Mamak, harusnyo segera di kongkritkan penerbitan bunga rampai roman
PRRI ko, baa caronyo memulainyo ?.

Beko ambo baleh cerpen mamak jo cerpen pulo.

Salam

andiko

On 2/8/11, Dasriel Noeha <dasrielno...@yahoo.com> wrote:
> He..he..sanak Andiko, sudah saatnya belum jadi buku kumpulan cerpen??
>
> wass
>
> --- Pada Sel, 8/2/11, andi ko <andi.ko...@gmail.com> menulis:
>
>
> Dari: andi ko <andi.ko...@gmail.com>
> Judul: Re: [R@ntau-Net] cerita baru
> Kepada: rantaunet@googlegroups.com
> Tanggal: Selasa, 8 Februari, 2011, 12:29 AM
>
>
> Wah mantap
>
> Genre kito kini "Roman Pertempuran".
>
> Salam
>
> andiko
>
>
> Pada 8 Februari 2011 11:40, Dasriel Noeha <dasrielno...@yahoo.com> menulis:
>
> Di ansue ciek lai, panukuak kaba nan tibo, kok untuang jadi curito,
> pambarito ka generasi mudo, dulu inyiaknyo alah sato, parang sudaro di Tanah
> Bundo,
>
> Wassalam,
>
> Dasriel,
>
> SELAMAT TINGGAL, ISAH
>
> Air Tawar terletak kira-kira 7 kilometer dari Padang arah jalan ke
> Bukittinggi.
>
> Disini terletak dua kampus perguruan tinggi yaitu Institut Keguruan dan Ilmu
> Pendidikan (IKIP) Padang, dan Universitas Andalas (Unand).
> Kedua kampus ini berdampingan ibarat saudara kembar.
>
> IKIP mendidik mahasiswanya menjadi guru, sedangkan Unand mendidik mahasiswa
> menjadi sarjana beberapa ilmu terapan seperti Ilmu dan Teknologi Pertanian,
> Ilmu dan Teknologi Peternakan, Ilmu Pasti dan Ilmu Alam.
>
> Sedangkan untuk sarjana Hukum terletak di Muaro, Kedokteran di Pondok dan
> Jati, serta Ekonomi juga di Jati.
>
> Pada tahun 1957, saat akan meletus peristiwan PRRI, mahasiswa IKIP dan Unand
> sedang asyik-asyiknya kuliah.
> Namun, semuanya berubah setelah adanya pengumuman di Sungai Dareh atas
> berdirinya PRRI.
> Ahmad Husein menghimbau partisipasi generasi Sumatera Barat untuk ikut andil
> mempertahankan martabat daerah yang sedang diinjak-injak oleh pemerintah
> pusat.
>
> Dalam pidatonya di lapangan sepak bola di depan Fakultas Peternakan, pada
> bulan January 1958, apa apel mahasiswa Unand, Husein berpidato berapi-rapi
> akan perlunya Sumbar bangkit untuk memajukan daerah termasuk Unand dan IKIP,
> yang dikatakan sedang dianak tirikan oleh Pusat dibanding dengan UI,
> Gajahmada di Jawa.
> Makanya kita harus berani melawan pusat untuk menuntut hak kita, demikian
> Husein membakar semangat mahasiswa waktu itu.
>
> Makanya setelah 15 February, dilakukan pendaftaran besar-besaran tentara
> pelajar yang diikuti oleh ratusan mahasiswa Unand dan IKIP serta ada juga
> pelajar STM dan SMA di beberapa kota di Sumbar, ramai diikuti oleh mereka.
>
> Terbentuklah beberapa kompi pelajar, yang dilatih secara kilat bagaimana
> cara menggunakan senjata dan bertempur.
> Sebenarnya waktu latihan yang pendek itu hanya lebih banyak pada kegiatan
> baris berbaris dan pidato untuk membangkitkan semangat bertempur, belumlah
> cukup untuk menguasai ilmu perang dan kemiliteran secara benar.
>
> *
> Anisah, gadis kelahiran Solok, ikut mendaftar jadi anggota palang merah.
> Waktu itu Anisah masih kuliah di IKPI jurusan Bahasa Indonesia.
>
> Kemaren ia pulang kampung.
> Ayah Anisah, Mak Kari yang jadi guru sekolah rakyat di Solok juga ikut PRRI.
> Kari diajak oleh mamak rumahnya kopral Salim yang telah jadi tentara dan
> anak buah Pak Husien.
> Waktu Anisah mengatakan dan minta ijin ajahnya mau ikut palang merah di
> Padang, ayahnya menyetujuinya.
> Hanya ibunya yang keberatan. Maklumlah Anisah adalah putri satu-satunya.
> Adiknya masih duduk di SMA Solok dan itu laki-laki.
>
> Tapi Anisah mengatakan, bahwa tugas palang merah adalah hanya di rumah sakit
> dan tidak ikut perang, ibunya akhirnya mengalah.
>
> Anisah mempunyai pomle seorang mahasiswa fakultas Peternakan Unand bernama
> Rustam. Rustam anaknya ganteng. Rambut ikal lebat dan dagunya kekar dengan
> sedikit brewok. Maklumlah ia anak seoarng nelayan dari Naras dan juga
> pesilat tangguh.
>
> Mereka saling mencintai satu sama lain.
>
> Sebelum Anisah meminta ijin ayahnya untuk masuk palang merah, ia telah
> mendiskusikan hal itu dengan Rustam kekasihnya.
>
> *
> Pantai Padang sore itu kembali ramai oleh pasangan anak muda yang menikmati
> deburan ombak pantai.
> Deburan ombak itu membawa alunan suara cinta yang merasuk kedalam sukma para
> pasangan remaja yang menikmatinya dengan duduk di loneng tembok pantai,
> dikerimbunan pepohonan yang tumbuh di pantai itu.
>
> Para nelayan juga sibuk mempersiapkan perahu mereka untuk melaut.
> Setiap sore sebuah perahu nelayan yang dimuati dengan bekal untuk perjalanan
> semalam dan sebuah lampu sitarongkeng dinaiki oleh tiga orang nelayan.
> Setelah didorong ketengah air, lalau mereka mendayung sekitar satu jam
> ketengah untuk memancing ikan ambu-ambu dan ikan pinang-pinang yang pada
> musimnya banyak di laut.
>
> Sore itu pulang kuliah di Pantau Padang di Muaro.
> Sepasang muda mudi sedang asyik duduk makan rujak di kedai di pinggir pantai
> Padang yang terkenal itu.
> Ada banyak kedai rujak dan limun yang dibangun oleh para isteri nelayan di
> pantai itu.
>
> Rustam dan Anisah, seperti pasangan lainnya sedang memandang indah deburan
> ombak pantai Padang yang seakan nyanyian asmara yang mengalun indah.
>
> Rustam mengajak Anisah turun ke air.
> Sambil berjalan memainkan ombak di kaki dan bergandengan tangan dua muda
> mudi yang dimabuk asmara itu berjalan gontai.
>
> ”Sah, saya telah mendaftar menjadi tentara kemaren”, kata Rustam memecah
> kesunyian mereka.
>
> Suara Rustam terdengar seperti getaran petir di telinga Anisah. Suara itu
> diselingi oleh gempuran ombak pantai yang berdebur dengan suara gemuruh.
> Suara ombak pantai Padang memang spesifik. Sering dijadikan madah buat lagu
> asmara.
>
> ”Uda, sudah mendaftar kemaren”, Anisah mengulang dengan pertanyaan.
>
> ”Ya Sah, saya dan enam orang teman mendaftar di Dodik Simpang Haru. Minggu
> depan kami akan menjalani latihan di Padang Besi Indarung. Ada banyak juga
> mahasiswa Unand yang mendaftar. Juga banyak temanmu dari IKIP yang ikut”,
> kata Rustam.
>
> Anisah hanya terdiam. Sambil mempererat genggamannya di tangan Rustam, ia
> berhenti melangkah.
> Sekarang di pipinya yang bak pauh dilayang, mengalir dua butir air bening.
> Ia tahu apa artinya mendaftar jadi tentara pelajar. Minggu lalu sewaktu
> Letkol Husein berpidato di lapangan sepakbola didepan kampus IKIP, ia
> mendengar bahwa sekarang perjuangan suci mengadapi pernag dengan tentara
> pusat seakan menjadi panggilan bagi para mahasiswa.
> Perang, ya perang, berulang Husien mengatakan kata-kata itu dalam pidatonya.
>
> Perang berarti menggunakan senjata untuk saling bunuh.
> Akankah nantinya Rustam ikut terbunuh?
> Itu yang ada dibenak Anisah sekarang.
>
> ”Anisah, kenapa kenapa Isah menagis”, tanya Rustam.
>
> ”Saya tidak mau kehilangan uda Rustam”, kata Anisah pelan.
>
> ”Saya tidak akan terbunuh sayang. Dan lagi soal mati hidup, kan ada di
> tangan Tuhan. Isah tidak usah ragu melepas uda”, kata Rustam membujuk.
>
> ”Da, perang ini tidak tahu kapan usainya. Yang jelas pasti tentara pusat
> akan segera kemari. Uda akan bertempur. Dan uda akan jadi korban..
>
> Air mata Anisah semakin deras. Rustam mengambil ujung selendang Anisah. Ia
> mengusap pipi lembut kekasihnya. Basah selendang itu kini.
>
> ”Kalau begitu, Anisah minta ijin uda untuk daftar jadi palang merah. Kemaren
> Putri mengajak Anisah untuk mendaftar”, kata Anisah.
>
> ”Jangan sayang, kamu tinggal di kampus sajalah. Kasihan kuliahmu kan tinggal
> tiga semester lagi.
>
> ”Uda, aku juga mau turut menyumbangkan tenagaku untuk daerah kita. Toh sudah
> pasti kuliah akan tutup selama pergolakan”, kata Anisah.
>
> Mereka kembali ke pondok jualan.
> Rujak yang tadi mereka pesan telah hampir habis.
> Rustam memanggil Etek Ami penjual rujak. Dan ia membayar dua piring rujak
> yang mereka pesan.
>
> ”Kamu pasti tidak akan diijinkan oleh ayahmu. Sudah minta ijin belum”, tanya
> Rustam.
>
> ”Belum da, besok rencananya Isah mau pulang. Putri juga pulang. Sekalian
> siap-siap untuk latihan di Rumah Sakit tentara Simpang Haru.
>
> ”Ya, kalau memang ayahmu mengijinkan, baiklah mari kita sama-sama berjuang.
> Kalau umur kita sama panjang, dan jodoh kita direstui Tuhan, kita akan tetap
> ketemu”, kata Rustam sambil merangkul bahu Anisah.
> ”Yang jelas saya tidak mau kehilangan kamu dewiku”, kata Rustam.
>
> Hari semakin petang. Sebentar lagi maghrib akan datang. Rembang petang
> matahari mau turun di ujung kaki langit di lepas laut sana memang indah.
> Warna langit yang kuning kemasan bercampur kemerahan perlahan turun ke kaki
> langit.
>
> Mereka beranjak pergi. Naik oplet kearah Air Tawar.
> Dua sejoli itu duduk terdiam di atas oplet tua jeep Wilis yang
> rumah-rumahnya terbuat dari kayu.
> Sebentar lagi mereka akan berpisah. Dipisahkan oleh pergolakan daerah yang
> mereka akan turut ambil bagian di dalamnya.
>
> *
> Hari baru jam sembilan di Air Tawar.
> Hanya beberapa mahsiswa IKIP yang terlihat pergi kuliah pada pagi itu.
> Unand telah dua minggu libur. Karena beberapa dosen ada yang ikut latihan di
> Padang Besi.
> Yang tidak mendaftar jadi tentara memilih pulang kampung.
>
> ”Assalamualaikum”.
>
> ”Wa alaikum salam, eh uda Rustam”.
>
> Rustam muncul pagi itu di tempat kos Anisah di Air Tawar.
>
> Anisah sudah memakai pakaian putih-putih. Ia bersiap akan menuju Simpang
> Haru rumah sakit tentara temapt ia kini mulai bertugas jadi perawat yang
> disebut anggota palang merah.
>
> ”Sudah mau berangkat Sah”, tanya Rustam.
>
> ”Ya da, saya barusan mau menyetop oplet ke Simpang Haru”, kata Anisah.
>
> Rustam datang dengan pakaian tentaranya. Sebuah senjata LE tersandang
> dibahunya.
>
> ”Uda kelihatan gagah dengan seragam ini”, kata Anisah.
>
> ”Isah juga makin cantik dengan pakaian palang merah”, balas Rustam.
>
> ”Sah, keadaan semakin genting. Tadi malam kami di berikan briefing oleh
> komandan di asrama Simpang Haru. Semua pasukan disiagakan. Kita sedang siaga
> satu menghadapi peperangan. Aku diperintahkan bersama kompi B bertugas di
> sekitar lapangan Tabing. Dan kompi A bertugas di sepanjang pantai Ulak
> Karang.
> Menurut berita intelijen, akan ada pendaratan pasukan APRI hari ini.
> Sah, keadaan seirus sekarang.
> Kalau terjadi sesuatu pada kita, saya mohon kerelaan Isah”.
>
> Rustam mengeluarkansebuah bungkusan dari kantong celananya. Ia berikan
> kepada Anisah.
>
> ”Sah, ini sebuah cincin yang saya beli di toko emas di Padang kemaren. Isah
> simpanlah cicncin itu. Cincin itu bertuliskan nama kita. Ia menjadi saksi
> cinta kita berdua”.
>
> ”Uda, kita harus segera bicara dengan ayah saya. Juga kita harus ketemu mak
> dan abak uda. Kita bicarakan ke pada mereka. Mari kita langsung bertunangan
> saja.
> Ibu saya pernah menanyakannya kemaren sewaktu minta ijin menjadi palang
> merah”, kata Anisah.
>
> ”Sebenarnya memang baiknya begitu Sah. Tapi sekarang waktunya kelihatannya
> tidak mungkin lagi. Pakailah cicncin itu. Anggaplah kita sudah berikatan”.
>
> Anisah membuka kotak beledru biru itu. Sebuah cincin emas seberat 8 gram
> berkilauan. Di bagian dalam bertuliskan ”Anisah-Rustam”.
> Rustam memasukkan cincin itu ke jari Anisah.
> Cincin polos berbentuk ring itu pas benar di jari manis Anisah.
>
> Tiba-tiba terdengar sayup-sayup dengungan pesawat terbang. Makin lama deru
> mesinnya makin keras.
> Rustam melihat kelangit arah ke Gunung Padang. Dari sana di balik awan
> kelihatan iringan pesawat terbang.
>
> ”Isah, cepat sembunyi. Mereka telah datang. Aku harus segera gabung dengan
> pasukanku”.
>
> ”Jaga diri uda”.
>
> ”Assalamualaikum”.
>
> *
>
> Rustam terus berlari ke arah mudik. Larinya cepat menuju ke lapangan udara
> Tabing bergabung dengan pasukannya.
>
> Ada lima pesawat terbang berputar-putar disepanjang pantai antara Ulak Krang
> dengan Tabing.
> Kelihatan dengan jelas dari perut pesawat keluar pasukan payung terjun dari
> udara.
> Paling banyak diterjunkan di sekitar lapangan udara Tabing.
> Segera saja terjadi pertempuran di sana.
>
> Rupanya itu adalah pasukan payung tiruan. Ternyata yang diterjunkan yang
> pertama itu adalah boneka kayu yang didandani mirip tentara yang berbaju
> loreng.
> Pasukan PRRI yang kebanyakan anggotanya adalah mahasiswa dan pelajar itu
> tertipu. Mereka menembaki boneka kayu itu.
> Peluru banyak yang mereka habiskan percuma.
> Komandan kompi becarut bungkang.
>
> ”APRI kalera, dikicuhnya awak”.
>
> Segera ia kembali mengumpulkan pasukan untuk konsolidasi.
>
> Lima pesawat yang pertama kedengaran menjauh. Tetapi segera diganti dengan
> kedatangan tiga pesawat pembom dan dua pesawat penerjunan pasukan.
> Kembali pasukan payung terjun di seputar bandara.
> Kali ini lapangan udara Tabing dihujani oleh bom dari pesawat.
>
> Pasukan loreng yang terjun kali ini benar pasukan dari APRI.
> Kembali terjadi tembakan seru. Pertempuran kembali pecah. Pasukan APRI yang
> terlatih perang dari kesatuan lintas udara Brawijaya dan Siliwangi
> berhadapan dengan pasukan PRRI yang terdiri dari mahasiswa dan pelajar yang
> masih hijau dengan suasana pertempuran.
> Sungguh tidak seimbang keadaan perang siang itu. PRRI segera menjadi sasaran
> empuk pasukan APRI.
>
> Hanya lima belas menit lapangan udara tabing dikuasai oleh pasukan
> pemerintah pusat.
>
> Para pasukan kompi B dan kompi A banyak yang menjadi korban. Yang luka dan
> masih hidup segera di tawan. Mereka dikumpulkan di hanggar lapangan udara.
>
> *
>
>
> Sejak mendengar bunyi pesawat pagi itu, dan setelah Rustam lari kearah
> Tabing, Anisah kembali masuk ke kamarnya.
> Ia mengambil tas palang merah. Ia tidak jadi ke rumah sakit di Simpang Haru.
>
> Anisah menyetop oplet menuju ke Tabing.
> Setelah turun dari oplet, Anisah berlari kearah lapangan terbang.
> Pertempuran terjadi di sana.
>
> Banyak korban berjatuhan di pihak PRRI. Tentara yang masih muda-muda itu
> meringis dan meregang nyawa tersambar peluru.
> Anisah segera menolong para korban peretmpuran itu. Baju putihnya kini sudah
> terpercik oleh darah para korban.
>
> Di ujung landasan, dibawah pohon ketapang, seseorang menyeret badannya yang
> telah berlumuran darah.
>
> ”Tolong”, panggil orang itu.
>
> Anisah segera berlari kearah orang itu.
> Disampingnya empat mayat telah tercabik pecahan bom.
>
> ”Uda”, Anisah terpekik manakala melihat yang terluka berat itu adalah Rustam
> kekasihnya.
>
> ”Sah”, kata Rustam parau. Dari mulutnya keluar darah. Punggungnya robek kena
> pecahan bom.
>
> Anisah segera membuka tas palang merahnya. Perbannya sudah habis terpakai
> untuk membalut luka para korban.
> Sambil menangis ia membuka baju Rustam. Air matanya makin deras melihat dada
> bidang kekasihnya berlumuran darah.
> Dua botol obat merah yang masih tersisa ia tuangkan ke luka Rustam. Rustam
> terluka parah. Ia kebatkan baju Rustam ke punggungnya yang ternganga. Darah
> terus mengalir.
>
> Kaki kirinya juga patah dan terlihat tulang keringnya. Anisah membuka
> bajunya. Ia tidak peduli walau hanya tinggal kutang saja. Kulit putihnya
> belepotan darah Rustam. Kaki itu ia balut dengan robekan bajunya.
>
> ”Sah, jaga dirimu. Aku sudah tidak tahan lagi. Mataku mulai kabur Sah”, kata
> Rustam tertahan-tahan.
> Rustam kehilangan banyak darah. Itu membuatnya lemah dan hampir pingsan.
>
> ”Uda luka parah, jangan banyak bicara dulu”, kata Anisah sambil menangis.
> Anisah memeluk tubuh kekasihnya.
> Jemarinya ia sisirkan ke rambut ikal Rustam.
> Rustam tersenyum kepada kekasihnya.
>
>
> Kabut mesiu masih tebal di seputar lapangan terbang. Tembakan masih
> terdengar sayup-sayup di pantai. Rupanya ada pertempuran juga di sana.
> Pasukan katak angkatan laut mendarat di pantai Tabing.
> Mereka segera mengadakan pembersihan dan memburu para PRRI yang ada di
> pantai.
>
> ”Sah, aku cinta padamu. Selamat ting...gal..Sah”.
>
> Sambil tersenyum di bibirnya akhirnya Rustam menutup matanya.
> Anisah meraung sambil tetap memeluk Rustam.
>
> ”Udaaaa”.
>
> Tragedi itu telah terjadi. Dua kekasih itu telah terpisahkan oleh maut. Maut
> itu sungguh cepat datangnya. Pagi jam sembilan tadi mereka masih saling
> tersenyum menyatakan cinta mereka. Mereka masih saling mencium cincin
> pemberian Rustam.
> Kini salah satu telah tiada.
>
> Perang memang kejam. Perang hanya menyisakan duka dan nestapa. Cinta dua
> anak manusia, Anisah dan Rustam terenggut siang itu.
>
> Rustam telah pergi. Ia menjadi korban pertempuran di lapangan udara Tabing
> antara PRRI dengan APRI.
>
> Anisah memandang tubuh Rustam yang telah kaku. Ia menggemgam tangan
> kekasihnya itu. Tangannya yang di jari manisnya lekat sebuah cincin yang
> diberikan Rustam tadi pagi, berlumuran darah Rustam sendiri.
>
> Rustam pergi selamanya membawa cinta mereka berdua.
>
>
>
>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet
> http://groups.google.com/group/RantauNet/~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
> - DILARANG:
>  1. E-mail besar dari 200KB;
>  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi;
>  3. One Liner.
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
> - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
>
>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet
> http://groups.google.com/group/RantauNet/~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
> - DILARANG:
> 1. E-mail besar dari 200KB;
> 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi;
> 3. One Liner.
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
> - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
>
>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet
> http://groups.google.com/group/RantauNet/~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
> - DILARANG:
>   1. E-mail besar dari 200KB;
>   2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi;
>   3. One Liner.
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
> - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke