Assalamu'alaikumWW,

Pak Mochtar Naim dan sanak sapalanta yang saya hormati,

Mohon maaf, saya punya sedikit komentar atas tulisan pak Mochtar ini.
Kejayaan Minang masa lalu, saya kira semua kita sudah tau (karena
sangat sering diulang-ulang pada berbagai kesempatan).
Begitu juga dengan feodalisme yang bertolak belakang dengan
egalitariannya urang awak, 'dosa-dosa' Sukarno, Suharto, Habibie, dan
entah siapa lagi ; dan satu lagi tentang dominasi kelompok kecil non-
Pri terhadap Pri, dll, dll saya kira itu sudah pengetahuan umum rakyat
Indonesia.
Mengunyah-ngunyah kegemilangan dicampur dengan berbagai keterpurukan
dan berulang mengingat siapa biang kerok di belakang keterpurukan itu,
menurut pendapat saya hanya akan menghabiskan enersi saja tidak karuan
saja.

Bagaimana kalau kita bergerak dari 'hari ini' saja, straight forward
menuju ke hari esok tanpa diharu biru oleh kesalahan masa lalu yang
terkesan kelam dan menyakitkan itu.

Pergolakan PRRI yang penuh darah, air mata, plus segudang cerita
penderitaan yang traumatis itu, sasaran utamanya telah kita peroleh
dari perjalanan panjang sejarah bangsa ini : PKI yang telah diharamkan
kehadirannya, pemerintahan demokrasi, dan Otonomi Daerah.

Hasil utama ini masih banyak 'cacek'nya, yang menjadi bagian tugas
kita untuk menumbuh kembangkannya ke arah yang kita inginkan bersama.
Yang penting sebagian besar kewenangan pemerintah pusat telah
dipangkas, dan dialihkan menjadi kewenangan daerah (kecuali 5 bidang
tertentu).
Bagaimana kalau posisi baru ini yang dikembangkan secara optimal di
Sumatera Barat sebagai daerah yang dulu dengan penuh risiko
'memberontak' untuk memperjuangkan hal ini.
Mau mengembangkan ekonomi kerakyatan, mau meneruskan gagasan ekonomi
Tan Malaka, bung Hatta, Sujatmiko, dll, praktis sekarang ini tidak ada
yang melarang.
Para elit politik Sumbar seyogianya mampu mencari peranan untuk
meneruskan dan mengembangkan  cita-cita 'pergolakan' yang telah
dimenangkan tersebut, dan bukan hanya sekadar mengikuti tabuhan
gendang pemerintah pusat di Jakarta.

Bagaimana kalau untuk mengembangkan konsep ekonomi maritim dan konsep-
konsep pengembangan lainnya ini kita lebih fokus ke kondisi existing
Sumbar dan kondisi ideal/kondusif yang perlu diperjuangkan (semua
pihak) , terkait dengan otonomi daerah dll diatas ?

Kalau soal menganalisa 'masa lalu' saya kira mulai dari Palanta sampai
rumah rakyat di Senayan sudah terlalu banyak pakarnya.
Yang kita perlukan sekarang adalah para pembaharu yang selain mengenal
masa lalu, mampu memanfaatkan perubahan zaman secara cerdas dan
strategis, untuk membawa Sumbar secara berangsur keluar dari
keterpurukannya.

BTW, saya agak sulit membayangkan kalimat : ".....garis pantai yang
masuk ke wilayah Nagari masing-masing adalah juga wilayah penguasaan
dari pengoperasian usaha maritim dan kelautan dari Nagari masing-
masing...."
Garis pantai suatu nagari gampang mengidentifikasikannya.
Bagaimana teknis membawa 'batas Nagari' ini ke arah laut ?
Apakah ini berarti setiap perahu nelayan harus dilengkapi GPS dan peta
rinci kawasan lautnya, dan bakal ramai pula pertengkaran nelayan yang
menuduh nelayan Nagari tetangganya mencuri ikan Nagari dia ?

Maaf dan Wssalam,

Epy Buchari
L-67, Ciputat Timur

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.

Kirim email ke