Sekedar berceloteh (kalau diijinkan..)
Saya yakin, kalau bisnis Cici Christine Hakim ini sukses, barulah pengusaha 
urang awak akan "barudu" membuat hal yang serupa, copy paste tanpa tedeng 
aling-laing.
Semangat berdagang orang Minang memang tidak hilang, tapi (jujur saja) hanya 
berlaku untuk jualan kaki lima, nasi padang, jahit (garment), tapi bukan 
berdagang kreatifitas. Entah kreatifitas itu memang bukan bagian dari orang 
Minang atau memang kreatifitas itu sendiri "terpasung" oleh adat yang disalah 
artikan oleh sebagian pemegang "fatwa" adat. Entahlah...
Padahal, disaat Indonesia dilanda krisis, bisnis kreatif adalah salah satu 
bisnis yang masih tegak berdiri karena bertumpu pada kreatifitas dan potensi 
insani. Bandung, Joja dan Bali maju dalam bisnis kreatifitas karena berkreasi 
di kota-kota tersebut sangat kondusif dan kesempatan anak-anak muda untuk 
unjukkebolehan diberi ruang gerak yang lapang oleh pemerintah dan masyarakat. 
Bisnis pun tumbuh subur, bagaimana di Sumbar???
Perasaan sejak saya bisa membaca dan menulis, gambar kaos pariwisata / oleh 
SUMBAR selalu gambar jam gadang atau rumah gadang...
Salut buat Cici Cristhine Hakim, kalau bisa semakin banyak orang non Minang 
yang mengambil peluang bisnis di SUMBAR, biar orang Minang bisa lebih 
kompetitif dan kreatif...tidak cuma sibuk bicara masalah "intangible"...


Salam

Bot Sosani Piliang
Just an Ordinary Man with Extra Ordinary Dream
www.botsosani.wordpress.com
Hp. 08123885300

--- On Wed, 2/10/10, Noor Indones <noorindo...@gmail.com> wrote:

From: Noor Indones <noorindo...@gmail.com>
Subject: [...@ntau-net] Ayah, katanya orang Padang itu pintar berdagang
To: rantaunet@googlegroups.com
Date: Wednesday, February 10, 2010, 4:21 PM

Dunsanak, kamanakan, cucu ambo nan indak disabuikkan namo, dihimbaukan gala.
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatu.

Ambo kapatang ko ditunjuakkan koran oleh minantu ambo, nan bukan urang Minang 
asanyo.
Inyo batanyo, "Ayah, katanya orang Padang itu pintar berdagang, tapi kok ada 
berita sepert ini"


Ambo indak bisa manjawek lengkap karano usaho itu dimulai sabalum gampo. Kok 
sasudah gampo tantu akan ambo jawek, urang padang itu sadang sibuk maurus 
korban gampo, maa ado wakatu mamikiakan pantun.

Tolong kok lai ado nan ka manjalehkan sacaro lengkap, untuak itu ambo copykan 
guntiangan koran.

Satantangan nan dari ambo, cuma komentar babantuak pantun dan indak mukasuiknyo 
untuak ditampilkan di kaos itu.

Salam dan banyak minta maaf dari ambo.

Drs. H. Noor Indones St. Sati 73 th
asa nagari Sitalang, suku Tanjuang, bamukim di Palembang


Berita koran:
 
Kreativitas di Ranah Minang masih hidup. Meski berkali-kali diguncang gempa 
besar, semangat hidup warga tak runtuh. 
Mereka terus bangkit seraya menjunjung tradisi budaya lokal.
Gambaran itu tertuang dalam pantun yang berbunyi; 


sakali aia godang, sakali tapian barubah
nan aia, ka hilia juo
sakali balega gadang
sakali aturan batuka
nan adaik baitu juo.

Terjemahan ringkasnya, apa pun yang terjadi, sekalipun ada bencana ataupun 
pergantian pemimpin, tradisi adat akan tetap terjaga.


Hingga kini kekayaan tradisi lisan Minangkabau masih berkembang di tengah 
masyarakat turun-temurun. 
Sayangnya, pelestarian pantun cenderung kendur di sektor pendidikan. 
Para guru mulai jarang mengajarkannya di sekolah.


Seorang Christine Hakim (53), perempuan Tionghoa, membangunkan ingatan orang 
awak. 
Dia tidak rela tradisi lisan Minang hilang oleh waktu. 
"Tradisi ini harus berkembang meski di sekolah mulai ditinggalkan," demikian 
pendapatnya.


Christine menggali kreativitasnya dengan mengabadikan pantun Minang ke dalam 
kaus. 
Upaya ini diharapkannya menjadi pengingat warga akan pesan moral adat Minang.
Ide itu muncul beberapa pekan sebelum gempa mengguncang Sumatera Barat, 30 
Sep¬tember 2009. 

Christine tidak ingin dikenal orang hanya sebagai penjual keripik balado 
(keripik singkong yang diberi cabe merah). 
Dia mengingat dan mencari tahu pantun adat Minang yang berkembang di masyarakat.

"Meskipun saya orang China, tetapi saya hidup dan lahir di sini. Di mana bumi 
dipijak, di situ langit dijunjung," tutur Christine yang fasih bahasa Minang.

Ada lima pantun populer yang berhasil diabadikannya dalam kaus bagian belakang. 
Pantun-pantun itu umumnya berisi pesan moral 
keluarga, hubungan antarmanusia, dan pesan moral kepada seorang perantau.

Salah satu pantun populer yang diabadikannya melalui kaus berbunyi; 


pulau pandan jauah di tangah
di baliak pulau si ansao duo
hancua badan dikandung tanah
budi baiak takana juo. 

Pantun ini bercerita tentang kebaikan seseorang tidak akan hilang meski sudah 
mati terkubur di dalam tanah.

Adapun bagian depan kaus berisi gambar pusaka budaya Minang, di antaranya 
tabuik, Jam Gadang di Bukit Tinggi, dan kawasan 
kota tua Padang.

Respons masyarakat

Untuk memproduksi kaus berpantun itu, Christine bekerja sama dengan produsen 
kaus di Bandung, Jawa Barat. 

Produksi pertama berhasil dipasarkannya seminggu sebelum Lebaran 2009 dengan 
harga Rp 85.000 per potong, diskon 20 persen. 

Bagi pembeli yang ingin menjual lagi, dia memberi potongan 50 persen dari harga 
jual.


Respons masyarakat luar biasa. 

Pengunjung pusat oleh-oleh di Jalan Nipah, Padang, tidak hanya membeli keripik 
balado. 
Mereka juga membeli kaus berisi pantun Minang tersebut. 
Galeri kaus itu berada di ruang terpisah, tak disatukan dengan aneka oleh-oleh 
makanan.

Perantau asal Minang tak sedikit yang memesan kaus seperti itu. Pegawai asal 
Jakarta, Edy (50), mengaku terkesan dengan kaus 
pantun tersebut. 

"Kaus berisi pantun itu original," katanya.

Budayawan Minang, Mak Katik (60), menghargai upaya Christine. 

Dia bahkan baru tahu tentang produksi tersebut saat dimintai komentarnya oleh 
Kompas. Mak Katik mengakui, tradisi lisan Minang cenderung ditinggalkan orang 
belakangan ini. 

"Pada pertengahan 1970-an, saat Hasan Basri Durin menjabat sebagai Wali Kota 
Padang, upaya melestarikan tradisi lisan ini begitu kuat," katanya.

Pelestarian budaya, lanjutnya, sebenarnya bisa dilakukan siapa saja, termasuk 
Christine. 

"Mestinya gempa membuat masyarakat semakin kuat mentalnya, tanpa harus 
menangisi kesedihan berlarut-larut. Kami melihat 

gempa ini sebagai takdir. Kami pasrah. Di mana pun dan kapan pun bencana bisa 
terjadi. Airmata tidak bisa menyelesaikan persoalan," kata Mak Katik

la kemudian mengingatkan sebuah pesan ketabahan hidup dalam sebuah pantun. 


Garak janji imbauan barih
takadia sipatan Tuhan
kito nan utang, manapati
nan pokok lai ba usaho.

Apa pun keputusan Tuhan atas manusia, semestinya dihadapi dengan tawakal. 
Berusaha itu sangat penting, tidak berpangku tangan di tengah bencana, seperti 
yang dilakukan Christine Hakim. (ANDY RIZA HIDAYAT)


PASAN INYIAK RANTAU           
     
Walaupun sanak marantau jauah     
Hinggok di rantiang kayu tinggi      
Patuik saketek bahati lintuah       
Mancaliak kondisi nasib nagari             
     

Apo tajadi di anak cucu          
Manciok ciok sambia mangakeh        
Labuah diasak urang lalu          
Cupak dituka rang panggaleh             
     
Karupuak baganti jo karipik          
Ditomban urang jo sambalado          

Baa mako batambah sakik          
Usaho ko pindah ka tangan Cino              
     
Dahulu banamo karupuak sanjai          
Kini banamo karipik balado          
Dahulu usaho urang Kurai          
Kini bisnis urang Cino             

     
Kok tajapai pulang ka kampuang          
Singgah sabanta ka sasok lamo          
Sinan badan manjadi binguang          
Tanah ulayaik baganti namo              
     
Jaan lupo ka tapi danau          

Ka pinggia pantai mancaliak pukek          
Sinan awak baru tagagau          
Kamanakan manjadi tukang angkek              
     
Bukan angkek sumbarang angkek          
Pakakeh Bule nan diangkeknyo          

Kok si Bule ingin bagolek          
Ka tampek tidua diantakannyo              
     
Hari patang matoari turun          
Kalua hotel Bule dibao          
Kalau si Bule ingin raun          
Carikan dunsanak ka kawannyo               

     
Pasan inyiak sajak daulu          
Jaan dirusak adat jo agamo          
Tolong imbaukan ka bakeh pangulu          
Salamekkan nagari basamo samo   
                
Kok pariwisata salah kalola          

Bacampua jo parbuatan maksiat          
Carikan bukaan karajo nan hala          
Dapek dipatangguangkan dunie akhirat




-- 

.

Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~

===========================================================

UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:

- DILARANG:

  1. Email besar dari 200KB;

  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 

  3. One Liner.

- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet

- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting

- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply

- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 

===========================================================

Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe




      

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke