Sanak Armen dan anggota palanta ysh.

Agama dan kultur kebudayaan saja tidak cukup untuk jadi andalan zaman ini.

Sebuah peraturan yang jelas dan tertulis dan dilindungi oleh undang2 tanda kita 
bernegara yang lebih penting. Apa yang kita miliki sebagai warga negara 
indonesia saat ini sudah benar, tinggal terus dijaga bersama agar tidak 
seorangpun yang bermain main.
Orang bisa saja tak beragama dan tak berbudaya tapi kalau negerinya punya 
sistim 
yang bagus dia jauh lebih maju. 


Peminpin itu adalah manusia biasa sama seperti kita dalam berbagai hal bisa 
saja 
salah bahkan sangkin pintarnya bisa terjun bebas ke kesalahan yang dalam. 
Disinilah perlu nya sebuah sistem yang disepekati bersama yang akan menjadi 
alat 
untuk menokok kepala si Pemimpin pada saat dia keluar dari jalur. 


Kita boleh saja mimpi punya pemimpin zaman Rasullulah tapi realitanya kita 
hidup 
kini bukan dalam mimpi.

Mohon maaf bila tidak berkenan
 
Zulkarnain Kahar




________________________________
From: Armen Zulkarnain <emeneschoo...@yahoo.co.id>
To: rantaunet@googlegroups.com
Sent: Tue, February 8, 2011 12:28:23 PM
Subject: Bls: [R@ntau-Net] Bahaya Dari Sebuah Kekuasaan




Terima Kasih pak AI atas responnya, memang pesan itulah yang ingin saya 
sampaikan. Bahwa filosofi kultural minangkabau tidak memerlukan seorang 
pemimpin 
yang pintar namun lebih dibutuhkan pemimpin yang salig mendengarkan sehingga 
kebersamaan timbul dengan sendirinya. Tentunya kaum alim ulama pada akhirnya 
yang menjaga batas dari hasil mufakat tersebut agar tetap sesuai dengan kaidah 
agama nan bana tagak sandirinyo.

wasalam

AZ - 32 th
Padang

menjadi pemimpin tidak harus pintar, namun harus memiliki kebijaksanaan.
sebab pintar berbeda dengan bijaksana    



________________________________
Dari: Abraham Ilyas <abrahamil...@gmail.com>
Kepada: rantaunet@googlegroups.com
Terkirim: Sel, 8 Februari, 2011 23:05:00
Judul: Re: [R@ntau-Net] Bahaya Dari Sebuah Kekuasaan

Dinda Armen Zulkarnain nan ambo hormati

....Yang menjadi tanda tanya besar bagi saya adalah, mengapa Bung Karno yang 
sudah beberapa kali dibuang oleh pemerintahan kolonial Belanda - turut jatuh 
bangun memperjuangkan kemerdekaan - sampai terjerumus dalam daya tarik haus 
kekuasaan.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke