1.
Soal sebutan Ustadz, saya hanya mengikuti sapaan anak-anak muda di sini, kalau 
itu suatu kesalahan, saya mohon dimaafkan

2.
"Hati-hati beranalogi," ujar sahabat saya Andri, aktivis kampus dan anak Bogor 
yang sangat pandai (dia mengejanya  "beranaloga"). Dia mengambil contoh 
kekeliruan analogi, ketika  ketika Tungku Abdul Rahman memproklamirkan 
Malaysia, Bung Karno mengatakan bahwa beliau dan Tungku Abdul Rahman sama-sama 
ingin ke Bandung, tetapi Tungku Abdul Rahman membeli karcis ke Surabaya.

Orang yang korupsi disebut koruptor, orang yang mencuri disebut maling, orang 
laki-laki yang melakukan hubungan seks sesama jenis, disebut homoseks, dan 
Zilot, seperti yang dijelaskan  GM dalam Capingnya tersebut merupakan —sebuah 
pengertian dari Injil yang kemudian menggambarkan sikap orang fanatik yang 
militan—dalam sajak Soyinka kata itu menunjuk mereka yang atas nama hukum agama 
yang murni mengancam spontanitas kegembiraan hidup di atas bumi, di bawah 
langit, di antara makhluk yang fana, apanya yang salah?

Bahasa adalah simbol yang digunakan manusia untuk berkomunikasi guna 
mengambarkan sebuah obyek alam atau fenomena sosial. Simbol tidak boleh 
dilakukan sebagai pelabelan untuk stigmatisasi atau pembunuhan karakter 
seseorang atau kelompok tentang pikiran, pemahaman orang atau kelompok tersebut 
 seperti "Manikebu", "kontrev", "subversive", "anti-pancasila", "inkarrus-sunah 
dan semacam itu, terkecuali pikirandan pemahaman tersebut digunakan untuk 
meneror dan mengancam hak orang lain untuk berpikir dan melakukan pemahaman 
yang berbeda. Seseorang tidak boleh disebut koruptor, kalau keinginan untuk 
melakukan korupsi baru ada dalam pikiran atau sebatas wacana.

Labelisasi dan stigmatisasi apa yang dilakukan Buya manakala beliau bertanya, 
mengapa sebagian umat yang mengaku percaya kepada Al-Quran yang agung dan 
dahsyat itu, menjadi manusia kerdil dengan wawasan yang tidak melampaui tuturan 
atap rumahnya, yang beliau ibaratkan dengan meminjam Iqbal, "penaka burung alit 
yang hanya pandai menari dari kembang ke kembang"?

Sebuah pertanyaan yang sangat relevan dengan realitas yang hidup pada 
masyarakat di negara-negara yang berpenduduk muslim, termasuk yang secara resmi 
menjadikan Al-Quran sebuah sumber hukum negara, seperti Pakistan, Sudan, 
Somalia dan Nigeria. 

"Tapi kebenaran lalu menjadi rumit, andai ketakbenaran yang dibenarkan," [1]

Sekian, lebih dan kurangnya mohon dimaafkan.


Wassalam, HDB-SBK (67-)
Asal Padangpanjang, tinggal di Depok, Jawa Barat 

[1] Dr Jujun Suriaumantri di depan Apel Resimen Mahasiswa Hasanudin Noor 
mengenang kepergian Julius Usman, Baranangsiang, 23 Agustus 1966; Jujun 
Suriaumantri, "Tentang Hakekat Ilmu Pengantar, sebuah Pengantar Redaksi" dalam  
"Ilmu dalam perspektif", Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2003


--- In rantau...@yahoogroups.com, Ahmad Ridha <ahmad.ri...@...> wrote:
>
> On 5/26/10, Darwin <dba...@...> wrote:
> > Ustadz Ridha, mengapa anda mempersoalkan pernyataan Buya tentang  yang
> > orang-orang yang diumpamakan beliau sebagai "penaka burung alit yang hanya
> > pandai menari dari kembang ke kembang?"
> >


-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke