Assalamu’alaikum
Wr. Wb.

Yth. Bapak
Muljadi Ali Basjah dan dunsanak-dunsanak di Palanta ’ko.

 

Betul sekali
’pak, dalam berkomunikasi yang penting adalah INTI/MAKSUD atau substansi yang
dikomunikasikan, bagaimana supaya efektif. Artinya ke dua belah pihak yang 
berkomunikasi
sama-sama memahami substansi itu. Dalam komunikasi formal, keindahan bahasa
atau kepandaian merangkai kata-kata dalam mengungkapkan pemikiran akan membuat
komunikasi lebih menyenangkan. Seperti  rendang, gizinya terdapat di
dagingnya, aroma dan rasa bumbunya  membangkitkan
selera makan.

 

Memang ada orang
yang mampu ’membius’ massa dengan kecakapan berkomunikasinya. Pak Muljadi
mengambil contoh bangsa Jerman, yang sudah lama mendapat pendidikan formal
turun temurun. Rupanya sampai sekarang mereka masih bisa tertipu oleh pilihan
kata yang digunakan untuk mendapatkan dukungan mereka. Padahal nenek dan orang
tua mereka dulu sudah berhasil ’dibius’ dan dikicuah tagak oleh Adolf Hitler
dengan kemampuannya berorasi dan menulis bukunya yang berjudul Mein Kampf
(Perjuanganku), sehingga akhirnya menjadi korban ambisi Hitler dalam Perang
Dunia ke 2  (menurut Wikipedia, jumlah
korban di seluruh bagian dunia yang terlibat berkisar antara 50 sampai 70 juta
jiwa).

Betul, masyarakat
perlu berhati-hati, jangan tergoda oleh kemasan yang indah, padahal isinya
tidak seberapa atau malah tidak berguna.

 

Kebebasan
menulis, terutama untuk karya sastra (puisi atau prosa) memang penting
diberikan, karena para sastrawan adalah seniman yang kreatif. Dengan
kreatifitas seniman menyebarkan inspirasi yang diperolehnya dari memaknai
kehidupan sehari-hari kepada banyak orang. Oleh karena itu, kalau kreatifitas
dipasung, tidak akan maju peradaban atau kebudayaan kita. Pak Muljadi memberi
contoh William Shakespeare yang pengaruhnya sampai sekarang masih terdapat di
dunia Barat. Lebih tua lagi adalah Homer (Homerus) yang sampai sekarang
karyanya masih disukai (a.l. film Troy). Fenomena terbaru adalah pengarang J.K.
Rowlings, yang berhasil menarik para remaja untuk membaca buku seri Harry
Potter, di samping kesibukan mereka nonton TV, berselancar di dunia maya, dan
bermain Computer Games. Di Indonesia, sastrawan Marah Rusli dengan karyanya
Siti Nurbaya dan Abdul Muis dengan karyanya Salah Asuhan, Alhamdulillah, 
keduanya
urang awak, merupakan pelopor sastra yang sampai sekarang masih dihargai.

 

Wassalam,

Fashridjal M. Noor
Sidin, Bandung



--- Pada Jum, 7/5/10, Muljadi Ali Basjah <mulj...@gmx.de> menulis:

Dari: Muljadi Ali Basjah <mulj...@gmx.de>
Judul: Re: [...@ntau-net] ASYIKNYA DI BELA
Kepada: rantaunet@googlegroups.com
Tanggal: Jumat, 7 Mei, 2010, 2:29 PM

Assalamualaikum Wr.Wb. yth. Bapak Fashridjal M. Noor serta dunsanak2 lainnya 
diPalanta.

Saya sangat senang seklai membaca tulisan2 Bapak Fashridjal M. Noor, juga 
setuju sangat dengan pemikiran Bapak terutama tentang tingkatan dalam 
berbahasa(seperti Kasta/rasis). Yang mana saya lebih mengutamakan INTI dari 
maksud seseorang yang diajak berbicara atau makna dari tulisan beliau tersebut, 
kedua baru keindahannya. 
Adapun pendapat saya mengutamakan INTI/MAKSUD dari sipembicara/penulis 
disebabkan oleh karena kebanyakan orang2 yang pintar ber-kata2 manis serta 
perbendaharaan kata2 yang sangat banyak, umumnya dipakai oleh Politikus yang 
hasil kerjanya, banyak kita lihat sampai sekarang ini. 
Terserah politikus tersebut berada/berkebangsaan apapun. 
Contohnya dalam bahasa Jerman perbendaharaan kata2nya relatip sangat banyak 
sekali. Walaupun rata2 rakyatnya sudah relativ bagus pendidikannya, contoh.... 
untuk menyelami/memengerti isi surat perjanjian kontrak assuransi saja masih 
banyak yang belum begitu transparant. 
Penyebabya bukanlah karena tingkat kebodohan sipembaca, melainkan kelihaian 
sipenulis dalam hal ini perusahaan assuransi tersebut yang berusaha kasarnya 
menipu (secara halus) klient2 mereka tersebut. 
Kononpula Politikus..............dengan janji2 yang sering didengungkan.... 
ADAT JANJI BIASA MUNGKIR.
Sangat lucu sekali buat saya/ yang awam ini setentangan kontingen bantuan 
negara Jerman yang mengirim tentara Jerman ke Afghanistan.Tentara tersebut 
berjulukan Bantuan yang menumpas TERRORIS , bukan PERANG.
Karena kalau kata PERANG dipakai, berarti melanggar UUD mereka, dan untuk itu 
perlu izin dari PARLEMENTnya. Jadi buat rakyat Jerman sendiri jadi ter-tanya2 
kalau tentara bawa senjata kan perang, atau hanya latihan??????
Contoh lainnya, yang konyol ....banyak kaum wanita senang membeli parfume yang 
bagus2, umumnya mahal (sekali) harganya. 
Sudah tentu saja harganya mahal sekali berhubung karena pengadaan bungkusnya 
saja ada yang bernilai 45% dari harga isinya. Apakah BUNGKUS2 yang INDAH2 ini 
tidak merusak lingkungan dllnya?

Saya sangat setuju sekali dengan kebebasan menulis seseorang, karena itulah 
yang tergerak dihatinya, mau pakai gaya bahasa apa, atau bagaimana ya terserah 
penulis, karena itulah seni, itulah sastra. 
Contoh.. jujur saja.... William Shakespeare apakah isi ceritanya yang terkenal? 
Yah itulah SENI, kalau senang....yah silakan baca, kalau tidak/kurang senang 
yah... gak usah dibaca.

Kata2 sopan, seperti SAYA, berasal dari SAHAYA, kata majemuknya HAMBA-SAHAYA.
Kalau dalam bahasa Minang AMBO mungkin dari HAMBO. Maaf saya bukan hali bahasa, 
setahu saya HAMBA/SAHAYA itu BUDAK artinya, kalau saya tidak lupa.
Apakah ini sopansantun? Mengaku diri sendiri, sebagai budak? Ataukah gaya 
berbahasa Indonesia?

Contoh lain, saya pernah mempergunakan kata UMMAIK dalam kaitan 
(Assalamualaikum Wr.Wb Yth. Bapak XXXXXX sarato UMMAIK RANTAUNET di Palanta)
Setelah beberapa lama, ada dunsanak yang bermaksud baik sekali ("tarimokasiah 
banyak kapado dunsanak nan lah manganakan mabo jo TARATIK MINANGKABAU")
menganjurkan kepada saya, agar tidak memakai kata UMMAIK, karena sebagian dari 
TETUA diMINANGKABAU tidak senang dinamakan (tergolong) UMMAT.
Setahu saya yang awam ini arti kata ummat berasal dari bahasa Arab yang 
maknanya tidak negatip, artinya kira2 dlm bhs Jerman/Inggris gemeinde - 
community.
Yah..itulah...bak kata2 indah yang pernah saya dengar"BAHASO MANUNJUAKKAN 
BANGSO"
Di-Medan kota kelahiran saya, kalau sesama kawan2 bahasa Medan mempergunakan 
AKU sebagai pembicara/orang pertama, tetapi itulah karena sopan santun didalam 
bahasa Indonesia Raya memakai SAYA.

Teringat AKU akan Chairil Anwar, 
AKU ini binatang jalang. 
Dari kumpulannya terbuang ... AKU hilang bersama diriku 

Wassalam,
Muljadi
Teringat juka AKU dengan Émile Durkheim...........





 
-------- Original-Nachricht --------
> Datum: Thu, 6 May 2010 21:17:53 +0800 (SGT)
> Von: "Fashridjal M. Noor" <fashnoor2...@yahoo.co.id>
> An: rantaunet@googlegroups.com
> Betreff: Re: [...@ntau-net] ASYIKNYA DI BELA

>  
> Assalamu’alaikum Wr. Wb.,
>  
> Sanak-sanak di palanta nan ambo hormati, 
>  
> Setelah membaca posting pak Lies Suryadi dan posting-posting lainnya serta
> memikirkan lebih lanjut dengan menimbang berbagai bentuk komunikasi yang
> telah terjadi, saya menilai ada yang perlu ditambahkan pada posting saya
> yang lalu, yaitu perlunya kita mengapresiasi atau menghargai kreativitas dan
> kebebasan ekspresi diri dari masing-masing peserta dalam format tertentu
> (syair, lagu, essay, humor/kacikak/canda). Hal ini penting, karena ternyata
> beberapa di antara kita, antara lain ibu Iffah, pak Suheimi, Ajo Duta, pak
> Lies Suryadi, dll. telah dikaruniai kelebihan merangkai kata dalam bentuk
> pantun atau syair atau essay yang mampu membangkitkan semangat atau menggugah
> rasa keadilan, dan lain-lain. Kreativitas para penulis akan menambah
> khazanah kesusateraan kita sebagai bagian dalam pengembangan kebudayaan 
> Minang. 
>  
> Kreativitas dan kebebasan ekspresi diri itu kadang-kadang dicapai dalam
> bentuk yang akrab, walaupun dalam komunikasi formal itu dianggap ‘kasar’
> atau ‘tidak sopan’, misalnya pemakaian kata ‘aden’ atau ‘den’
> sebagai kata ganti diri. Beberapa bapak dan ibu sudah menuliskan syair lagu
> yang enak dibaca dan didengar dengan kata ‘den’. Berikut ini saya
> tambahkan satu lagi:
>  
> Kampuang den nan jauah di mato
> Gunuang sansai bakuliliang
> Den takana jo kawan-kawan nan lamo
> Sangkek den basuliang-suliang    
>  
> Kata ganti diri ’den’ di atas, walau mungkin ’kasar’ dalam
> komunikasi formal, terasa enak dan akrab  dalam syair lagu di atas. Bayangkan
> kalau kata ’den’ diganti dengan kata ganti diri yang lebih halus
> ’ambo’
>  
> Kampuang ambo nan jauah di mato
> Gunuang sansai bakuliliang
> Ambo takana jo kawan-kawan nan lamo
> Sangkek ambo basuliang-suliang            
>  
> Jelas lagunya jadi hancur-hancuran.
>  
> Salah satu syair yang sangat ekspresif dari Khairil Anwar adalah:
>  
> Aku
> Bila ’kumau
> ’tak seorangpun ’kan merayu
> Tidak juga ’kau
>  
> Kalau diterjemahkan kedalam bahasa Minang dengan kata ganti diri yang
> ’sopan’ akan seperti ini
>  
>  
> Ambo
> Bilo ambo namuah
> Indak surang juo ’kan marayu
> Indak juo ’kau        
>  
> Rasanya semangat Khairil Anwar jadi hilang dalam terjemahan di atas. Tapi
> coba kita pakai kata ganti diri yang agak ’kasar’, jadinya akan seperti
> ini:
>  
> Aden
> Bilo ’den namuah
> Indak surang juo ’kan merayu
> Indak jou ’kau
>  
> Berdasarkan pertimbangan di atas, saya menyarankan agar kita semua di
> palanta ini tidak hanya berlapang hati membaca berbagai bentuk hasil karya
> kreatif dan ekspresi diri anggota kita, tapi juga mengapresiasi dan
> mensyukurinya sebagai kontribusi berharga terhadap budaya Minang yang 
> sama-sama kita
> cintai.
>  
> Salam, 
> Fashridjal M. Noor Sidin, Bandung
>  
> 
>  
> 
> --- Pada Kam, 6/5/10, Lies Suryadi <niadil...@yahoo.co.id> menulis:
> 
> 
> Dari: Lies Suryadi <niadil...@yahoo.co.id>
> Judul: Re: [...@ntau-net] ASYIKNYA DI BELA
> Kepada: rantaunet@googlegroups.com
> Tanggal: Kamis, 6 Mei, 2010, 2:41 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Salam dunsanak di lapau,
>  
> Saya kira apa yang dikatakan Bapak Fashridjal di bawah ada benarnya.
> Persoalan ini sebenarnya masuk dalam wilayah sosiolinguistik. Secara sosial
> orang berkomunikasi tentu memperhatikan lingkungan sekitarnya: dengan siapa 
> dia
> berkomunikasi, dan atas dasar itu ia akan memilih register yang tepat yg
> tersedia dalam bahasanya. Misalkanlah saya ingin mengatakan si Yuang Sa'u
> pandir sekali. Maka ada beberapa register yang mungkin bisa saya gunakan
> untuk menyampaikan hal itu. Misalnya, saya menyampaikan itu di WARUNG, dimana
> duduk anak muda, ninik mamak, teman sesama besar dan kadang2 juga orang
> semenda di kampung itu. Maka saya akan pakai bahasa seperti ini:
>  
> "Yuang Sa'u ko kan iyo putuih salai mah. Tali gitar e kandua bana. Dek
> inyo kalau ndak sirah indak pitih dek inyo doh. Kalau disuruah malapuak langau
> di ikua kabau, namuah nyo mah. Kok namuah batu gadang di ateh Guguak
> Marando tu diangkek, nyo cubo mangguliak mah. Alah lamo Yuang Sa'u ko taragak 
> di
> sarang balam, tapi sia lo nan ka namuah manarimo e jadi minantu?  ha ha
> ha."...dst...dst.
>  
> Tapi kalau saya mau menyampaikan kepandiran Yuang Sa'u itu kepada dokter
> yang diminta untuk mengobatinya (katakanlah dokter itu orang Minang), maka
> saya akan pakai regiser kurang lebih begini:
>  
> "Yuang Sa'u ko lah lamo gilo mah, Pak dotor. Iyo lah sabana dalang Pak
> dotor. Acok galak surang, kadang2nyo bae bagai batilanjang gegek bagai di muko
> urang rami, Pak dotor. Kami pihak keluarga alah putuih aso komah. Paja ko
> lah kami pasuang bagai mah. Alah diuebek ka sinan kamari, alah banyak pitih
> abih dek maubeknyo. Tapi sakik e indak namuah cegak. Ancik ka cegak
> batambah nan ka lai. Tolonglah dek Pak dotor mancarian ubek nan sasuai."
> dst..dst... 
>  
> Memang bahasa Minangkabau mempunyai banyak dialek. Tapi semoga itu bukan
> menghalangi komunikasi kita antar dialek. Namun, itu pula yang yang
> menyebabkan sampai kini belum tercapai juga kodifikasi bahasa Minangkabau yang
> berterima dalam semua dialek. 
>  
> Wassalam,
> Suryadi
> 
> --- Pada Rab, 5/5/10, Fashridjal M. Noor <fashnoor2...@yahoo.co.id>
> menulis:
> 
> 
> Dari: Fashridjal M. Noor <fashnoor2...@yahoo.co.id>
> Judul: Re: [...@ntau-net] ASYIKNYA DI BELA
> Kepada: rantaunet@googlegroups.com
> Tanggal: Rabu, 5 Mei, 2010, 9:09 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Ibu Iffah, pak Suheimi, dan sanak-sanak di  palanta,
> 
>   
> Mohon ma’af saya pakai bahasa Indonesia di forum urang awak ‘ko untuk
> bisa menyampaikan pesan saya secara formal. 
>   
> Menurut penilaian saya, kontroversi pemakaian kata “aden” yang menurut
> ibu Iffah merupakan bahasa nenek moyang dalam bertutur dengan pak Prof.
> Dr. Suheimi lewat tulisan, kelihatannya terjadi karena komunikasi tertulis
> itu dilakukan dalam forum publik (di hadapan orang banyak). 
>   
> Ibaratnya atau analoginya, seorang wanita muda berilmu asyik ngobrol
> (maota) dengan seorang pria yang dituakan karena ilmu dan pengalamannya pada
> sebuah pesta di mana orang-orang lain bisa ikut mendengar obrolan itu. Karena
> suasana akrab sang wanita muda berilmu menggunakan beberapa kata-kata ganti
> diri sehari-hari yang bagi para pendengar dianggap ‘tidak pantas’
> ketika diucapkan kepada bapak profesor, walaupun beliau sendiri senang
> mendengarnya, dan oleh karena itu membela sang wanita muda berilmu 
> mati-matian. 
>   
> Kontroversi itu tentu tidak akan terjadi andaikata komunikasi tertulis
> tersebut berlangsung secara privat. Di sinilah letak sosial kontrol yang
> merupakan salah satu fungsi palanta ini. Walaupun masyarakat Minang, sesuai
> dengan ajaran Islam (ABS BSK) bersifat egalitarian (tidak berkelas), sehingga
> bahasa Minang juga egalitarian (tidak bertingkat-tingkat seperti bahasa
> Jawa, misalnya), adat menuntut penghormatan terhadap orang tua dan orang yang
> dituakan dalam kata dan perbuatan. 
>   
> Saya pribadi sangat menghormati ibu Iffah dan pak Suheimi dan sangat
> berterima kasih atas kontribusi ibu dan bapak yang sangat besar terhadap
> berkembangnya komunikasi di palanta ini. 
>   
> Salam, 
> Fashridjal M. Noor Sidin, Bandung
> 
> --- Pada Rab, 5/5/10, ASLIM NURHASAN <aslimnurha...@gmail.com> menulis:
> 
> 
> Dari: ASLIM NURHASAN <aslimnurha...@gmail.com>
> Judul: Re: [...@ntau-net] ASYIKNYA DI BELA
> Kepada: "Milis M-RantauNet G" <RantauNet@googlegroups.com>
> Tanggal: Rabu, 5 Mei, 2010, 8:09 PM
> 
> 
> 
> Aden --» ?
> Ambo --» ?
> Sayo --» ?
> Denai --» ?
> ????? --» ?
> 
> ??? 
> ASLIM NURHASAN
> |+62811918886 |+62811103234 |
> |aslim1...@ymail.com |aslimnurha...@gmail.com |
> |Berbuat Nyata |Positif |Produktif |Konstruktif |Sinergis |®
> 
> 
> From: hanifah daman <iffa...@yahoo.com> 
> Date: Wed, 5 May 2010 21:03:59 +0800 (SGT)
> To: <rantaunet@googlegroups.com>
> Subject: [...@ntau-net] ASYIKNYA DI BELA
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> ASYIKNYA DI BELA
> 
>   
> Bertahun-tahun aku bertutur 
> Dengan sopan dan santun dengan beliau 
> Beliau yang selalu membaca tulisanku 
> Selalu mendorongku untuk terus menulis 
> Sering mengatakan tulisanku bagus dan perlu 
> Tanpa memperdebatkan termasuk kelompok apa tulisanku 
> Bukan kemasannya yang beliau lihat 
> Tetapi apa pesan, baik tersurat maupun tersirat 
> Yang ada dalam tulisan tersebut 
>   
> Perjalanan hidup beliau yang panjang 
> Telah melalui jalan berliku dan mendaki 
> Pernah berada disetiap lapisan sosial 
> Bertemu dangan berbagai ragam manusia 
> Yang memiliki beragam  bahasa, adat dan budaya 
> Menjadikan beliau manusia yang Arif dan Bijaksana 
>   
> Sesekali kupakai bahasa nenek moyangku 
> Untuk bertutur dengan beliau lewat tulisan 
> Apa yang terjadi? 
> Orang-orang yang ikut membaca tulisanku 
> Marah besar dan mencaci maki diriku 
> Bahasa yang kupakai … 
> Tidak pantas untuk beliau yang terhormat 
>   
> Sementara beliau sendiri 
> Tertawa-tawa membaca tulisanku 
> Lebih hebatnya lagi 
> Aku dibela mati-matian 
> Mungkin beliau ingat ketika menjadi orang pasar 
> Sering mendengarkan kata-kata yang kupakai 
> Bahkan oleh pelajar sekalipun 
> Penggalan nyanyi wajib Minangkabau 
> Bukti nyata “Aden” pengganti diri resmi 
> Asyiknya dibela 
>   
> Aku jadi teringat nasehat mamaku 
> “Melihatlah dengan mata hati” 
> Agaknya inilah yang dipakai oleh beliau 
> Untuk melihatku dari jauh 
> Walau kemasanku rada aneh dari biasa 
> Terasa kurang ajar bagi orang yang tak biasa 
> Beliau yakin, aku tetap menghormatinya 
>   
> Akupdi bertanya-tanya 
> Apasih bedanya 
> Aku, saya, aden, ambo, gua, gue, dsb? 
> Bukankah semua pengganti diri? 
> Begitu hinakah nenek moyangku yang ber”Aden”? 
> Apa dikira nenek moyangku tak terpelajar? 
> Apa Nagariku jajahan Nagari yang lain? 
>   
> Biarlah waktu yang menentukan 
> Kata apa yang akhirnya 
> Dipilih masyarakat untuk pengganti diri 
> Harusnya anak Nagari 
> Bangga dengan bahasa sendiri 
> Bahasa menunjukkan 
> Dari Nagari mana seseorang berasal 
>   
> Bagi yang keberatan 
> Jangan heran kalau suatu saat nanti 
> Bahasa Minang tinggal kenangan 
> Karena berganti dengan bahasa Indonesia 
> Bukankah kecendrungan tersebut sudah terasa? 
> Apa ada bahasa Minang yang standar? 
> Kenapa tidak pernah ada kongres bahasa Minang? 
>   
> Diantara perbedaan 
> Biar tidak jadi pertempuran 
> Bukankah lebih baik 
> Saling menghargai perbedaan 
> Seperti yang dicontohkan 
> Bapak Prof Suheimi 
> Yang tak lagi terpengaruh 
> Oleh pujian dan umpatan 
>   
> Terima kasih Bapak Prof Suheimi 
> Atas pembelaannya 
> Aku jadi senang dan bangga 
> Dan berharap 
> Banyak orang yang belajar dari bapak 
> Bagaimana cara menghormati perbedaan 
>   
>   
> Bengkulu, 5 Mei 2010 
>   
>   
> Hanifah Damanhuri 
>   

-- 
GRATIS für alle GMX-Mitglieder: Die maxdome Movie-FLAT!
Jetzt freischalten unter http://portal.gmx.net/de/go/maxdome01

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe


-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke