Assalamualaikum Sanak Helmidjas Hendra dan para sanak sapalanta,Sebagai peneliti, saya berminat membaca buku Sanak tersebut, yang ternyata ditulis setelah mengadakan penelitian selama sepuluh tahun. Setelah saya baca, saya coba mengatur pembahasannya nanti dengan para pemeduli ABS SBK. Tolong kirimkan ke alamat saya: Kompleks Sekretariat Negara Cidodol Baru, Blok E 20, Kebayoran Lama, Jakarta, 10220. [Sekalian info berapa harganya.]Terlebih dahulu terima kasih. Wassalam, Saafroedin Bahar(Laki-laki, masuk 73 th, Jakarta)
--- On Mon, 3/15/10, Ramadhanil pitopang <pitopang...@yahoo.com> wrote: From: Ramadhanil pitopang <pitopang...@yahoo.com> Subject: Re: [...@ntau-net] pandangkalan aqidah To: rantaunet@googlegroups.com Date: Monday, March 15, 2010, 9:15 PM Secara pribadi saya tidak yakin kalau ada anak Asli Minangkabau murtad beralih agamanya menjadi Kristen/ Katolik atapun agama lain. Kalaupun ada yang seperti itu itu beliau bukanlah Anak MINANGKABAU, tapi adalah anak KABAU.....hilang Minangnya, merupakan manusia paling bodoh yang saya tahu seperti itu. Hasil pengamatan saya, banyak orang bukan asli Minang tetapi berasal dari propinsi tetangga yang Nasrani, tapi karena sudah lama menetap di Ranah Minang, sudah fasih berbahasa Minang, mengaku sebagai orang Minang, kemudian beliau mengaku-ngaku pada orang lain baik di media ataupun kepada tetangganya sebagai orang Minang yang berubah keyakinan menjadi kristen. Padahal beliau sendiri dari sononya memang sudah beragama Kristen. Sebut saja adik kelas di FIPIA Unand bernama Edison bermarga "SMG", walaupun lahir di Ranah Minang, tapi kedua ibu bapanya asli urang dari propinsi tetangga yang beragama Kristen,,,,,,,,,,,begitulah si anak ini sengaja menjelek-jelekan orang Minangkabau dengan cara berkelakuan bejat (gigolo, menipu, dll) kalau ditanya orang, beliau selalu mengatakan sebagai orang Minang........ Menurut saya ini adalah cara murahan yang dilakukan oleh para Misionaris, dimana Fenomena yang sama juga banyak terjadi di Sulawesi Tengah, daerah rantau saya dimana persaingan antara agama sangat tinggi. Wassalam, R. Pitopang --- Pada Sen, 15/3/10, taufiqras...@gmail.com <taufiqras...@gmail.com> menulis: Dari: taufiqras...@gmail.com <taufiqras...@gmail.com> Judul: Re: [...@ntau-net] pandangkalan aqidah Kepada: rantaunet@googlegroups.com Tanggal: Senin, 15 Maret, 2010, 10:30 AM Mohon info. : Berdasarkan penelitian Bapak sudah berapa banyak yang terbukti beralih dari surau ke gereja ? Kalau bisa ada jumlah atau sekurangnya estimasi angka Apakah itu terjadi di ranah Minang terutama di Luhak nan tigo atau diperantauan ? Adakah pengaruh transmigrasi sehingga missionaris bebas masuk kawasan transmigrasi dan tasambia malewai daerah sekitarnya ? Kenalan saya non-muslim pernah menyatakan bertambahnya orang kristen di Sumbar Tapi sesudah diamati mereka berasal dari daerah Transmigrasi. ( Dharmasraya- Pesisir Selatan- Pasaman) Ada lagi orang Nieh di sekitar pantai Padang dan BIM airport Jadi bukan orang Minang Untuk Bukittingi ada kampung Batak dekat Terminal Aur Kuning. Selain itu mereka beli BTN sehingga bisa masuk kampung dipinggiran kota Apakah itu terjadi karena perkawinan terutama karena terlanjur hamil sebelum menikah atau pengaruh ekonomi ? Kalau dari intelektual dulu kita kenal dari Lintau dan Maninjau yang murtad Ada juga beberapa kenalan saya yang murtad karena menikahi wanita non-muslim Wass TR 55- Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -----Original Message----- From: helmidjas hendra <helmidjashen...@gmail.com> Date: Sun, 14 Mar 2010 20:05:43 To: RantauNet<rantaunet@googlegroups.com> Subject: [...@ntau-net] pandangkalan aqidah "DARI SURAU KE GEREJA" adalah judul buku pertama dari novel trillogi 1.000 halaman dengan judul "MURTAD DI RANAH MINANG". Buku tersebut dicetak sangat terbatas dan diterbitkan sendiri (juga didistribusikan sendiri) oleh penulisnya, karena tidak ada penerbit (termasuk penerbit urang awak) yang mau mempublikasikannya. Alasannya hampir senada : mengungkap masalah SARA, judulnya provokatif/ekstrim/kontroversial dsb. Ada penerbit yang minta judulnya diganti dengan kata-kata cinta, ada pula yang minta dimintakan kata pengantar dari tokoh-tokoh Minang terkemuka. Tapi saya bertahan dengan judul "Dari Surau ke Gereja" dan merasa tidak perlu meminta kata pengantar dari tokoh-tokoh terkemuka, dengan argumentasi sebagai berikut : meskipun formatnya "hanya" sebuah novel (karena saya novelis) saya tidak bermaksud berpanjang-panjang bercerita tentang percintaan (yang bisa ditemukan pembaca pada novel- novel lain). Saya ingin menyampaikan buah pikiran saya tentang apa yang saya lihat, saya dengar dan saya alami (menyangkut eksistensi adat dan agama di kalangan orang Minangkabau). Buah pikiran tersebut adalah hasil penelitian intensif selama 10 tahun (1995-2005). Penelitian tsb saya lakukan secara informal (metodologi yang saya gunakan adalah observasi dan kepustakaan) Buah pikiran saya tsb adalah sbb : A. Sebagian besar orang Minangkabau tidak mengerti notabene tidak memahami tentang adat Minangkabau kecuali penggalan-penggalan ungkapan pepatah petitihnya "nan lamak didanga" B. Telah terjadi pendangkalan aqidah terutama di kalangan generasi muda (tidak terdidik ataupun terdidik) C. Penyebab pendangkalan aqidah adalah lemahnya peran ulama sebagai suluah bendang dalam nagari, karena wirid/ ceramah agama telah menjadi rutinitas belaka D. Masyarakat Minangkabau secara perlahan tapi pasti sedang melangkah menuju masyarakat sekuler. E. Peran para tokoh Minang termasuki di level nasional hanya sebatas formalitas untuk mengimbangi kekaguman dari masyarakat Minang (terutama yang senagari). Peran para tokoh tersebut tidak menukik ke masyarakat, apalagi memperkuat kepribadian dan aqidah anak nagari .Diperlukan suatu gerakan generasi muda Minangkabau yang progresif (seperti yang saya tulis dalam novel saya tsb di atas) untuk menyelematkan Minangkabau, karena para orang tua (termasuk tiga tungku sajarangan) telah kehabisan geraham untuk mengunyah (tingga gigi untuk galak-galak sengeang sajo lai). F. Apa yang diprihatinkan oleh pak Saafroedin Bahar tentang ditemukannya ratusan penderita HIV/AID di Bukittinggi bukanlah hal yang mengherankan saya, karena kemerosotan peran ulama dan pemuka adat telah menjadi bagian dari materi penelitian saya G. Menurut hasil penelitian saya "Adat Minang TIDAK bersendi Syarak, Syarak MEMANG bersendikan Kitabullah OBSESI saya sekarang (implementasi kegelisahan seorang pengarang tua yang tidak dikela terhadap Minangkabau) : Saat ini tidak begitu penting bagi saya masalah penjualan buku "Dari Surau ke Gereja", karena cetakan edisi terbatas sekarang tinggal 122 eks, Karena buku ini saya terbitkan sendiri dan saya telah memprediksikan ketekoran (biaya cetak brosur promosinya hampir sama dengan biaya cetak buku). Saya (Insya Allah) telah ikhlas atas ketekoran tsb. Yang saya harapkan, buah pikiran saya tsb di atas bisa didiskusikan di forum orang Minang yang lebih luas dan lebih kompeten. Saya tidak mengharapkan semua orang setuju dengan buah pikiran saya. Alhamdulillah, saya sudah sangat siap menghadapi pro dan kontra. Saya juga tidak mengharapkan popularitas, karena dalam usia menjelang 60 tahun, saya rasa popularitas bukan lagi target yang rasional bagi saya. Akhirnya saya harapkan Rantaunet mempertimbangkan untuk memprakarsai diskusi tentang apa yang telah saya sampaikan tersebut. (Sebelumnya, bedah buku tsb telah diselenggarakan tanggal 9 Januari lalu di Universitas Islam Riau dan insya Allah yang kedua akan di selenggarakan di UIN Sultan Syarif Qasyim. Pekanbaru tanggal 25 April 2010 yad). Dengan segala kerendahan hat8i, saya menunggu tanggapan dari Rantaunet dan respons dari dunsanak-dunsanak dei mana saja berada -- . *** -- . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe