Pak Darwin, sarato dunsana di palanta nan ambo hormti...,

Manuruik ambo, salah satu cara untuk menangkal kristenisasi ini,
sakali-sakali paralu diadokan "bedah agama kristen" sebagai salah satu
agenda di majelis-majelis pengajian kito. Itu bisa menjadi penguat akidah kito 
sebagai umat Islam, dan sebagai peambah pengetahuan untuk dijadikan "senjata" 
yg dapat kito ditembakkan balik kepada
mereka yg melakukan kristenisasi kepada kita atau dunsanak kito yg lain.


Ambo ingin berbagi sedikit pengalaman. Dulu (sekitar 7 thn yll), rumah ambo di 
Cilegon Banten, pernah beberapa kali kedatangan penginjil door-to-door.  
Benar-benar D-t-D. Mereka datang kerumah-rumah mau "jualan" akidah kristen. 
Dan, kebetulan, di tahun2 itu ambo sadang gilo2 nyo dgn Kristologi. Ambo ajak 
bana mereka2 tu masuak ka rumah, ambo ajak bana badiskusi soal Kitab Suci 
mereka dan soal Ketuhanan Yesus yg 3 in 1 itu. Ambo punyo buku buku Injil 
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, ambo punyo buku Injil Barnabas. Ambo 
tanyokan ke mereka mengenai bebera ayat "krusial" yg ado dalam Injil mereka 
itu. 

Ado beberapa point jitu manuruik ambo untuak meng-kick balik mereka itu :
1. Apakah Anda yakin, Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Injil Perjanjian Baru ini 
adalah Kitab Suci ?. 
    Mereka pasti menjawab Ya. 
2. Kalau Ya ini adalah kitab suci, pelajaran apa yg dapat kita ambil dari 
cerita2 mengenai Lot yg berzina dengan 3 orang anak perempuannya itu. Pelajaran 
apa yg dapat kita ambil dari cerita tentang David yg meniduri istri Panglima 
Perangnya, sementara si David menugaskan Panglimanya itu untuk pergi ke medan 
perang. 

Sampai disini saja, mereka sudah mulai grogi. Jawabannya mulai bertele-tele. Di 
dalam Bibel itu, tidak ada satupun kutukan Tuhan mengenai perzinahan itu.

3. Tanyakan lagi ke mereka, mengenai sejarah penulisan kata Allah dalam kitab 
bibel mereka itu. Sejak kapan kata Allah digunakan dalam Bibel Anda ini ?.  
Dulu, Allah ditulis Alah (dengan satu L). Tembak langsung mereka. Saya kasih 
tau Anda, agama Kristen, apa Katolik, Protestan, atau kristen apa saja, tidak 
mengenal kata Allah. Anda meniru Al-Qur'an kami...!!. Dulu itu orang-orag 
kristen tidak bisa melafalkan kata Allah (dengan dua L, mereka selalu 
mengucapkannya Alah (dengan satu L, walaupun tertulis dengan dua L).  

4. Kalau mereka masih bertahan di rumah kita. Tanyakan lagi mengenai Ketuhan 
Yesus mereka itu.  Menurut Injil, sejak kapan Yesus menjadi Tuhan ?.  Kalau 
penginjil yg rada pinter, mereka akan menjawab dengan mengutip ayat di Injil 
mereka "Pada mulanya adalah Firman...dst."  Tanyakan, Injil mana itu yg 
mengatakan, dan ayat berapa ?. Kitab Perjanjian Baru ada 4 (Injil Markus, Injil 
Mathius, Injil Lukas dan Injil Yohanes). Dari Injil yg 4 itu, hanya satu kitab 
saja (Injil Yohannes) yg berisi ayat ini. Kenapa 3 kitab yg lain tidak 
menuliskan ayat ini ?. Pada hal ini adalah kunci keyakinan umat kristem 
mengenai ketuhanan Yesus. Jadi secara logika, ini tidak masuk akal. Masak hanya 
1 orang saja yg menuliskan ayat tsb ?. 

5. Kalau kita perhatikan cerita mengenai Yesus dalam kitab2 injil itu, kita 
hanya tahu sedikit cerita mengenai Yesus sampai dia ber umur 12 tahun. Lalu, 
muncul2 lagi ketika sudah berumur 30 tahun. Adakah umat Kristen di dunia ini yg 
tahu, kemana Tuhan itu menghilang selama 18 tahun?. 
Mereka pasti tidak bisa menjawab, karena memang tidak ada cerita apapun 
mengenai Yesus itu selama 18 tahun itu. Kalau mereka menjawab dgn cerita macam2 
mengenai Yesus selama 18 tahun menghilang itu,  maka dapat di jamin itu cerita 
karangan mereka sendiri. 

6. Tadi pertanyaan Ketuhanan Yesus berdasarkan Injil. Sekarang, bagaimana 
Ketuhanan Yesus berdasarkan sejarah ?. Berdasarkan sejarah, Yesus di angkat 
menjadi Tuhan, pada thn 325 Masehi pada Konsili (Muktamar) di kota Nicea. Sejak 
itu orang2 Nasrani yg tidak mengakui Yesus sebagai Tuhan, diburu untuk dibunuh. 
Mereka2 menyelamatkan diri dengan lari mengungsi ke Arab, ke Afrika, dan 
daerah2 Timur. Diantaranya adalah Paman Siti Khadijah, Waraqah bin Naufal. WbN 
ini adalah keturunan dari orang2 Nasrani Monotheis, yg lari meyelamatkan diri 
dari kejaran orang2 Nasrani yg Politheisme.  Atau Raja Habasyah, peganut 
Nasrani Monotheisme, tempat Hijrah Pertama umat Islam. Kerajaan Habasyah tsb, 
kira-kira wilayah Ethiopia  . Ceritakan kepada para penginjil itu, bahwa Raja 
Habasyah menitikkan air mata ketika kepadanya di bacakan Surat Maryam, dari 
Al-Qur'an, sesuai dengan pesan Nabi SAW kepada para sahabat yg hijrah ke 
Habsyah ini, agar sesampainya di depan raja,
 bacakan Surah Maryam kepada Raja.     

Enak banget, kalau kita punya senjata untuk melayani para peginjil tsb.  


Salam,
Marindo Palar 

--- Pada Sel, 4/1/11, Darwin Chalidi <dchal...@gmail.com> menulis:

Dari: Darwin Chalidi <dchal...@gmail.com>
Judul: [...@ntau-net] Laporan ICG (International Crisis Group) - kristenisasi 
penyebab ketegangan agama di Indonesia
Kepada: rantaunet@googlegroups.com
Tanggal: Selasa, 4 Januari, 2011, 6:20 AM

Bismillahhirrahmanirrahim - Sanak Palanta RN yang kami hormati, kami sharing 
sebuah laporan ICG untuk kita renungi dan sebagai bahan melakukan antisipasi 
dalam tantangan melaksanakan ABS-SBK diranah Minangkabau sarato ranah rantau 
untuak anak cucu awak kemudian hari, semoga berkenan.

Kami copaskan dari 
link http://www.hidayatullah.com/kolom/sudut-pandang/14938-di-balik-kerusuhan-ciketing


Laporan ICG mengungkapkan, bahwa kristenisasi menjadi penyebab ketegangan antar 
agama di Indonesia






oleh: Amran Nasution
 
MENJELANG tutup tahun 2010, koran Kompas berulang-kali memuat tulisan tentang 
ancaman kekerasan berlatar belakang agama. Misalnya,  pada edisi 16 Desember 
2010, koran itu menulis bahwa kekerasan berlatar-belakang agama di Indonesia 
makin marak. Dan persoalan itu harus diselesaikan tuntas karena kekerasan yang 
menodai multikulturalisme itu bakal mengancam demokrasi  Indonesia.  Apalagi 
pemerintah selama ini absen dalam penyelesaian masalah.



Persoalan ini, kata koran itu, mengemuka dalam peluncuran Jurnal Maarif edisi 
akhir tahun  di Gedung Dakwah Muhammadiyah Jakarta, sehari sebelumnya, serta 
diskusi yang dilakukan Maarif Institute, lembaga yang dipimpin Ahmad Syafii 
Maarif, bekas Ketua PP Muhammadiyah . Tapi benarkah  analisa para ahli Maarif 
Institute yang disebar-luaskan Kompas itu?  Benar  kalau dikatakan peristiwa 
kekerasan sekarang meningkat.  Tapi salah kalau dikatakan peningkatan itu hanya 
terjadi pada kekerasan  berlatar-belakang agama. Memang setiap sore berita 
televisi selalu diwarnai peristiwa kekerasan dari pelbagai pelosok Tanah Air.  
Tapi kekerasan itu bukan hanya berlatar-belakang agama seperti dianalisa para 
ahli Maarif Institute. Analisa itu terkesan dipaksakan untuk tujuan tertentu. 
Begitu pula Kompas yang terus-menerus memberitakan isu yang sama.



Cukup banyak kekerasan terjadi sebagai ekor Pilkada. Ada kekerasan karena 
perampasan lahan, penggusuran pedagang kaki lima, tawuran antar-penduduk desa, 
antar-preman, antar-pelajar, bahkan antar-mahasiswa. Malah yang tercatat 
sebagai peristiwa kekerasan paling seru adalah ketika dua kelompok preman 
bertarung di depan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, di Jalan Ampera Raya, 
akhir September lalu.



Dua kelompok menggunakan berbagai jenis senjata tajam seperti golok dan 
kelewang. Malah beberapa menggunakan senjata api. Terjadi tembak-menembak di 
jalan raya, di siang bolong, tanpa polisi bisa mencegah. Korban pun berjatuhan. 
Setidaknya 3 orang terbunuh, 12 terluka termasuk 3 di antaranya polisi. Yang 
hendak dikatakan:  Maarif  Institute – dan institute semacamnya yang banyak 
tumbuh di masa 8 tahun pemerintahan Presiden Bush di Amerika Serikat yang  
memerangi Islam – tak boleh memicingkan mata bahwa Indonesia sekarang  memang 
cendrung rusuh, termasuk rusuh antar-agama.



Kekerasan berlatar- belakang agama yang  paling terkenal adalah peristiwa 
Ciketing, perkelahian kelompok masyarakat  setempat dengan rombongan jemaah 
HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) yang  mengadakan pawai di jalan 
mengakibatkan sejumlah orang cedera, 12 September lalu. Akibat pemberitaan seru 
Kompas diikuti media lain  – yang tak berimbang (cover both side) –  polisi 
menangkap pelaku tawuran hanya dari kelompok masyarakat setempat.  Padahal 
menurut Ketua Front Pembela Islam (FPI)  Habib Riziek Shihab di dalam rombongan 
HKBP ada dua jemaah bermarga Purba dan Sinaga membawa pisau dan tertangkap 
tangan oleh polisi pada waktu itu tapi segera dilepaskan. Selain itu ada 9 
anggota masyarakat terluka tapi anehnya tak ada jemaat HKBP yang ditangkap.



Maka di tengah laporan media massa yang tak berimbang, pendapat sementara tokoh 
yang bias, tapi kemudian tersebar luas tanpa sikap kritis media massa,  adalah 
amat menarik membaca laporan International Crisis Group (ICG), 24 November 2010 
lalu, berkaitan dengan peristiwa kekerasan berlatar-belakang agama, terutama 
peristiwa Ciketing. ICG bukan institusi Islam, jadi jelas tak ada hubungannya 
dengan FPI mau pun MUI.



ICG adalah lembaga nirlaba yang independen berpusat di Brussels, Belgia. 
Institusi itu kini dipimpin Louise Arbour, wanita berusia  63 tahun, bekas 
Hakim Agung Kanada dan  bekas Komisi Tinggi PBB Urusan HAM (United Nations High 
Commissioner for Human Rights). Tentu jangan bandingkan ICG dengan Maarif 
Institute, Setara Institute, Wahid Institute,  atau Moderate Muslim 
Society (MMS), dan organisasi semodel lainnya. ICG terlalu berwibawa dan 
rekomendasinya tentang masalah pertikaian, konflik, atau peperangan, diterima 
banyak negara, termasuk lembaga internasional semacam Uni Eropa, Bank Dunia, 
atau PBB.



Maka sungguh aneh bin ajaib, ketika membuat analisa tentang kekerasan 
berlatar-belakang agama di Indonesia sebagai evaluasi akhir tahun, Maarif 
Institute atau organisasi sejenisnya mau pun Kompas sama sekali tak menyinggung 
laporan ICG. Apakah karena ICG mengungkap gerakan Kristenisasi  padahal fakta 
itu harus disembunyikan?



Dalam laporan 20 halaman itu, ICG menyimpulkan salah satu penyebab meningkatnya 
ketegangan Islam dengan Kristen di Indonesia adalah Kristenisasi yang agresif 
dilakukan Kristen Evangelical,  kelompok Protestan fundamentalis yang dianut 
banyak penduduk Amerika Serikat.



Kristen Evangelical yang mencampurkan agama dan politik itu mulai berkibar 
sebagai pendukung Partai Republik di zaman Presiden Ronald Reagan, tapi 
betul-betul dominan di dalam percaturan politik Amerika Serikat di dua priode 
pemerintahan Presiden George Bush. Bush sendiri berteman dekat dengan para 
pendeta aliran itu seperti Pat Robertson, Jerry Palwell (meninggal dunia 
beberapa tahun lalu), James Dobson, atau Franklin Graham.



Di zaman Bush, negeri Islam seperti Afghanistan diserang dan diduduki, Iraq 
dijajah. Lantas para pendeta Evangelical membenarkan langkah-langkah Presiden 
Bush itu kepada rakyat Amerika Serikat. Belum cukup. Para pendeta 
diikut-sertakan (embedded) bersama  pasukan Amerika Serikat di Iraq dan 
Afghanistan guna menyebarkan ajarannya ke tengah masyarakat setempat yang 
Muslim.



Kembali ke Indonesia, memang  menurut laporan ICG, ada faktor lain yang 
berperan dalam ketegangan hubungan Islam – Kristen, seperti kegagalan 
pemerintah, tumbuhnya organisasi  Islam tertentu, dan kebijakan desentralisasi. 
Tapi dalam mengembangkan strategi untuk  mengatasi ketegangan antar-kelompok di 
Indonesia, laporan ICG  menempatkan Kristenisasi dalam perhatian khusus. ‘’Isu 
Kristenisasi bisa mempersatukan kelompok anti-kekerasan dengan kelompok ekstrim 
pendukung kekerasan,’’ tulis laporan itu.



Isu Kristenisasi telah berkembang di Indonesia sejak 1960-an. Tapi selama ini 
sensus penduduk tak menunjukkan pertumbuhan pengikut Kristen yang signifikan. 
Dari sensus tahun 2000, penduduk Protestan 5,8%, Katolik 3%, Hindu 1,8%, dan 
Islam 88,2%. Sisanya Budha dan Kong Hucu.



Begitu pun di kalangan ummat Islam isu Kristenisasi sangat mendapat perhatian. 
Tak aneh kalau Majelis Ulama Indonesia (MUI) sendiri pada 2006 membentuk Komite 
Penanggulangan Bahaya Pemurtadan (KPBP). Belakangan nama itu berubah menjadi 
Komite Dakwah Khusus (KPK).



ICG mengungkapkan bahwa Kristen Evangelical aktif  melakukan Kristenisasi di 
Banten dan Jawa Barat, dua provinsi yang mengelilingi Ibukota Jakarta.  Bila 
sukses, kelompok agama ini akan bisa mendapatkan tempat berpijak yang kuat di 
Ibu Kota.



Dari catatan ICG diketahui sejumlah organisasi Kristen dari Amerika Serikat 
memiliki kegiatan di berbagai daerah di Indonesia, tapi terutama aktif di Jawa 
Barat.  Ada The Joshua Project yang beroperasi di kalangan etnis Sunda,  
Lampstand (Beja Kabungahan) digerakkan misionaris Amerika Serikat sejak 1969, 
Patners International berbasis di Spokane, Washington, memiliki belasan group 
di Jawa Barat sebagai patner lokal, Frontiers dari Arizona, dan Campus Crusade 
for Christ  berbasis di Orlando, Florida,  memiliki cabang di Indonesia dengan 
nama Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia (LPMI).   



Pada Desember 2006, LPMI membuat masalah di Batu, Malang, Jawa Timur. Ketika 
itu, LPMI mengadakan pelatihan. Dalam acara doa, pendetanya meletakkan al-Quran 
di lantai dan menyuruh para peserta latihan mengelilinginya untuk sebuah 
upacara mengusir setan. Sang Pendeta dan para peserta doa kemudian ditangkap 
pihak berwajib karena tindakan menghina al-Quran (blasphemy).



Dana Luar  Negeri
 ICG memfokuskan laporannya pada Bekasi, kota yang dari data lembaga itu 
menunjukkan peningkatan jumlah penganut Kristen. Di tahun 2000, Bekasi memiliki 
penduduk 1.668.494 jiwa, 89% adalah Muslim, 6,5% Protestan, 3,2% Katolik. Pada 
tahun 2009, jumlah penduduk itu meloncat menjadi 2.145.447 jiwa, di antaranya 
87,3% Muslim, 8,05 Protestan, 2,98 Katolik. Artinya, ada penurunan prosentase 
penganut Islam dan Katolik, tapi terjadi peningkatan prosentase penganut 
Protestan.



Meningkatnya jumlah penganut Protestan, menurut laporan ICG, sebagian mungkin 
disebabkan terjadinya perpindahan orang Batak penganut Protestan dari Sumatera 
Utara ke Bekasi guna mencari pekerjaan.

Tapi laporan ini pun mengungkapkan betapa gencar gerakan Kristenisasi di 
kawasan itu yang menurut ICG, antara lain dibiayai dana luar negeri. Di sana 
ada Sekolah Alkitab Terampil dan Terpadu (Integrated Bible Training School) 
yang dijalankan Edhie Sapto, seorang Madura yang dulu beragama Islam. Anehnya, 
seluruh pamplet dan atribut sekolah bertuliskan Arab tapi mengajarkan Bibel. 
Lebih aneh lagi, sekolah yang dulu di bawah Yayasan Kaki Dian Emas dan kini 
Yayasan Bethmidrash Talmiddin itu, menurut laporan ICG, mensyaratkan setiap 
siswanya bisa diluluskan setelah mengkristenkan 10 orang.



Tapi dalam hal menggarap orang Islam yang paling kontroversial tentulah Yayasan 
Mahanaim atau Mahanaim Foundation. Didirikan sebagai lembaga pendidikan dan 
sosial pada 1999 oleh Pendeta Rachel Indriati Tjipto Purnomo Wenas atau lebih 
dikenal sebagai Iin Tjipto. Sebagai bagian dari jaringan Pantekosta di Jawa, 
Mahanaim dijalankan keluarga keturunan China dan ditujukan untuk menggarap 
orang miskin, terutama anak-anak jalanan.



Maka yayasan ini memiliki rumah penampungan anak yatim yang dinamakan Rumah 
Harapan dan sekolah gratis dari taman kanak-kanak sampai SMA. Tampaknya yayasan 
ini memang bersimbah duit. Pada 2007, yayasan ini mengklaim memiliki aset 
bernilai Rp 125 milyar, dan setiap bulan menghabiskan dana Rp 1 milyar untuk 
aktivitasnya. Dalam ukuran Bekasi jumlah itu tak bisa dibilang sedikit.



Yayasan memiliki divisi bisnis yang menjalankan toko buku sampai servis ruangan 
pendingin (AC), termasuk bisnis properti. Salah seorang pengurus yayasan 
sempat  dihukum 10 tahun penjara karena terlibat manipulasi pembangunan 
perumahan militer.



Tapi urusan bisnis dan manipulasi pembangunan perumahan militer itu tak sampai 
menyebabkan pengurus yayasan bentrok dengan organisasi Islam di tempat itu 
seperti Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Gerakan Pemuda Islam (GPI), 
Front Pembela Islam (FPI), dan Jemaah Ansharut Tauhid (JAT). Yang menimbulkan 
ketegangan jelas karena gencarnya upaya mengkristenkan orang Islam 
(Kristenisasi), terutama ditujukan kepada kelompok miskin, lemah, dan tak 
berdaya.



Pada 1 Desember 2007, misalnya, yayasan itu membagi-bagikan makanan kepada 
orang miskin dalam sebuah acara hiburan musik, tari-tarian, dan atraksi kembang 
api, yang dinamakan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR). Acara itu dilaksanakan 
di tempat terbuka di kawasan perumahan PT Taman Puri Indah, Pekayon. Anehnya, 
mayoritas hadirin adalah Muslim. Wajar kalau organisasi Islam di Bekasi menuduh 
acara itu adalah tipu-daya untuk melakukan Kristenisasi.



Yang paling kontroversial adalah festival dua pekan yang digelar Yayasan 
Mahanaim November 2008, disebut Bekasi Berbagi Bahagia (B3). Acara dilaksanakan 
di 100 tempat terpisah di sekitar daerah itu dengan membagi-bagikan hadiah 
telepon genggam, televisi, mobil, bahkan amplop berisi uang kontan. Dalam 
kesempatan itu Yayasan Mahanaim pun mensponsori perkawinan massal yang 
melibatkan 153 pasangan Muslim.



Organisasi Islam setempat – tergabung dalam koalisi Front Anti-Pemurtadan 
Bekasi (FAPB) -- sudah melakukan protes terhadap Mahanaim malah sebelum 
festival itu berlangsung, yaitu ketika yayasan membagi-bagikan Bibel pada 17 
Mei 2008. Yayasan itu dituduh memurtadkan orang miskin melalui bujukan uang dan 
fasilitas lainnya.



Pada Hari Pendidikan 2 Mei 2010, ada demonstrasi anti-Narkoba di Bekasi. Ketika 
melewati Masjid Al-Barkah, sejumlah orang yang ikut arak-arakan memakai baju 
yang di bagian belakangnya ada sulaman bintang David bewarna kuning, memisahkan 
diri dari barisan, membentuk formasi salib.



Mereka mengembangkan bendera dengan gambar singa dan pedang, dan tujuh nama 
Tuhan (menurut Kristen): Adonai, El Shaddai, Jehova Rapha, Jehovah Nissi, 
Jehovah Shalom, Jehovah Shamah, dan Master of Breakthrough. Mereka 
membagi-bagikan stiker bertuliskan"Yoel generation’’, dan kemudian meletakkan 
Mahkota Kristen (Christian Crown) di depan Masjid.



Tak begitu jelas dari mana mereka berasal. Tapi menurut laporan ICG, dari 
stiker bertuliskan ‘’Yoel generation’’ yang mereka bagi-bagikan bisa ditebak 
mereka ada kaitan dengan kelompok Evangelical, atau di Bekasi dikenal sebagai 
kelompok pemilik Yayasan Mahanaim. Di Cirebon, Jawa Barat, misalnya, Mahanaim 
membuka blog internet dengan nama Generasi Yoel. Pendeta Iin Tjipto menjadi 
kontributor tetap di blog itu.



Maka tak mengejutkan kalau komunitas Islam bereaksi atas aksi di depan Masjid 
Al-Barkah yang  merupakan provokasi dan penodaan agama (blasphemy). Pada 8 dan 
9 Mei 2010 ada tabligh akbar yang mengundang para pembicara terkenal seperti 
Kiai Athian Ali, Abdul Qadir Djaelani, atau Abu Bakar Basyir. Selain itu 
kelompok Islam mengirim delegasi memprotes peristiwa di depan Masjid Al-Barkah 
ke alamat para pejabat Pemda Bekasi.



Murhali Barda, Ketua FPI Bekasi membacakan pernyataan ummat Islam Bekasi yang 
ditandatangani 40 tokoh, antara lain, menolak pembangunan gereja yang tak 
sesuai peraturan berlaku, menolak segala bentuk aksi Kristenisasi di komunitas 
Muslim, dan polisi agar menindak para pelanggar hukum dan  menghukum berat para 
perusak keharmonisan beragama.



Banyak ekses terjadi karena aksi agresif Kristenisasi di Bekasi. Salah satunya 
adalah konflik warga dengan kelompok HKBP yang sedang berusaha membangun gereja 
di daerah itu. Satu hal yang pasti harmonisasi umat beragama di sana rusak dan 
terganggu.



Pertanyaan yang relevan sekarang: kalau Maarif Institute, Wahid Institute, 
Setara Institute dan terutama Kompas, menggebu-gebu mengutuk kekerasan atas 
nama agama, bagaimana sikap mereka terhadap aksi Kristenisasi terhadap orang 
miskin, lemah, dan tak berdaya?



Betul memilih agama adalah hak warga negara. Tapi pilihan itu dilakukan oleh 
warganegara yang  bebas dan merdeka. Bukan orang miskin yang lemah tak berdaya 
dan terpaksa menukar agamanya dengan rayuan supermie, beras, telepon genggam, 
atau uang di dalam amplop. Tidakkah tindakan memanipulasi kaum lemah atas nama 
kebebasan beragama harus dikutuk juga karena menghina martabat dan harkat 
manusia?


 Penulis adalah mantan Redaktur GATRA dan TEMPO. Kini, bergabung dengan IPS 
(Institute for Policy Studies) Jakarta

Wassalamualaikum Wr. Wb. Copas oleh Darwin Chalidi, Tangerang Selatan



-- 

.

* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~

* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.

===========================================================

UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:

- DILARANG:

  1. E-mail besar dari 200KB;

  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 

  3. One Liner.

- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet

- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting

- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply

- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.

===========================================================

Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.



-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.

Kirim email ke