tadi pagi sambil melihat acara pemakaman ibu ainun habibie yang disiarkan televisi, anak sulung saya jihan yang baru menyelesaikan ujian sd bertanya, "pa, presiden soekarno itu jadi presiden waktu umur 44 tahun ya?" tanyanya.
"Papa lupa persisnya," jawabku. "Iya, Bung Karno lahir tahun 1901 dan jadi presiden tahun 1945, berarti waktu umurnya 44 tahun dong?" "Oh iya betul," jawabku. "Kenapa papa nggak calonin diri jadi presiden aja, papa kan sudah 42 tahun?" tanyanya. "Presiden itu orang-orang hebat Jihan," kataku. "Iya ya Pa, kemarin aja aku lihat berita di teve Anas Urbaningrum jadi ketua partai umur 41 sudah dibilang hebat. Apalagi jadi presiden ya?" katanya. Interupsi kisah ini, para sanak palanta yang budiman, mengingatkan saya terutama, bahwa generasi "muda" kita saat ini, sebetulnya masih belum bisa menyamai pencapaian generasi "muda" 5-6 dekade lampau. Jika kondisi politik, dan Allah mengizinkan, AU terpilih sebagai presiden pada 2014 (di mana secara kalkulasi politik peluangnya semakin besar sekarang), maka usianya baru (atau sudah?) 45 tahun. Terasa 'muda' dalam konteks umur politikus sekarang, tapi sesungguhnya masih belum bisa memecahkan 'rekor' yang sudah dipatok soekarno sebelumnya. Salam, akmal.n.basral Sent from ANB's BlackBerry® -----Original Message----- From: ardian hamdani <ardian_hmd...@yahoo.co.id> Sender: rantaunet@googlegroups.com Date: Wed, 26 May 2010 16:42:59 To: <rantaunet@googlegroups.com> Reply-To: rantaunet@googlegroups.com Subject: Bls: [...@ntau-net] Koran Tempo: "Sampai Kapan Kami Bersabar?" Sebagai orang muda saya mendukung pikiran2 bernas dari Da Indra untuk perlunya refreshing bagi pemegang kemudi stir bangsa ini.. Namun di satu sisi pikiran tersebut dianggap sebagai suatu dikotomi tua - muda untuk melaju tampil ke depan.. Sebenarnya yang penting adalah adanya sikap dewasa bagi orang muda untuk bersikap dan beinsiatif mengambil estafet tersebut serta mendorong orang 2 tua untuk berjiwa besar memberikan kesempatan kepada orang2 yang berkualitas (katakanlah orang muda) untuk memberikan kemudi itu kepada yang muda. Perhelatan suatu partai politik kemarin, telah memperlihatkan hal itu kepada kita, yang berkualitas walaupun muda tetap diberikan porsi menjadi pemimpin.. Sedangkan yang tua telah berjiwa besar dan bakarelaan untuk digeser.. karena bangsa ini tidak hanya untuk orang2 tua semoga hal tersebut menjadi radiator bagi kita, untuk lebih giat bergerak terus meraih estafet itu.. Salam DanY ________________________________ Dari: Indra Jaya Piliang <pi_li...@yahoo.com> Kepada: koran-digi...@googlegroups.com Terkirim: Rab, 26 Mei, 2010 15:30:12 Judul: [...@ntau-net] Koran Tempo: "Sampai Kapan Kami Bersabar?" Karena ada bbrp kalimat yg hilang di artikel sebelumnya, kami kirimkan naskah aslinya.... Koran Tempo, 26 Mei 2010 Sampai Kapan Kami Bersabar? Oleh Indra Jaya Piliang Fungsionaris DPP Partai Golkar Pada Musyawarah Nasional Partai Golkar di Pekanbaru pada 3-8 Oktober 2009, saya berperan menjadi manajer kampanye Yuddy Chrisnandi. Tema yang kami usung adalah regenerasi. Yuddy mendapatkan nilai 0 (nol) dari 538 suara. Itulah harga regenerasi di tubuh Partai Golkar. Usia Yuddy 42 tahun saat itu. Kemenangan Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum Partai Demokrat dalam Kongres Bandung mengonfirmasi alasan majunya Yuddy di Partai Golkar. Regenerasi tidak bisa ditolak. Anas masih berusia 41 tahun. Gairah kehidupan politik di kalangan anak-anak muda membuncah. Sekalipun memiliki figur sentral, Susilo Bambang Yudhoyono, Partai Demokrat telah menyiapkan jenjang kepemimpinan nasional yang tangguh. Sekarang, bagaimana dengan partai-partai politik lain? Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie, berusia 63 tahun. Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, berusia 63 tahun. Ketua Umum PAN, Hatta Rajasa, berusia 57 tahun. Sementara Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto, berusia 59 tahun. Partai Demokrat menjadi satu-satunya partai politik paling besar yang dipimpin oleh anak muda di negara demokrasi ketiga terbesar di dunia ini. Memang, di jajaran kepengurusan partai politik masih terdapat sejumlah anak muda. Tetapi relatif sedikit dibandingkan dengan keseluruhan fungsionaris. Terdapat nama Fadli Zon (39 tahun) di Partai Gerindra. Juga nama-nama lain, sepeti Bima Arya Sugiarto di DPP PAN atau Puan Maharani di DPP PDI Perjuangan. Namun, Budiman Sudjatmiko (40 tahun) gagal menjadi pengurus DPP PDI Perjuangan, sekalipun mewakili generasi paling otentik dalam riwayat perjuangan untuk kebebasan dan demokrasi. Jangankan untuk menjadi Ketua Umum PDI Perjuangan, masih diperlukan lima tahun lagi bagi Budiman masuk DPP PDI Perjuangan. Reshuffle Kepengurusan Apa yang bisa dilakukan dalam menatap kehidupan politik 2014-2019, termasuk dalam konteks regenerasi kepemimpinan nasional? Partai Demokrat telah selangkah di depan, namun partai lain bukan berarti ada dalam posisi tertinggal. Saya kira, inilah saat yang tepat bagi seluruh partai politik untuk menyusun ulang barisan kepemimpinan di tubuh masing-masing kepengurusan. Caranya, segera melakukan langkah reshuffle. Daun-daun yang berwarna coklat dan kuning sebaiknya dipangkas, agar udara tersedia bagi daun-daun hijau dalam pohon politik. Bukan berarti kami yang muda-muda diam. Saya mengikuti dengan dekat aktivitas kalangan muda di setiap partai politik. Dalam bentuk eksperimentasi, sejumlah politisi muda lintas partai menyusun Kabinet Indonesia Muda (KIM) yang kaya akan gagasan. KIM diisi oleh anak-anak muda lain dari kalangan ilmuwan, pengusaha, aktifis lembaga swadaya masyarakat, kaum profesional dan analis-analis handal. Gerak KIM bagi bangsa ini memang belum maksimal, tetapi sebagai komunitas yang heterogen dan dinamis sungguh terasa. Sekalipun tidak menggunakan nama KIM, pemikiran anggota-anggota KIM tersebar di banyak media. Pada level yang lain, dalam perjalanan ke banyak daerah, saya menemukan aktivitas kalangan muda politik itu. Sebagai generasi yang bergairah, tentu menjelajahi wilayah Indonesia yang luas adalah bagian dari semangat kami. Penjelajahan dunia pemikiran juga menjadi wajib. Setiap masalah bisa ditelisik dengan informasi yang lebih valid dan beragam. Di dunia maya, terutama twitter dan facebook, kaum muda politisi dan aktivis ini paling berisik. Semua hal bisa ditanggapi dengan posisi beragam, namun juga bisa berubah dalam semalam, tanpa harus merasa sakit hati atau misuh-misuh. Partai hakekatnya mencari talenta-talenta yang baik ini, lalu memasukkan ke dalam satu sistem organisasi yang lebih rapi. Partai selayaknya menampung upaya pengorganisasian pemikiran dan aktivitas, hingga berwujud menjadi program yang bertujuan bagi kepentingan rakyat dan negara. Dan partai tidak selamanya menjadi organ kekuasaan, mengingat pemilu tidak tiap hari digelar. Bagi saya, reshuffle kepengurusan di seluruh partai politik adalah cara agar terdapat dinamika politik yang lebih segar. Bukan Hanya Politisi Ini juga bukan semata-mata di level politisi. Terlalu mengada-ada kalau regenerasi hanya soal politik. Saya menemukan banyak sekali nama tua dan lama di kalangan ilmuwan yang bicara di media, begitu juga di kalangan lembaga swadaya masyarakat dan bahkan dunia pengusaha. Mereka seperti Candi Borobudur yang merasa paling mampu menciptakan keindahan, ketika anak-anak muda justru mengoleksi benda-benda lain seperti komik atau piringan hitam. Mereka menjadi sosok yang nyinyir, ketika sumberdaya anak-anak muda lain menjadi gagu dalam jumlah banyak dan menumpuk. Saya tentu tidak menggugat, melainkan memaparkan realitas. Sejumlah kawan saya, bahkan yunior saya, sudah berhasil meraih gelar doktoral dan profesor di kampus. Namun, mereka seperti kehilangan elan akademis, ketika hanya beraktivitas di dunia kampus. Beberapa yang mengambil pilihan keluar dari dunia kampus itu, misalnya menjadi aktifis, lalu harus berhadapan dengan beragam peraturan akademik yang menyebabkan mereka harus memilih yang satu dan meninggalkan yang lain. Mereka tidak boleh menjalankan dua hal sekaligus, sekalipun mereka sangat mampu. Coba cek nama-nama pemimpin di banyak organisasi, mulai dari organisasi pengusaha, olahraga, kesenian, media massa, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, sampai komentator dan analis. Yang muda-muda paling-paling terdapat di kalangan pengamat pasar atau ekonomi mikro. Sisanya, mereka yang terus-menerus tampil sejak saya masih anak sekolah menengah. Sampai kapan hal ini akan terus menjadi bagian dari realitas kepemimpinan di Indonesia? Kepala-kepala daerah, menteri, sampai presiden, adalah contoh lain. Jarang yang muda diberi kesempatan, mengingat yang tua memiliki segalanya. Padahal, dunia sudah banyak berubah. Apa bisa kalangan senior itu bermain di twitter selincah anak-anak muda yang mudah mengadopsi teknologi baru? Idealnya, usai menjadi pensiunan, seorang pemimpin masih bisa menjalankan aktivitas lain, seperti menulis buku atau memberikan pelatihan tentang kepemimpinan berdasarkan pengalaman. Yang terjadi di Indonesia bukan seperti itu, lebih banyak kita menemukan kabar-kabar sedih tentang seseorang yang baru saja melepaskan jabatan publik. Kalau bukan kabar tentang kematian, maka kabar lain adalah tidak ada kabar sama sekali. Untuk apa pengabdian yang lama itu, kalau tidak ada yang mereka tularkan setelah pensiun? Sungguh, saya bertanya: sampai kapan kami bersabar? http://www.indrapiliang.com/2010/05/26/sampai-kapan-kami-bersabar/ -- . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe -- . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe -- . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe