Assalamualikum Wr.Wb. Yth. Ibu2 dan Bapak2 dan para dunsanak di Palanta.

Saya ada membaca satu Blogger yang isinya menarik buat saya (Melacak Zionis di 
Indonesia).

Moga2 juga menarik bagi dunsanak, selamat membaca.

Wassalam,
Muljadi.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
http://islam-agamaku-islam.blogspot.com/
 Wawancara Ridwan Saidi : Melacak Zionis di Indonesia 

Zionis-Yahudi mengakar kuat di Indonesia. Melalui antek-anteknya yang ada di 
Indonesia, mereka berhasil menguasai sektor ekonomi, terutama bidang perbankan 
dan merasuki budaya Indonesia…

Sejak mencuatnya kasus grup band Dewa yang diprotes lantaran menginjak-
injak karpet bermotif lafaz Allah saat manggung di salah satu stasiun televisi, 
obrolan seputar Yahudi, Zionis dan Freemasonry makin rame. Apalagi, pentolan 
Dewa, Ahmad Dhani, selama ini kerap dijumpai mengenakan kalung Bintang David, 
simbol Zionis-Israel. 

Untuk mengetahui lebih dalam jaringan kaum yang dikutuk Allah SWT itu, berbagai 
kalangan menggelar berbagai forum diskusi dan dialog tentang Zionis-Yahudi. 
Selasa (31/5) lalu, misalnya, Kajian Islam Cibubur Pesantren Tinggi Husnayain, 
Pimpinan KH A Cholil Ridwan menggelar sebuah diskusi yang bertajuk “Bahaya 
Gerakan YAHUDI di Indonesia”. 

Ridwan Saidi, salah seorang pembicara dalam dialog itu, mengaku prihatin dengan 
kondisi umat saat ini. Sebab, banyak umat yang masih tidak percaya gerakan 
Zionis-Yahudi. Bahkan sebagian kaum Muslimin memandang tudingan gerakan 
Zionis-Yahudi sebagai sesuatu yang mengada-ada. Padahal, dampak dari gerakan 
Zionis ini sangatlah merugikan kaum Muslimin bahkan umat manusia.

“Siapa bilang tidak ada gerakan Zionis-Yahudi di sini. Ada dong, sebab akarnya 
terlalu kuat di Indonesia. Mereka masuk sejak zaman Hindia Belanda,” ujar pria 
yang puluhan tahun meneliti dan mengkaji gerakan Zionis-Yahudi itu. 

Benarkah akar Zionis-Yahudi begitu kuat di Indonesia? Apa saja indikasi dan 
buktinya? Memang, tak mudah melacak jejak gerakan berbahaya ini di Indonesia. 
Apalagi selama ini, Zionis-Yahudi, memang gerakan tertutup. Aktivitas mereka 
berkedok kegiatan sosial atau kemanusiaan. Namun sasaran dan tujuannya sangat 
jelas: Merusak kaum lain. 

Ibarat orang yang sedang buang angin dengan pelan: tercium baunya, tapi tak 
nampak wujudnya. Tidak mudah mengendus dan mendeteksi mereka. Namun dengan 
membuka-buka catatan sejarah, kabut dan misteri seputar jaringan Zionis-Yahudi 
di Indonesia akan terbuka lebar.

Gedung dan bangunan ternyata tak hanya memiliki estetika, namun juga menyimpan 
sejarah peradaban, tak terkecuali gerakan Zionis-Yahudi di Indonesia. Dari 
sejumlah dokumen sejarah, tidak sedikit gedung-gedung yang berdiri dan 
beroperasi saat ini yang ternyata dulunya pernah menjadi pusat pengendali 
gerakan Zionis-Yahudi di Indonesia. 

Satu di antaranya adalah gedung induk yang saat ini dipakai pemerintah untuk 
kantor Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) di Jalan Taman 
Suropati, Menteng, Jakarta Pusat. Dalam buku “Menteng Kota Taman Pertama di 
Indonesia” karangan Adolf Hueken, SJ, disebutkan, awalnya gedung yang kini 
berperan penting merencanakan pembangunan Indonesia itu adalah bekas 
loge-gebouw, tempat pertemuan para vrijmetselaar. 

Loge-gebouw atau rumah arloji sendiri adalah sebuah sinagog, tempat peribadatan 
kaum Yahudi. Dulu, kaum Yahudi memakainya untuk tempat “sembahyang” atau 
“ngeningkan cipta” kepada Tuhan. Karena tempat itu sering dipergunakan untuk 
memanggil-manggil roh halus, maka masyarakat Indonesia sering menyebut loge 
sebagai rumah setan. 

Sementara Vrijmetselarij adalah organisasi bentukan Zionis-Yahudi di Indonesia 
(Dulu Hindia Belanda). Ridwan Saidi dalam bukunya “Fakta dan Data Yahudi di 
Indonesia” menuliskan bahwa pimpinan Vrjmetselarij di Hindia Belanda sekaligus 
adalah ketua loge.

Vrijmetselarij bukanlah organisasi yang berdiri sendiri. Ia merupakan bentukan 
dari organisasi Freemasonry, sebuah gerakan Zionis-Yahudi internasional yang 
berkedudukan di London, Inggris. Pada tahun 1717, para emigran Yahudi yang 
terlempar ke London, Inggris, mendirikan sebuah gerakan Zionis yang diberi nama 
Freemasonry. Organisasi inilah yang kini mengendalikan gerakan Zionis-Yahudi di 
seluruh dunia. 

Dalam kenyataannya, gerakan rahasia Zionis-Yahudi ini selalu bekerja 
menghancurkan kesejahteraan manusia, merusak kehidupan politik, ekonomi dan 
sosial negara-negara yang di tempatinya. Mereka ingin menjadi kaum yang 
menguasai dunia dengan cara merusak bangsa lain, khususnya kaum Muslimin. 

Mereka sangat berpegang pada cita-cita. Tujuan akhir dari gerakan rahasia 
Zionis-Yahudi ini, salah satunya, adalah mengembalikan bangunan [b]Haikal 
Sulaiman yang terletak di Masjidil Aqsha, daerah Al-Quds yang sekarang dijajah 
Israel. Target lainnya, mendirikan sebuah pemerintahan Zionis internasional di 
Palestina, seperti terekam dari hasil pertemuan para rabbi Yahudi di Basel. 

Seperti disinggung di atas, gedung Bappenas memiliki sejarah kuat dengan 
gerakan Zionis-Yahudi. Tentu, bukan suatu kebetulan, jika lembaga donor dunia 
seperti International Monetary Fund (IMF) yang dikuasai orang-orang Yahudi 
sangat berkepentingan dan menginginkan kebijakan yang merencanakan pembangunan 
di Indonesia selaras dengan program mereka. 

Satu per satu bukti kuatnya jejak Zionis-Yahudi di Indonesia bermunculan. Jejak 
mereka juga nampak di sepanjang Jalan Medan Merdeka Barat dengan berbagai 
gedung pencakar langitnya. Menurut Ridwan Saidi, semasa kolonial Belanda, Jalan 
Medan Merdeka Barat bernama Jalan Blavatsky Boulevard. Nama Blavatsky Boulevard 
sendiri tentu ada asal-usulnya. Pemerintah kolonial Belanda mengambil nama 
Blavatsky Boulevard dari nama Helena Blavatsky, seorang tokoh Zionis-Yahudi 
asal Rusia yang giat mendukung gerakan Freemasonry. 

Siapa Blavatsky? Pada November 1875, pusat gerakan Zionis di Inggris, 
Fremasonry, mengutus Madame Blavatsky—demikian Helena Balavatsky biasa 
disebut—ke New York. Sesampainya di sana, Blavatsky langsung mendirikan 
perhimpunan kaum Theosofi. Sejak awal, organisasi kepanjangan tangan 
Zionis-Yahudi ini, telah menjadi mesin pendulang dolar bagi gerakan 
Freemasonry. 

Di luar Amerika, sebut misalnya di Hindia Belanda, Blavatsky dikenal sebagai 
propagandis utama ajaran Theosofi. Pada tahun 1853, saat perjalanannya dari 
Tibet ke Inggris, Madame Blavatsky pernah mampir ke Jawa (Batavia). Selama satu 
tahun di Batavia, ia mengajarkan Theosofi kepada para elit kolonial dan 
masyarakat Hindia Belanda. 

Sejak itu, Theosofi menjadi salah satu ajaran yang berkembang di Indonesia. 
Salah satu ajaran Theosofi yang utama adalah menganggap semua ajaran agama 
sama. Ajaran ini sangat mirip dan sebangun dengan pemahaman kaum liberal yang 
ada di Indonesia. 

Menurut cerita Ridwan Saidi, di era tahun 1950-an, di Jalan Blavatsky Boulevard 
(kini Jalan Medan Merdeka Barat) pernah berdiri sebuah loge atau sinagog. Untuk 
misinya, kaum Yahudi memakai loge itu sebagai pusat kegiatan dan pengendalian 
gerakan Zionis di Indonesia. Salah satu kegiatan mereka adalah membuka 
kursus-kursus okultisme (pemanggilan makhluk-makhluk halus). 

“Jika saat ini saham mayoritas Indosat dikuasai Singtel, salah satu perusahaan 
telekomunikasi Yahudi asal Singapura, maka itu sangat wajar. Sebab dulunya 
Indosat adalah sinagog dan kembai juga ke sinagog,” ujar mantan anggota DPR 
yang pernah menginjakkan kakinya ke Israel tersebut. 

Di sepanjang Jalan Juanda (Noordwijk) dan Jalan Veteran (Rijswijk) jejak 
Zionis-Yahudi juga ada. Dalam sebuah artikel di sebuah media massa yang terbit 
di Jakarta, sejarawan Betawi Alwi Shahab menyebutkan, pada abad ke-19 dan 
ke-20, sejumlah orang Yahudi menjadi pengusaha papan atas di Jakarta. Beberapa 
di antaranya bernama Olislaegar, Goldenberg dan Ezekie. Mereka menjadi pedagang 
sukses dan tangguh yang menjual permata, emas, intan, perak, arloji, kaca mata 
dan berbagai komoditas lainnya. Toko mereka berdiri di sepanjang Jalan Risjwijk 
dan Noorwijk. 

Masih menurut Alwi, pada tahun 1930-an dan 1940-an, jumlah orang Yahudi cukup 
banyak di Jakarta. Bisa mencapai ratusan orang. Mereka pandai berbahasa Arab, 
hingga sering dikira sebagai orang keturunan Arab. Bahkan Gubernur Jenderal 
Belanda, Residen dan Asisten Residen Belanda di Indonesia banyak yang keturunan 
Yahudi. 

Yahudi di Batavia memiliki persatuan yang sangat kuat. Setiap hari Sabtu, hari 
suci kaum Yahudi, mereka sering berkumpul. Tempatnya di gedung yang kala itu 
terletak di sekitar Mangga Besar, Jakarta Barat. Di gedung itu, seorang rabbi, 
imam kaum Yahudi, memberikan wejangan dengan membaca Kitab Zabur. 

“Merantau” sudah menjadi tradisi hidup kaum Zionis-Yahudi. Tidak ada daerah 
yang tidak mereka rambah. Di luar Jakarta, kaum Yahudi menetap di daerah 
Bandung, Jawa Barat. Pengamat Yahudi asal Bandung, HM Usep Romli mengatakan, 
mereka masuk Bandung sejak tahun 1900-an. Untuk meredam resistensi masyarakat 
Bandung, mereka masuk melalui jalur pendidikan dengan berprofesi sebagai guru. 
Kebanyakan dari mereka adalah pengikut aliran Theosofi, kaki tangan gerakan 
Freemasonry internasional. Tempat kumpul mereka berada di sebuah rumah yang 
terletak di dekat Jalan Dipati Ukur. Masyarakat menyebut rumah itu sebagai 
rumah setan. 

“Dulunya, kawasan Dipati Ukur adalah tempat tinggal orang-orang Belanda dan 
tempat berkumpulnya kaum terpelajar, baik dari Belanda maupun pribumi. Itulah 
kenapa jika ditengok kawasan Dipati Ukur saat ini, banyak sekali berdiri 
lembaga-lembaga pendidikan, termasuk Universitas Padjajaran (Unpad). Namun saya 
tidak tahu di mana tepatnya markas kaum Theosofi tersebut,” ujar Usep. 

Pada dasarnya, mereka tidak mengalami kesulitan menjajakan pemahamannya karena 
berpenampilan lembut, sopan dan ramah. Karenanya banyak masyarakat yang simpati 
dan tertarik dengan mereka. Sampai-sampai banyak masyarakat mengultuskan ucapan 
dan ajaran mereka, hingga mengikuti ritual agama Yahudi. “Tanpa disadari ajaran 
Zionis masuk ke hati dan pikiran masyarakat Bandung dan tumbuh menjadi suatu 
ajaran yang kuat,” tandas Usep.

Khusus di Surabaya, kaum Yahudi membentuk komunitas sendiri di beberapa kawasan 
kota lama, seperti Bubutan dan Jalan Kayon. Di Jalan Kayon No 4, Surabaya, 
hingga kini berdiri sebuah sinagog, tempat peribadatan kaum Yahudi. Selama ini 
gerakan mereka tidak mudah terdeteksi masyarakat karena mereka berkedok yayasan 
sosial dan amal. (Baca: Kamuflase Kaum Yahudi di Surabaya). 

Panah beracun Zionis-Yahudi terus dilepaskan dari busurnya dan terus mengenai 
sasarannya. Setelah menunggu satu dekade, kini mereka sedang memanen buahnya. 
Melalui antek-anteknya di Indonesia, kaum Zionis-Yahudi “menyetir” dunia 
politik, sektor ekonomi, terutama bidang perbankan dan jaringan telekomunikasi. 

Transaksi saham menjadi modal ampuh mengendalikan Indonesia. Singtel, 
perusahaan telekomunikasi milik orang Yahudi yang berkedudukan di Singapura 
misalnya, tahun lalu, berhasil menguasai kepemilikan PT Indosat, sebagaimana 
diungkapkan Ridwan Saidi . Mereka berhasil menjadi pemegang saham terbesar dan 
berhak mengatur arah policy Indosat ke depan. Komunikasi Indonesia, melalui 
Indosat misalnya, dalam kendali Yahudi?

Hal serupa terjadi dalam dunia pemberitaan. Bhakti Investama, sebuah perusahaan 
yang sebagian sahamnya milik George Soros, seorang Yahudi yang pada tahun 1998 
mengacak-acak ekonomi Indonesia. Dengan membeli saham, dia mulai memasuki 
industri media di Indonesia Ritel juga menjadi sasaran utama mereka. Philip 
Morris, sebuah perusahaan rokok dunia milik seorang Yahudi asal Amerika 
menguasai kira-kira sembilan puluh persen saham perusahaan rokok PT Sampoerna. 
Ia pun berhak mengendalikan bisnis perusahaan rokok ternama di Indonesia itu. 

Bidang budaya tak luput dari garapan mereka. Untuk menjauhkan Islam dari 
agamanya, mereka masuk ke dalam kebatinan Jawa. Kuatnya akar Freemasonry dapat 
dilihat dari mantra-mantra memanggil roh halus atau jin yang memakai bahasa 
Ibrani, bahasa khas kaum Yahudi. 

Bau Zionis-Yahudi juga tercium tajam di dunia perjudian. Dadu yang sering 
dipakai dalam permainan judi bermata hewan Zionis. “Ini fakta. Oleh sebab itu 
saat menerima laporan dari bawahannya tentang kuatnya akar Zionisme-Yahudi di 
Indonesia, Hitler, pemimpin NAZI langsung mengirim pasukannya ke Hindia Belanda 
untuk memerangi mereka,” ujar Ridwan. 

Jelas, gerakan Zionis-Yahudi bukanlah gerakan fiktif atau mengada-ada. Ia 
benar-benar nyata dan terus akan bergerak sampai cita-citanya tercapai: 
Menguasai dunia. Oleh sebab itu, kaum Muslimin harus terus memperkuat diri 
dengan Islam. Tidak boleh lengah atau lalai sedikit pun. Tetap waspada, jangan 
mudah termakan dengan pikiran atau paham bebas, dan rapatkan barisan, adalah 
modal kuat melawan mereka. Dan, tak kalah pentingnya, adalah memperkuat dan 
mengembangkan jaringan dan gerakan yang sedang kita bangun! (Sabili)

Rivai Hutapea 
Diposkan oleh Islam di 16:32 0 komentar
-- 
GRATIS für alle GMX-Mitglieder: Die maxdome Movie-FLAT!
Jetzt freischalten unter http://portal.gmx.net/de/go/maxdome01

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke