Akhirnya kebersamaan kami untuk sebuah moment yang sangat dekat harus saya akhiri. Antara tega dan tidak, saya harus mengambil keputusan, saya harus melerai saat-saat yang sangat menentramkan untuk hatinya. Saya tau ini tidak nyaman untuk kami, tapi saya harus melakukannya, karena saya sungguh dalam keadaan lemah tak berdaya, saya “mabok” kepala saya sering pusing, dan nafsu makan saya turun ketitik yang amat rendah.
Saya teringat saat menyadari keberadaanya Januari 2007 lalu. Saat itu anak pertama saya (Khonsa’) kira-kira baru berusia 7 bulan. Saat Khonsa’ lahir, saya telah berkomitmen memberinya ASI hingga 2 tahun walau saya memiliki aktivitas publik yang boleh dibilang tidak sedikit. Tak ada sedikitpun keraguan di hati saya untuk tetap menyusui sebelum saya penuhi haknya menyusu hingga 2 tahun walau saat itu saya sedang mengandung anak kedua (Naf’an) Akhirnya ASI tandempun saya lakoni, tanpa problem, tanpa beban. Subhanallah Allah yang Maha Pemurah, saat itu saya tidak mengalami kesulitan, tidak mabok, nafsu makan tetap prima. Dengan calon bayi yang ada di rahim saya, saya tetap menyusui Khonsa hingga tak terasa ia berusia 3 tahun 3 bulan. Sungguh parents, tidak mudah menyusui tandem (tetap menyusui walau dalam keadaan hamil). Banyak sekali protes dari sanak saudara dan teman. Katanya itu tidak boleh, tidak baik Bisa merusak bayi yang ada dalam kandungan, bisa merusak kakaknya. Ada juga pendapat yang seram, katanya ASI yang saya keluarkan bukan lagi susu, tapi darah. Anjing mengonggong kafilah tetap berlalu, berbekal pengetahuan yang saya peroleh dan juga dukungan 1000% dari suami serta mertua, saya tetap menyusui dalam keadaan hamil. Bahkan nonstop sejak 8 Mei 2006 hingga awal April 2010. Alhamdulillah, apa yang dikhawatirkan sanak saudara dan teman-teman tidak terbukti. Alhamdulillah Naf’an tumbuh sehat. Berat lahirnya 3200 gram, panjang 50 cm. Walau tidak minum susu formula, susu pertumbuhan juga tidak mengkonsumsi vitamin, berat Naf’an saat ini 12,5kg dalam usia 2,5 tahun. Saat ini dia tampaknya sudah siap belajar membaca. Setiap kali kakaknya membaca buku (alhamdullillah Khonsa bisa membaca usia 3 tahun 9 bulan) ia juga mengambil buku dan membaca sesuka hatinya. Hanya saja saya belum siap mengajarinya membaca menginggat kondisi saya yang saat ini belum fit (masih mual dan sering pusing). Ya, saya harus menyapihnya kini. Saya tak boleh menundanya lagi seperti dulu waktu saya dinas ke Jakarta selama 10 hari. Waktu itu bulan Desember 2009. Saat usianya sebenarnya sudah lebih 2 tahun. Tapi saya belum siap berpisah dengannya. Walau saat itu ia sebenarnya sudah lupa dengan ASI saya, tapi saya memberinya lagi (anaknya mau aja lagi, dah 10 hari tidak mimik, hari ke 11 mau lagi). Tapi sekarang saya harus bisa. Saya harus menyapihnya tanpa menyakiti hatinya, tanpa membohonginya, tanpa menodai jiwanya, tanpa penipuan, tanpa kekerasan tanpa memberi yang pahit-pahit pada puting saya. Saya harus menyapihnya dengan lembut, dengan cara yang sangat halus, dengan pengertian, dengan kasih sayang. Alhamdulillah saya berhasil, walau dia sedikit rewel tapi tidak parah. Saya yakinkan dulu diri saya bahwa ini adalah saat yang tepat, ini adalah saat yang terbaik untuk menyapihnya. Saya katakan pada Naf’an bahwa Bunda saat ini sedang hamil. Saya katakan padanya kalau ia bakal punya adik. Saya katakan padanya bahwa sekarang Adik (kami memanggilnya dengan sebutan ”Adik”) akan menjadi kakak. Sekarang Naf’an tidak Adik lagi. Sekarang Naf’an sudah menjadi Uda. Dia tidak mau di panggil Uda. Kami sarankan dia dipanggil Mas (suami saya dari Jawa), tapi dia juga tidak mau. Akhirnya dia sendiri yang meminta di panggil Abang. Okelah kami semua setuju memanggilnya Abang Naf’an. Namun sebelum itu, tentu saya merencanakan semua perpisahan kami. Supaya saya tidak melukai jiwanya, saya mulai mengurangi frekwensi menyusunya. Saya sediakan stok cemilan, saya lihatkan gambar ibu yang sedang hamil dan bayi mungil. Alhamdulillah saya bersyukur pada Allah dapat melewati hari-hari yang sangat sulit bagi kami Ibu dan anak untuk berpisah. Terbayang mata kami saling menatap. Kulit kami saling menyentuh, tanganya memeluk dan menyentuh muka saya. Saya tau saat yang paling nyaman buat kami berdua adalah saat menyusui itu. Kini masa-masa indah itu berakhir untuk sebuah masa yang lebih indah lagi. Sekarang makan Naf’an jauh lebih banyak, minum air putihnya juga jauh lebih banyak. Jika malan hari terbangun, dia minta minum air putih. Badanyapun jauh lebih berisi. Sekarang juga dia jauh lebih mandiri, dan semangat bermain dan belajar membacanya juga jauh meningkat. Saya ikhlas melepas semua ini untuk masa yang lebih indah lagi..... Semoga kami mampu menghantarkan anak-anak ke depan pintu gerbang kesuksesanya dunia dan akhirat...... Semoga bermanfaat........ Dr. Yesi Elsandra Konselor Laktasi Padang - Sumatera Barat -- . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe