http://www.hariansinggalang.co.id/sgl.php?module=detailberita&id=2102

Sabtu, 27 November 2010
Pelacur, Aktor dan Tirani IntelektualWISRAN HADI



Setelah orde lama berhasil ditumbangkan oleh orde baru, julukan atau
ungkapan pelacur intelektual perlahan sirna dalam bahasa komunikasi
sehari-hari. Orang merasa mengeri, takut dan bahkan jijik. 

Pelacur intelektual yang dimaksudkan oleh julukan tersebut adalah para
sarjana atau akademisi yang membabi buta memihak kekuasaan tanpa mau
lagi berpikir logis, objektif dan akademik. Mereka disanjung dengan
sertamerta melancarkan cacimaki terhadap kawan-kawannya sesama ilmuan,
karena kawan-kawannya tetap setia kepada kejujuran ilmiah sebagai
sumpah akademik dan alma-mater mereka.

Bersamaan dengan menghilangkannya istilah pelacuran intelektual,
kemudian muncul julukan, aktor intelektual. Maksudnya adalah para
pemikir atau pemikiran-pemikiran yang dianggap dapat menggoyahkan orde
yang sedang berkuasa. 

Wilayah aktor intelektual diperluas cangkupan tudingannya, mulai dari
ulama, tokoh-tokoh masyarakat, budayawan, seniman, selain juga para
ilmuwan itu sendiri. 

Peristiwa-peristiwa yang dianggap menggoyahkan kekuasaan dicarikan
hubungannya dengan orang-orang tertentu, yang kemudian dituding sebagai
aktor intelektual dari kejadian-kejadian tersebut. Gampangnya, aktor
intelektual itu seumpama dalang dalam dunia pewayangan.

Ketika julukan aktor intelektual yang disalemak-peakkan kepada beberapa
nama, dan setelah diselidiki kemudian ternyata tudingan tersebut tidak
dapat dibuktikan, julukan aktor intelektualpun mulai menyusut dalam
kancah pertuding-tudingan. Namun, muncul julukan lebih baru lagi;
tirani intelektual.

Dari segi kebahasaan istilah atau julukan ini salah. Namun begitulah
munculnya sebuah istilah di negeri kita ini. Istilah tak mengenal
hubungkait ketatabahasaan dan pemaknaannya karena dia telah membentuk
maknanya sendiri. 

Pada dasarnya, tirani intelektual adalah pemaksaan. Pemaksaan yang
dilakukan satu, dua atau segelintir orang yang menganggap diri
intelektual, pemikir, pengamat, yang bertanggung jawab terhadap
asumsi-asumsi, obsesi-obsesi yang mereka miliki dari suatu gejalan
sosial yang kemudian mereka kemas dalam sebuah peti yang bernama
keilmuan. 

Beberapa tindakan yang dapat dilihat nyata dari kiprah kelompok ini, antara 
lain; 

1. Mereka tidak mau mendengar, mempertimbangkan pihak luar selain
dirinya sendiri terhadap objek-objek yang mereka klaim sebagai
kebenaran ilmiah. Kebenaran yang mereka klaim sebagai penemuannya
mereka paksanakan untuk diterima semua pihak tanpa ada keinginan untuk
dipertanyakan.

2. Persyaratan agar temuan itu dapat dianggap sebagai karya
intelektual, mereka mengadakan berbagai diskusi dan bahkan menyiapkan
kongres-kongres agar hasilnya lebih mengikat. Draft-draft pertemuan
keilmuan tersebut disiapkan sedemikian rupa, untuk tidak membuka
peluang untuk diuji, dpertanyakan dlsbnya dengan memberikan waktu
minimum bagi peserta. Misalnya, dalam sebuah kongres mereka hanya
mengalokasikan waktu 5 menit untuk setiap peserta yang mau memberikan
komentar. 

3. Dengan berbagai cara dan trik-trik tertentu mereka terus menyerang
pihak lain yang mau menguji kebenaran yang mereka canangkan, dan bahkan
memposisikan diri mereka sebagai pihak yang dizalimi apabila ada
pihak-pihak lain yang mempertanyakannya secara kritis. Semacam politik
pencitraan diri yang kini sedang mewabah di negeri ini.

4. Untuk memenuhi apa yang diinginkannya, mereka memakai tema-tema
kemasyarakatan yang up to date, sehingga bagi orang lain yang tidak
teliti dan tidak punya nalar diharapkan akan terpengaruh terutama oleh
redaksional dengan bahasa dan idiom-idiom yang sensitif di tengah
masyarakat. Secara implisit, sesungguhnya mereka tengah mengejar waktu
(sebagaimana sinetron dengan istilah kejar tayang), karena ketepatan
waktu sangat menentukan kredibilitas dan kontrak janji dengan
imbalan-imbalan tertentu yang telah dijanjikan pihak sponsor.

5. Mereka tidak lagi menempatkan dirinya sebagai ilmuan dengan arti
yang benar; objektif, transparan, keakuratan data dan metodologi yang
sesuai, tetapi mereka bertindak sebagai orang-orang yang ketakutan akan
kehilangan kekuasaan atau pengaruh dengan meminjam taktik-taktik di
dunia politik, penggunaan bahasa dan istilah-istilah yang bombas dan
mencaci-maki semua orang termasuk mass-media yang tidak mau
mendukungnya.

6. Guna memenuhi ambisi yang begitu menggebu, jika perlu mereka begitu
gampangnya membelakangi kesepakatan-kesepakatan umum dan jika perlu
menolak saran-saran yang diajukan pemerintah dengan berbagai alasan
yang dicari-cari, bahwa mereka juga harus mendapat perlakuan yang sama
dengan yang lain. Mereka tidak segan-segan mengganti nama acara yang
dirancangnya dan bahkan beberapa point-point yang tidak penting
silahkan untuk diubah-ubah, sepanjang tetap berada dalam pola dan
tujuan yang telah mereka targetkan.

Pertanyaan yang menggebu-gebu dalam diri kita dari kemunculan kelompok
tirani intelektual tersebut tentulah kira-kira begini; skenario dari
pihak mana sesungguhnya yang kini tengah dijalankan oleh satu dua atau
segelintir orang yang menganggap diri ilmuan itu, sehingga mereka
benar-benar jumud untuk tetap berada dalam lingkar tirani intelektual
demikian. 

Di Sumatra Barat, kelompok tirani intelektual tersebut sudah mulai
muncul dan beraksi. Tulisan ini hanya untuk mengingatkan berbagai pihak
agar jangan sampai terjebak, karena tirani intelektual itu lebih buruk
dan busuk daripada pelacuran intelektual. (*)

Salam,
Marindo Palar 



-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.

Kirim email ke