Mak Ngah, bung Imran, dan sanak sapalanta nan ambo hormati, Terima kasih Mak Ngah informasinya yang bermanfat untuk mengenal Mentawai dengan sejumlah permasalahannya. Setahu saya memang hampir seluruh hutan di pulau Pagai dan Sipora telah habis dieksploitir sejak zaman Orba. Masih tersisa di yang di Siberut, dan ini juga terus menjadi incaran para cukong. Budaya dan local knowledge orang Dayak atau Mentawai akan tercerabut dari akarnya bersamaan dengan hilangnya hutan mereka, sebagaimana halnya juga dengan budaya Bali jika mereka terpaksa meninggalkan lahan pertaniannya yang berubah menjadi bermacam resort dan hunian.
Saya juga sependapat bahwa kedatangan wisman ke Mentawai lebih merupakan hasil dari promosi gencar yang dilakukan tour operator mancanegara, serta warga asing pemilik resort dan fasilitas wisata lainnya. Inilah salah satu hal yang menarik untuk menjadikan Mentawai sebagai case study pariwisata Sumbar. Khusus menyangkut Mentawai, promosi di luar negeri yang dikatakan berbiaya mahal untuk mendatangkan wisman, mungkin tidak seluruhnya benar. Begitu juga dengan dampak positif sosial ekonomi pada anggota masyarakat, saya sependapat dengan Mak Ngah. Mereka praktis belum meningkat kemakmurannya, malahan ditengarai sejumlah kawasan sudah 'dimiliki' atau dieksploitir oleh orang asing. Kawasan yang tadinya tentunya milik warga atau tanah negara. Kalau kita masuk ke kawasan seperti ini tentunya sudah tidak jelas lagi siapa yang 'tamu' dan siapa pula yang 'tuan rumah'. Kasus seperti ini sudah terjadi diberbagai lokasi pariwisata di Indonesia ; tentunya suatu case study di Mentawai akan bermanfaat untuk mencegah terjadinya hal yang sama di Sumatera Barat. Bung Imran, lontaran pemikiran saya pada intinya tidak berbicara tentang seseorang, tapi lebih kepada suatu sistim. Ala kadarnya sejumlah informasi menyangkut Kadin Pariwisata yang bung Imran sebutkan itu pernah juga terbaca di RN, atau media lain, atau dari obrolan sehari-hari. Saya ini non partisan yang tidak punya sesuatu keterkaitan apapun dengan pejabat baru, lama, atau siapapun tokoh di Sumbar. Tidak ada 'vested interest' saya dalam permasalahan pariwisata ini. Tulisan ini hanya dalam rangka sharing dengan dunsanak yang lain. Kalau saya menyinggung statement pak Wagub, itu hanya untuk menekankan bahwa permasalahan pariwisata Sumbar bukanlah masalah sederhana yang disebabkan satu faktor khusus saja. Kalau ini permasalahan sederhana tentunya aneh kalau selama 65 tahun merdeka, Sumbar tetap belum mampu mengembangan sektor andalan yang memprihatinkan yang sering sekali disebut sebut ini. Kalau secara sederhana kita bicara tentang job spec, job description, serta tuntutan kebutuhan lainnya untuk posisi Kadin pariwisata tersebut ; kalau menurut pendapat saya, permasalahan/kekurangan pejabat lama itu mungkin lebih dari pada sekadar jalan-jalan saja. Kalau dia dinilai baik, tentunya pariwisata Sumbar sudah 'berlari' dan bukan merangkak tertatih tatih seperti sekarang ini. Jadi kalau BA-1 dan BA-2 ingin mencari pejabat yang lebih baik, menurut pendapat saya carilah pejabat yang minimal mengerti mengenai permasalahan pariwisata Indonesia dan Sumbar pada umumnya serta Mentawai pada khususnya, memiliki kiat-kiat terobosan yang jitu, memahami enterpreneurship, punya wawasan tentang ekonomi kerakyatan, serta punya kemampuan managerial dan leadership yang memadai untuk mensinkronkan langkah para Bupati yang tampaknya sering punya sasarannya sendiri pula. Tapi akan sangat sayang jika 'gajah yang di pelupuk mata' ini tidak dicermati, dan kemudian kembali (dan kembali lagi) jalan-jalan kesana kemari untuk studi banding melihat 'kuman/tumo di seberang lautan'. Maaf dan wassalam. Epy Buchari -- . Posting yang berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini dan kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur dan Lokasi pada setiap posting - Hapus footer dan seluruh bagian tidak perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat e-mail baru, tidak me-reply e-mail lama dan mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali serta ingin mengubah konfigurasi/setting-an keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.