Pak Abraham dan para sanak sapalanta,
 
Tarimo kasih ateh kiriman fakta sejarah Koto Gadang. Ambo setuju Koto Gadang 
bisa dijadikan case study untuak tahu baa caronyo suatu masyarakat bisa unggul 
dari masyarakat nan lain, nan intinyo adolah adonyo visi dan organisasi nan 
mandorong dari dalam, digarakkan dek surang tokoh visioner dan kharismatik 
saroman Jahja Datoek Kajo. Dalam hal iko, Koto Gadang bisa jadi contoh.
 
Kok baitu, usaho supayo di Minangkabau bisa lahia jenius-jenius -- kok iko 
memang diinginkan -- adolah antaro lain 'manikam jajak' Koto Gadang, nan paralu 
dirintis dek ' Jahja Datoek Kajo-Datoek Kajo' Minangkabau abad ka 21.
 
Wassalam,
Saafroedin Bahar
(Laki-laki, masuk 73 th, Jakarta) 


--- On Thu, 5/13/10, Abraham Ilyas <abrahamil...@gmail.com> wrote:


From: Abraham Ilyas <abrahamil...@gmail.com>
Subject: Re: Nomor Kaceo DAMI Bara?===>Re: [...@ntau-net] JENIUS-JENIUS 
MINANGKABAU. KENAPA TIDAK?===>Jenius-jenius Indonesia
To: rantaunet@googlegroups.com
Date: Thursday, May 13, 2010, 5:52 PM


1. Yang menjadi pertanyaan dalam diri saya adalah: mengapa TAK SEORANGPUN YANG 
BERASAL` DARI RANAH MINANG ? 
Bukankah adat Minangkabau justru menyuruh kita agar ber-'alam talambang jadi 
guru' yang bisa diartakan secara canggi agar anak-anak Minang menjadi jagoan 
ilmu fisika, kimia, biologi dan teknologi tinggi ? 

2. Apa karena kita tidak menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan 
tumbuh dan berkembangnya 'industri otak' seperti yang pernah disampaikan oleh 
Prof Dr Emil Salim ?
 
3. Perlukah topik penyediaan dukungan beasiswa ini kita masukkan ke dalam Draft 
17 Kesepakatan Bersama Kongres Kebudayaan Minangkabau ?

Pak Saaf dan dunsanak di palanta nan ambo hormati.

Bukan ambo hendak menggurui Bapak bapak, ibu ibu atau dunsanak sapalanta nan 
alah mengetahui permasalahannyo, tapi ambo cuma maulang ulang kaji lamo 
satantangan permasalahan nan disampaikan pak Saaf

Nan partamo sumbernyo tantu dari kondisi/kesehatan/pendidikan ibunyo sendiri; 
selanjutnyo sangat tergantung dari makanan nan diberikan pada saat anak 
berusia  bayi/pemakaian ASI eksklusif dan asupan makanan/gizibalita. 

Penyebab dari luar iolah lingkungan masyarakat. Nan iko mungkin kito bisa 
mancontoh nan alah dikarajokan oleh urang gaek gaek awak nan barasa dari nagari 
Koto Gadang (dianggap sukses dalam bidang pendidikan) sarupo nan ambo kutipkan 
dari wikipedia sbb: 

Koto Gadang merupakan nagari/desa yang paling banyak melahirkan sarjana di 
Indonesia[rujukan?]. Sejak zaman penjajahan hingga sekarang, keluarga-keluarga 
di Koto Gadang tetap mengutamakan pendidikan kepada anggota keluarganya. Kalau 
masyarakat daerah lain di Minangkabau merantau umumnya untuk berdagang, maka 
masyarakat Koto Gadang merantau untuk menuntut ilmu pengetahuan.

Tahun 1856, dari 28 Sekolah Desa dengan masa belajar tiga tahun yang berdiri di 
berbagai nagari di Sumatera Barat, satu terdapat di nagari Koto Gadang. 

Menurut laporan Steinmetz, sejak didirikan, ada 416 murid Sekolah Desa. Namun 
hanya 75 orang yang selesai. Selebihnya putus di tengah jalan, karena menikah 
atau lantaran berbagai sebab lain. 
Steinmetz menilai, kemajuan paling pesat tampak pada anak-anak Agam terutama 
dari Koto Gadang yang rajin dan cerdas.

Kesadaran menuntut ilmu di Koto Gadang dimulai di awal abad-20 ketika 
pembaharuan dimasukkan oleh laras Koto Kadang, Jahja Datoek Kajo (bertugas dari 
tahun 1894-1912) yang meramalkan bahwa hanya melalui pendidikan, corak 
kehidupan dapat didatangkan ke Koto Gadang. 

Dengan perencanaan yang sistematis dan dengan sistem kepemimpinan yang 
kharismatik, Jahja Datoek Kajo mendorong setiap anak lelaki dan perempuan pergi 
ke sekolah. 

Sekolah untuk anak laki-laki didirikan di tahun 1900, dan di tahun 1912 
didirikan pula sekolah yang terpisah untuk anak-anak gadis Koto Gadang. 

Sebuah badan tersendiri yang dinamai studiefonds (dana pelajar) didirikan untuk 
mengumpulkan dana dari orang kampung guna mengirim anak-anaknya melanjutkan 
studi di Jawa, dan bahkan di negeri Belanda.

Menurut laporan di Soeara Kemadjuan Kota Gedang (1916), demi kepentingan 
pendidikan, para orang tua yang waktu itu berpenghasilan rata-rata 15 gulden 
per bulan, sanggup membayar uang sekolah anaknya yang mencapai 5 gulden per 
bulan. 

Sebelum ada Hollands Inlandsche School (HIS), Sekolah Dasar tujuh tahun dengan 
bahasa pengantar Belanda, dan Meer Uitgebreid Lager Onderwojs (MULO) berdiri 
awal tahun 1900, sudah banyak anak Minang bersekolah ke STOVIA, sekolah tinggi 
kedokteran di Jakarta, atau NIAS di Surabaya, terutama anak-anak Koto Gadang. 
Menurut data tahun 1926, dokter lulusan STOVIA asal Minang berjumlah 32 orang.

Semangat menuntut ilmu ini diteruskan sampai sekarang di Koto Gadang, yang 
akibatnya praktis setiap orang kampung di Koto Gadang melek huruf, pintar 
membaca dan menulis, serta pintar-pintar bahasa Belanda. 
Makanya jangan heran, tahun 1917, dari 2.415 penduduk, sebanyak 1.391 orang di 
antaranya sudah bekerja, antara lain 297 orang jadi amtenar dan 31 orang 
menjadi dokter.

Penelitian yang dilakukan Mochtar Naim menunjukkan, di antara 2.666 orang yang 
berasal dari Koto Gadang di 

tahun 1967: 467 atau 17,5 persen merupakan lulusan universitas. 
Di antaranya 168 (orang menjadi dokter, 100 orang jadi insinyur, 160 orang jadi 
sarjana hukum, dan kira-kira 10 orang doktorandus ekonomi dan bidang-bidang 
ilmu kemasyarakatan lainnya. 

Kemudian di tahun 1970, 58 orang lagi lulus universitas. Jadi, dengan 525 orang 
lulusan universitas (tidak termasuk mereka yang bergelar sarjana muda), 

Koto Gadang yang punya penduduk kurang dari 3.000 tak terkalahkan barangkali 
oleh desa mana saja, bahkan tidak oleh masyarakat-masyarakat yang telah maju 
lainnya di dunia.

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
1. Email besar dari 200KB;
2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe



      

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke