Assalamualaikum.

Mungkin artikel dari milis sebelah ini dapat kita ambil mamfaatnya dari
kejadian yang terjadi akhir-akhir ini ..

Wassalam,
Isra wandri  / batam


 ------------------------------
*From:* dzikrul...@yahoogroups.com [mailto:dzikrul...@yahoogroups.com] *On
Behalf Of *Ghozali
*Sent:* Friday, April 23, 2010 8:52 AM
*To:* dzikrul...@yahoogroups.com
*Subject:* [dzikrullah] Diambang Moralitas Islam..?



*From:* Arif Budi utomo <budiutomoa...@rocketmail.com>
***Subject:* Diambang Moralitas Islam..?


  Pemberitaan  akhir-akhir ini tentang para Hakim yang pergi Umroh dengan
difasilitasi dana dari Gayus Tambunan, tak pelak meninbulkan pro kontra.
Baik media cetak, elektronik maupun millis, mencoba mengulas dari pelbagai
sudut pandang. Hingga memasuki wilayah teologi Islam. Banyak sekali yang
menyudutkan Islam. Tak pelak lagi Islam sebagai ‘Teologi’ tertohok oleh ulah
para pemeluknya sendiri. Bahkan yang lebih memiriskan lagi, masalah ini
dibawa-bawa sampai kepada sang pembawa risalah sendiri. Muhammad SAW.
Tentunya dari sudut pandang yang jelas-jelas merugikan Islam.

Menyikapi fenomena ini saya jadi terusik~dalam keprihatinan saya, saya
mencoba ber-kontemplasi kepada diri saya sendiri “SUDAH BERAGAMAKAH SAYA…?”.
Apakah bila saya berada dalam posisi hakim tersebut, saya tidak melakukan
itu ?. Apakah saya termasuk ke dalam salah satu orang yang berteriak
lantang, dikarenakan tidak mendapat posisi  ?. Sungguh tantangan yang sangat
sulit..?. Karena saya tidak di posisi itu.  Mestikah ke-imanan harus
diuji..?.



*Ini salah siapa ? Ini dosa Siapa ?*



Perlahan  lagu Ebiet mengantarkan saya ber-kontemplasi ~dari dua buah speker
kecil di samping kanan kiri monitor. Sebuah lagu lama, yang syarat dengan
pesan-pesan moral. Pandangan sepertinya nanar~tertarik, berpendar , ke
lorong-lorong masa lalu, kembali ke masa kini, menyeruak ,menyusuri sel
neuron dalam otak saya mencari detail-detail yang dapat saya tuliskan untuk
mengawali kajian ini.

Hingga sampai saat. “salah siapa…ini salah siapa, dosa siapa ini dosa
siapa..mestikah aku bertanya lagi..?”. Seiring lagu berakhir, pertanyaan itu
juga menghentak saya. “Mestikah saya bertanya lagi..?. Kepada siapa..?.
Jikalau kenyataannya di Indonesia ~umat muslim terbesar diseluruh dunia ini,
secara ber-jamaah telah melakukan korupsi ?. Dengan rasa bangga diri,
barangkali ?.”.

Kebenaran menjadi sebuah kesadaran yang nisbi. Sebagaimana kisah 1 orang
yang tidak dihipnotis melawan 99 orang yang terhipnotis. Jelas kebenaran
semu  akan berpihak kepada kolektif. Dan menganggap yang 1 orang tersebut
salah. Padahal kenyataannya 99 orang tersebut sedang terhipnotis alias
terhijab alias ter-cover alias ter-kafir. Nah, kalau begini bagaimana Negara
ini, jikalau sebagaian besar kena hipnotis semua, sehingga mereka memandang
baik perbuatannya yang buruk. Waduh….!.

 Pertanyaan meliar…Kalau begitu dimana peran agama dalam mendidik
moralitas..?. Lebih membuat kita kecut lagi~ bangsa cina yang tidak beragama
justru moralitas dalam hal ini lebih baik?. Beragama dan tidak beragama
ternyata sama..!. Ternyata beragama tidak serta merta membuat pemeluknya
mampu melepaskan diri dari perbuatan keji dan mungkar !..Apakah benar begitu
?.

Frustasi dan skeptis. Bahkan kemudian muncul radikalisme, masih untung jika
hanya memboyong seluruh atribut masa lalu saja , atribut sosial budaya masa
lalu, masa rosululloh di bawa ke masa kini. Paling-paling hanya dikira orang
‘aneh saja’.

 Lha.. kalau pas yang di contoh yang diboyong hanya penggalan saja,
sebagaimana, ‘jihad’ . Jihad saat ini hanya dimaknai ‘BALAS DENDAM’~ Jihad
dalam arti  yang sempit yaitu “dengan mudahnya ~menyalahkan Negara lain ,
bangsa lain, golongan lain , atas situasi yang menimpa Islam, kemudian juga
memusuhi segama yang tidak mendukung atau sealiran “. Inilah salah satu
bentuk frustasi menghadapi pergolakan , dan pergulatan jaman karena ketidak
siapan seluruh elemen sumber daya manusia muslim sendiri. Maka pada akhirnya
 Islam akan menjadi agama ‘menara gading’, akan jauh dari rahmatan lil
‘alamin’. Seperti yang sudah terlihat di depan mata kita, dengan moralitas
para hakim. Sosok yang mewikili Tuhan di dunia, yang menentukan bersalah
atau tidak, menentukan nasib terpidana. Kalau sosok ini bisa terbeli, hancur
sudah bangsa ini. Duh..!.



*Moralitas Islam*



Bicara mengenai moralitas, adalah berbicara mengenai ; tatanan dalam
kemunitas. Bagaimana bersikap terhadap diri dan terhadap orang lain dan juga
terhadap kelompok, atau negara. Islam sangat memandang penting hubungan ini.
Saking pentingnya Raja Manusia~Tuhan semesta Alam `Allah SWT~ menurunkan
langsung hukum-hukumnya. Islam tidak mempercayai manusia dalam menyusun
hukum-hukum ini. Karena manusia memiliki kecenderungan terhadap nafsu. Maka
pasti manusia tidak akan dapat berlaku adil. Tidak akan mampu berkeadilan
yang bersinkronisasi dengan alam semesta sebagai satu kesatuan jagad raya
ini. Kita wajib berkeyakinan bahwa hukum ini tidak mungkin salah.

Namun, bagaimana transformasi, alih pengetahuan dari umat yang terdahulu ke
umat yang ter kini, menjadi problematika serius bagi umat Islam itu sendiri.
Seperti ada ‘missing link’. Sehingga informasi yang sampai menjadi sudah
tidak utuh lagi. Pendidikan Islam yang bermula sangat sederhana , menjadi
sangat kompleks dan rumit untuk dipahami generasi-generasi berikutnya.



*“Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau
menjadi susah; melainkan sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada
Allah), diturunkan dari (Allah) yang menciptakan bumi dan langit yang
tinggi.” [Thaahaa: 2-4)*



“Sesungguhnya Allah Swt. tidak mengutusku untuk mempersulit atau
memperberat, melainkan sebagai seorang pengajar yang memudahkan.” (HR.
Muslim, dari ‘Aisyah ra.)



*“...Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu...” [Al-Baqarah: 185]
*
“...Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu
dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.” [Al-Maa-idah: 6]



Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang senada dengan itu.

Begitu kita melirik bangsa ini, saya menciut lagi. Dimana mudahnya ya…?.
Orang-orang yang sudah hapal ribuan hadist, sudah katam puluhan kali, begitu
ada kesempatan tidak lupa korupsi juga. Hopo tumon..!?!.

Pertanyaan jadi menggelitik saya, apakah karena saking mudahnya Islam, maka
manusia mencari sulit-sulitnya.?. Dari asal yang sederhana di bikin kompleks
biar kelihatan lebih ‘keren’?.







*Belajar Mengajar  sebagai dasar logika berpikir*



Pemeluk Islam di Indonesia mengalami degradasi moralitas yang cukup serius.
Menjadi pertanyaan , apakah metodologi pengajaran dan pendidikan yang
disusun tidak efektif ?. Mengapa sholat yang dilakukan 5 kali sehari tidak
mampu mencegah perbuatan keji dan mungkar.



*Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab  (Al-Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat  Allah
(shalat) adalah  lebih  besar  (keutamaannya  dari  ibadah-ibadah yang
lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. 29/Al-Ankabuut:
45). *

**

Ayat ini banyak menjadi acuan dalam mereka melaksanakan belajar mengajar.
Belajar membaca al qur’an suudah dimulai sejak dini dari mulai TPA, masih
ditambah dengan pesantren, dan lain sebagainya. Sholat juga senantiasa
diajarkan, tidak cukup dengan ucapan bahkan sering juga disertai ancaman
neraka, kepada anak-anak kita. Kemudian adakah yang terlupa..?.



Baiklah untuk memahami jalan pemikiran saya, saya ajak sedikit bercerita:

Pada era jaman nasakom~era tahun 50 an, saat itu ideology komunis masuk
melalui pengajaran di TK-TK. Anak-anak diajak untuk ber-logika melalaui
permainan, alat peraga dan lain-lain.

“Anak-anak ayo…mari kita bersama-sama minta uang kepada Tuhan,.. pejamkan
mata kalian ibu hitung mundur ya dari 10 sampai 1..mulai 10,9…dst..”. Kata
ibu guru dengan renyahnya, sambil suara ditekan. Dengan ketertarikan ala
anak-anak, dan berharap-harap cemas anak-anak mengikuti ajakan gurunya,
dalam benak mereka Tuhan adalah kaya raya, sehingga pasti akan memberikan
uang yang banyak. Itu logisnya. Anak-anakpun memenjamkan mata mereka.  Dengan
gaya kekanak-kanakan, dikhusuk-kusukan mereka berdoa dalam hatinya
masing-masing. Agar diberikan uang sama Tuhan. Begitu selesai hitungan, ibu
guru berkata lagi, “Sudah anak-anak... coba buka mata kalian..apakah kalian
diberikan uang oleh Tuhan..”. Dengan nada kecewa dan setengah mau menangis,
anak-anak menjawab serentak “TIDAK  BU GURU…!”.

“Coba sekarang kalian minta sama Ibu saja…ayo mulai seperti tadi
lagi..ucapkan dalam hati kalian ya..yang sungguh-sungguh…”. Sekali lagi Ibu
Guru mengulang permainannya.

“Baik, sekarang kalian buka mata…”.

Dengan setengah berteriak anak-anak dengan gembira “Terima kasih Ibu Guru…”.
Rupanya sambil diam-diam, Ibu Guru membagikan uang kepada tangan-tangan
mungil itu.

“Nah, kalau kalian minta uang sama Ibu dikasih nggak..”. Tanya bu guru

“Di kasih bu..”. Jawab mereka serentak.

“Nah, jadi ibu guru jelas adanya karena dapat memberikan kalian uang,
betulkan..?. Kemudian Saat kalian tadi minta sama Tuhan..Tuhan kasih
nggak..”.

“Tidak bu..”. Jawab mereka, mengerti.

“kalau begitu, Tidak jelas adanya, mungkin juga tidak ada…karena Tuhan yang
katanya kaya, Tidak dapat memberikan kalian uang…betulkan..?.

Bocah-bocah kecil serentak mengangguk-angguk, tanda mengerti.



Inilah sekelumit, bgaiman cara memberikan pemahaman sesuatu wujud abstrak
dengan cara-cara logika berfikir, secara dini. Dan terbukti paham komunis
meluas dengan hebatnya. Hingga berakhir ketika terjadi pemberontakan
komunis.



Kalau kita melihat saat sekarang , metodologi pengajaran yang dilakukan di
tingkat dini. Banyak kita temui bahwa dalam melakukan pengajaran moralitas
Islam, teologi Islam. Mereka mengajarkan sebagaimana mereka mengajarkan
pelajaran lainnya; matematika, sejarah, fisika, dan lain-lain.



Saya berpikir, seandainya metode tersebut dipergunakan sejak dini untuk
memperkenalkan Allah kepada mereka, dengan konsep yang disesuaikan.
Misalnya. Dengan pengenalan diri mereka sendiri. Sambil dengan bermain.

“Anak-anak  mari kita kenali diri kita sendiri..sudah..ada jantung,
paru,..dan sebagainya.. dapat diarasakan bukan.. coba perintahkan kepada
paru agar berhenti jangan bernafas lagi…?.  Coba suruh mata agar jangan
berkedip…dan seterusnya…..”. Latihan-latihan kecil ini akan membawa kepada
pemahaman bahwa ada suatu Dzat yang diluar diri mereka yang mengatur tubuh
mereka. Kemudian di lanjutkan dengan kreasi logika-logika lainnya. Saya
mulai berandai rupanya.



Pernah suatu hari anak saya yang tertua, saat berumur 5 tahun , sedikit
berdiskusi dengan saya. Memang saya akui kecerdasannya lumayan, dia sering
mewakili sekolah dan kotanya mengikuti olimpiade. Kejadiannya saat malam
saya ajak  menonton permainan lampu di suatu tempat.

“Yah…senang ya jadi lampu..”. Dia mulai mengajak saya bicara. Saya hanya
menyimak saja.

“ Ada yang sorotannya besar sekali sehingga dia bisa menerangi semua jalan,
ada yang kecil, ada yang warna-warni..kalau saya jadi lampu saya mau jadi
yang besar ah..gagah sekali kelihatannya ..”. saya diamkan saja dia ngomong
sendiri. “Tapi…jadi lampu nggak enak…kalau siang dia mati…”. Keliahatan dia
merenung. “Kok dia bisa nyala ya Yah..”. Saya tidak menduga dia mengajukan
pertanyaan itu. Saya jawab sekenanya “Karena ada PLN..”. “Emang PLN.. mahluk
apa ya Yah..kok hebat sekali dapat membuat lampu jadi bersinar..kalau lampu
bias ngomong kayak kita,  lampu akan berterima kasih nggak Yah..sama
PLN..?”. Saya terbelalak mendengar pertanyaan ala kanak-kanak namun sarat
filosofi ini. “Ya..ayah nggak tau, mungkin ada yang berterima kasih…mungkin
banyak juga yang tidak kan lampu tidak tau kalau dia dialiri listrik oleh
PLN, mana dia tahu..”. Jawab saya diplomatis. “Kalau saya yang ngasih tau
kepada lampu tentang hal itu, lampu mau percaya nggak ya Yah…?. Saya kan
lebih tau dari mereka kalau ada PLN”. Saya terpekur tidak bias menjawab
pertanyaan ini. Jangankan lampu manusia saja yang sudah diberitahu akan
adanjya Tuhan oleh para Rosul, banyak yang tidak mau tahu. “Heeh…capai deh”.
Ujar saya getun. “Kalau lampu dialiri listrik ama PLN terus nyala…kalau
manusia dialiri listrik nggak Yah…kok  hidup..?”. Saya menjawab singkat
sambil menghindar, takut salah. “Kita dialiri hidup sama Allah..”.



Inilah sebuah analogi, ala kanak-kanak, yang jikalau kita mampu memanfaatkan
, dengan cara ini kita dapat mengenalkan Tuhan kepada mereka.. Pikir saya
bertahun-tahun kemudian.

Islam banyak mengajarkan, menganjurkan, kepada manusia untuk senantiasa
menggunakan logika berfikirnya. Sebab di alam raya ini;, pergantian siang
dan malam, hujan yang turun, pertemuan laut, dan sebagainya banyak terhampar
tanda-tanda kekuasaan Allah. Dengan cara apa mengetahui, jikalau kita tidak
menggunakan logika berfikir kita?. Bagaimana kita bisa beriman kepada yang
gaib, jikalau kita tidak mampu ‘meyakininya’ dengan pengetahuan.?.



*Hikmah 1**; Logika berfikir sebagai basis Islam dalam proses
belajar-mengajar sesungguhnya tidak boleh ditinggalkan sejak mulai usia
dini.Agar mereka mengenali Tuhannya sejak dini. Untuk membangun moralitas
Islam saat dewasa nanti.*

**

**

Sesungguhnya Islam dibangun dari 3 pilar IHSAN, RUKUN IMAN DAN RUKUN ISLAM.
Ibaratnya sebuah bangunan, banyak sekali ahli teologi Islam menekankan hanya
kepada pelaksanaan Rukun Islam. Karena banyak sekali ayat-ayat yang mengarah
kesana. Sentuhan kepada Rukun Iman nyaris terabaikan, bahkan IHSAN sudah
dilupakan dari system belajar mengajar, kalau ada hanyalah sedikit. Banyak
umat muslim menganggap hal yang mustahil, ‘SEAKAN-AKAN ENGKAU MELIHAT
Allah…”. Melihat Allah yang menjadi syarat dalam beribadah apapun, baik
sholat, zakat, puasa, bekerja, ber muamalah, berdagang, dan lain-lain,
menjadi kegalaun dan kegundahaan umat.

Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah
seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat
hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada
seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk
dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya
(Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “ Ya Muhammad,
beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada
Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah
utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan
pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua
heran, dia yang bertanya dia pula yang  membenarkan. Kemudian dia bertanya
lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik
maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“.  Kemudian dia
berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “
Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya,
jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia
berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau
bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia
berkata:  “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda:  “
Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang
bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian)
berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku
berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau
siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui
“. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian
(bermaksud) mengajarkan agama kalian “.

(Riwayat Muslim)



*Hikmah 2**; Sistem belajar mengajar Islam dewasa ini seharusnya mampu
membawa umat kepada pemahaman IHSAN secara totalitas. Karena Ihsan
sesungguhnya menjadi persyaratan mutlak bagi umat Islam dalam keseharainnya,
minimal dalam beribadahannya. Umat Islam harus mampu memposisikan dirinya
“seakan-akan dia melihat Allah, dan atau seakan-akan Allah melihat dia terus
menerus”. Umat Islam harus mampu mengenali Dzat Tuhannya, dimana kepada-NYA
dia menghadap*.

JIka tidak~kejadiannya seperti sekarang ini, Di negeri ini. Islam hanya
sebagai literature~tekstual, yang harus dipelajari sebagaimana mereka
mempelajari akunting, matematika, fisika, kimia, biologi, dan lain-lian.
Pemberian nilai system ini tidaklah menunjukan moralitas mereka sama dengan
nilai yang di dapatnya.

Maka baiknya, segera dibenahi system belajar mengajar Islam, agar nantinya
umat tidak menjadi  salah urus lagi. Kalau sudah seperti sekarang ini.
Baiknya kita tinggal menunggu datangnya keadilan Allah SWT.

"Saat mana keadilan sudah terbeli maka saat keadilan Tuhan menghampiri,
sebagaimana sunatulloh dari sejak dahulu hingga nanti."

Marilah kita mulai dengan anak-anak kita saja. Agar nanti saat menjadi
hakim, betul betul menjadi hakim atas nama Allah swt. Amin


Salam
Arief





Wassalam
Moderator
Ghozali

Shalat Center Pusat
Kemang sari IV No.5 Jatibening baru Pondok Gede Bekasi 17412
021-84978836 / 0858 8383 9281 sekretar...@shalatcenter.com
Menyediakan Buku,CD,VCD & DVD karya Ustadz Abu Sangkan
melayani pemesanan dalam & luar kota


Media Silaturahmi & Komunikasi baik pertanyaan dan Kajian Seputar Shalat
Khusyu antar jemaah dibuatlah Forum Komunitas Shalat Khusyu dengan alamat
http://shalatcenter.com/forum



2010/4/23 Anzori <anz...@yahoo.com>

> Ini pertanyaan yang menarik. Cerminan bahwa manusia Indonesia yang dikenal
> kental dengan budaya agama dan sangat agamis ternyata bertemparemen sangat
> bengis Salahnya di mana? Padahal agama mengajarkan kelembutan. Contohnya
> lagi peristiwa Batam. Begitu mudah amuk masa terjadi, seolah-olah mereka
> adalah manusia yang tidak punya hati nurani, hanya mengedepankan emosi. Ini
> cerminan bangsa yang tidak mendapat berkah dari Allah SWT, mungkin termasuk
> juga kita. Astaghfirullah.............
>
>
>
>
> ------------------------------
> *From:* Indra J Piliang <pi_li...@yahoo.com>
> *To:* RantauNet <RantauNet@googlegroups.com>; Forahmi <
> fora...@yahoogroups.com>
> *Sent:* Fri, April 23, 2010 10:17:42 AM
> *Subject:* [...@ntau-net] Fw: JK : Mengapa Kita Menjadi Bengis?
>
>

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke