. Setiap habis mengajar, dia 
harus mengurus Panglima Laot.

Ya, Panglima Laot adalah nama lembaga adat Aceh yang masih bertahan hingga 
kini. Bisa dikatakan, Panglima Laot merupakan lembaga adat paling sukses. 
Lembaga tersebut memiliki anggota ribuan orang dan aset puluhan miliar rupiah. 
Yang menarik, roda organisasi adat itu digerakkan anak-anak muda dan 
berpendidikan tinggi.

Di organisasi adat tersebut, pemegang tampuk kekuasaan tertinggi mendapatkan 
panggilan sama dengan lembaga itu: Panglima Laot. Pada abad ke-14, ketika Aceh 
masih diperintah raja, lembaga itu merupakan kepanjangan tangan sultan yang 
memerintah. Tugasnya, sebagai pemungut pajak. Kadang, panglima juga mendapat 
peran tambahan, memobilisasi rakyat untuk perang apabila kerajaan mendapatkan 
ancaman musuh.

Rakyat yang dikomando ya para nelayan itu. Dalam sejarah Aceh, Pahlawan 
Nasional Teuku Umar adalah Panglima Laot terakhir utusan Sultan Muhammad Daud 
Syah, raja Aceh terakhir. Perkembangan zaman membikin semuanya berubah. 
Perlahan terjadi pergeseran. Menurut budayawan Belanda Snouck Hurgronje, 
Panglima Laot bukan lagi kepanjangan tangan sultan.

Keberadaannya kini menjelma menjadi pemimpin adat yang mengatur tetek bengek 
praktik kenelayanan di pantai-pantai Aceh. Namun semasa penjajahan Belanda, 
keberadaan Panglima Laot seperti mati suri. Panglima Laot antara ada dan tiada.

Nah, sejak 2000, sejumlah panglima di pelabuhan-pelabuhan kecil Aceh berkumpul. 
Mereka menginginkan hukum adat laut di Aceh ditegakkan kembali. Akhirnya, 
terbentuklah Panglima Laot dari berbagai tingkatan. Mulai provinsi hingga 
struktur terendah tingkat kecamatan. "Panglima Laot sekarang lebih 
terorganisasi," jelasnya. Kini tercatat ada 173 Panglima Laot dalam berbagai 
tingkatan. (anggit satriyo/oki)




      

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke