Kito taruihkan mambaco ...
 
Bab 8 : Asal-usul Pancasila Rumusan Soekarno 

ENDANG Saifuddin Anshari, dalam bukunya berjudul: Piagam Jakarta 22 Juni 1945, 
mengemuka-kan pertanyaan sebagai berikut : “Apakah Soekarno benar-benar perumus 
yang pertama sekali Lima Sila itu?” Jawabnya adalah negasi. Tiga hari sebelum 
Soekarno 
menyampaikan pidatonya yang terkenal itu, Muhammad Yamin telah menyampaikan, 
pada tanggal 29 Mei 1945, di depan sidang Badan Penyelidik tentang Lima Asas 
sebagai 
dasar bagi Indonesia Merdeka, sebagai berikut: Peri-Kebangsaan, 
Peri-Kemanusiaan, 
Peri-Ketuhanan, Peri Kerakyatan dan Kesejahteraan Rakyat. 
 
Tidak terdapat perbedaan fundamental antara Lima Asas Yamin dan Lima Sila 
Soekarno 
itu. Perbedaan hanya dalam istilah yang digunakan untuk “demokrasi” dan dalam 
susunan 
atau urutan asas-asas tersebut. Mohammad Roem, seorang pemimpin terkenal 
Masyumi 
memandang : “Tema dari kedua pidato itu sama, jumlah prinsip atau dasar 
sama-sama 
lima, malah sama juga panjangnya pidato, yaitu dua puluh halaman dalam “Naskah” 
tersebut. 17) B.J. Boland mencatat bahwa atas dasar kesamaan ini maka orang 
sampai 
kepada kesimpulan bahwa “The Pancasila was in fact creation of Yamin’s, and not 
Soekaro’s. 18) (Pancasila itu ternyata karya Yamin, dan bukan karya Soekarno). 
 
(Dalam beberapa tahun terakhir hidupnya, dalam beberapa kesempatan baik secara 
implisit maupun eksplisit, Mohammad Hatta membantah anggapan bahwa Yamin 
perumus 
pertama ”Pancasila”. Hatta memperkuat anggapan, bahwa Soekarnolah perumus 
pertama 
“Pancasila”. Bantahan Hatta tersebut meragukan, sekurang-kurangnya menimbulkan 
beberapa pertanyaan . Mengenai masalah ini diperlukan pembahasan khusus, dan 
tidak 
akan diuraikan disini . 
 
Bagaimanapun, ini semua bukanlah rumusan pertama prinsip-prinsip ini. Ketika 
Yamin 
dipecat dari Gerindo pada tahun 1939, kemudian dia dan kawan-kawannya 
mendirikan 
Partai Persatuan Indonesia (Parpindo) berasaskan Sosial-nasionalisme dan Sosial-
demokrasi. Enam tahun sebelumnya, dalam konferensi Partindo (Partai Indonesia) 
di 
Mataram pada bulan Juli 1933, Soekarno menyatakan bahwa bagi kaum Marhaen asas 
itu ialah Kebangsaan atau Kemarhaenan (Marhaenisme). Di dalam ayat 1 putusan 
konferensi tersebut ditegaskan bahwa Marhaaenisme itu bukanlah lain melainkan 
Sosio-
nasionalisme dan Sosio-demokrasi; 22) Sosio-nasionalisme terdiri atas (1) 
Internasionalisme dan (2) Nasionalisme, sedangkan Sosio-Demokrasi mencakup (3) 
Demokrasi dan (4)Keadilan Sosial; 23) Oleh karena itu jelaslah baik “Pancasila” 
Soekarno 
maupun Lima Asas Yamin bukanlah lain melainkan pernyataan kembali (Restatement) 
empat segi Marhaenisme Soekarno yang dirumuskan pada tahun 1933 ditambah Ke-
Tuhanan. 
 
Keterangan-keterangan Soekarno sendiri mengenai prinsip-prinsip ini dalam Badan 
Penyelidik menunjukkan dengan jelas bahwa dia sendiri mengakui 
ketergantungannya 
pada orang-orang lain. Ketika membahas hubungan antara Nasionalisme dan 
Internasionalisme dan menyatakan : 

“Saya mengaku, pada waktu saya berumur 16 tahun, duduk di bangku sekolah H.B.S 
di 
Surabaya, saya dipengaruhi oleh seorang sosialis yang bernama A. Baars, yang 
memberi 
pelajaran kepada saya,-katanya : jangan berfaham kebangsaan, tetapi berfahamlah 
rasa 
kemanusiaan sedunia, jangan mempunyai rasa kebangsaan sedikitpun. Itu terjadi 
pada 
tahun 17. Tetapi pada tahun 1918, alhamdulillah, ada orang lain yang 
memperingatkan 
saya,- ialah Dr. Sun. Yat Sen ! Di dalam tulisannya “San Min Chu I” atau “The 
Three 
People Principles”. Saya mendapat pelajaran yang membongkar kosmo-politanisme 
yang 
diajarkan A. Baars itu. Dalam hati saya sejak itu tertanamlah rasa kebangsaan, 
oleh 
pengaruh “The Thrre People Principles” itu. Maka oleh karena itu, jikalau 
seluruh bangsa 
Tionghoa mengharap Dr Sun Yat Sen sebagai penganjurnya, yakinlah, bahwa bung 
Karno 
juga seorang Indonesia yang dengan perasaan sehormat-hormatnya merasa berterima 
kasih kepada Dr Sun Yat Sen, - sampai masuk lobang kubur. 

Ketika membicarakan prinsip keadilan sosial, Soekarno sekali lagi menyebutkan 
pengaruh 
San Min Chu I karya Dr. Sun Yat Sen : 

“Prinsip nomor 4 sekarang saya usulkan. Saya di dalam tiga hari belum 
mendengarkan 
prinsip itu, yaitu prinsip kesejahteraan, prinsip : tidak akan ada kemiskinan 
di dalam 
Indonesia merdeka. Saya katakan tadi : prinsipnya San Min Chu I ialah Mintsu, 
Min 
chuan, Min Sheng : nationalism, democracy, sosialism. Maka prinsip kita harus 
……. 
Kesejahte-raan sosial, ……. Sociale rechtvaardigbeid.” 
Ketiga prinsip Nasionalisme, demokrasi dan Sosialis ini dapat ditelusuri 
kembali kepada 
tahun 1885. Menurut Soekarno : 

“Maka demikian pula,jika kita hendak mendirikan Negara Indonesia Merdeka, 
Paduka 
tuan ketua, timbullah pertanyaan : apakah “Weltans-chauuung” kita, untuk 
mendirikan 
negara Indonesia Merdeka diatasnya? Apakah nasionalis-sosialism? Apakah San Min 
Chu I, sebagai dikatakan oleh doktor Sun Yat Sen ? 
 
Di dalam tahun 1912 Sun Yat Sen mendirikan negara Tiongkok mereka, tetapi 
“Welants-
chauuung”nya telah dalam tahun 1885, kalau saya tidak salah, difikirkan, 
dirancangkan. Di 
dalam buku “The Three People’s Principles” San Min Chu I, - Mintsu, Min chuan, 
Ming 
Sheng, -Nasionalisme, demokrasi, sosialisme,- telah digambarkan oleh Dr Sun Yat 
Sen 
Weltanschauung itu, tetapi baru dalam tahun 1912 beliau mendirikan negara baru 
di atas 
“Weltanschauuung” San Min Chu I itu, yang telah disediakan terdahulu 
berpuluh-puluh 
tahun.” 
 
Marhaenisme Soekarno pada 1913 nampak jelas merupakan kembali The Three 
People’s 
daripada San Min Chu I ditambah Internasionalime. Prinsip Soekarno yang 
terakhir ini 
jelas diilhami oleh Kosmopolitanisme A. Baars yang dikritik dan dikoreksinya” 
kemudian 
diubahnya menjadi Internasionalime. Hal ini bukti dari pernyataan Soekarno 
sendiri, dan 
mengenai masalah ini tidak perlulah kita perbincangkan lebih lanjut. Pertanyaan 
yang 
penting ialah dari sumber manakah Soekarno dan Yamin mengambil prinsip 
Ke-tuhanan. 
 
Tiada keraguan, keduanya menemukan prinsip ke-Tuhanan ini dari alam fikiran dan 
cita-
cita yang diungkapkan oleh pemimpin Islam di dalam Badan Penyelidik, yang 
menolak 
kebangsaan dan mengajukan Islam sebagai dasar negara. Van Nieuwenhuijse - dan 
juga 
yang lainnya - mengakui bahwa cita dan pengertian Ke-Tuhanan ini “has basically 
a 
Muslim background”, walaupun “it is not always necessarily unacceptable to non-
Muslim” (pada dasarnya berlatar belakang muslim, walaupun tidak usah selalu 
tidak dapat 
di terima oleh golongan bukan (Muslim). Lebih tegas lagi jawaban Profesor 
Hazairin 
mengenai masalah ini : 

“Dari manakah datangnya sebutan “Ketuhanan Y.M.E.” itu? Dari fihak Nasrani-kah, 
atau 
fihak Hindu-kah atau dari fihak “Timur Asing” (seorang keturunan Cina)-kah, 
yang ikut 
bermusyawarah dalam panitia yang bertugas menyusun UUD 1945 itu ? Tidak mungkin 
! 
Istilah “ketuhanan Yang Maha Esa” itu hanya sanggup diciptakan oleh otak, 
kebijaksanaan dan iman orang Indonesia Islam, yakni sebagai penerjemah 
pengertian 
yang terhim-pun dalam “Allahu al-wahidu al-ahad” yang disalurkan dari QS. 2:163 
dan QS. 
112, dan dizikir-kan dalam doa Kanzu ‘Arsy baris 17. 
 
Dengan kata-kata Departeman Agama : 

It is just obvious that there is a relationship between the Pancasila’s 
principle of Belief in 
God the One with the Isamic Tawhid of Theology (the tawhid of Islamic theology 
? - ESA). 
It is obvious that the first principle of Pancasila, which is “prima causa” or 
most primary, is 
in line with some of the teaching of Islamic Tawhid, Vis, “Tawhidushifat” 
(Tawhid as-sifat) 
and “Tawhid-I f’aal” (tauhid Af-al), in the sense that God is One in His deeds. 
These 
teachings are also accepted by other religions in Indonesia. 

Jelaslah bahwa ada hubungan antara sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila 
dengan ajaran tauhid dalam teologi Islam. Jelaslah pula bahwa sila pertama 
Pancasila 
yang merupakan “prima causa” atau sebab pertama itu, sejalan dengan beberapa 
ajaran 
tauhid Islam, dalam hal ini ajaran tentang tauhidu’s shifat dan Tauhidu 
‘l-Af’al, dalam 
pengertian bahwa Tuhan itu Esa dalam sifat-Nya dan perbuatan-Nya. Ajaran ini 
juga 
diterima oleh agama-agama lain di Indonesia. 
 
Bahwa prinsip ke-Tuhanan Soekarno itu didapat dari - atau sekurang-kurangnya 
diilhami 
oleh uraian-uraian dari para pemimpin Islam yang berbicara mendahului Soekarno 
dalam 
Badan Penyelidik itu, dikuatkan dengan keterangan Mohamad Roem. Pemimpin 
Masyumi 
yang ter-kenal ini menerangkan bahwa dalam Badan Penyelidik itu Soekarno 
merupakan 
pembicara terakhir; dan membaca pidatonya orang mendapat kesan bahwa 
fikiran-fikiran 
para para anggota yang berbicara sebelumnya telah tercakup di dalam pidatonya 
itu, dan 
dengan sendirinya perhatian tertuju kepada (pidato) yang terpenting”, komentar 
Roem, 
“pidato penutup yang bersifat menghimpun pidato-pidato yang telah diucapkan 
sebelumnya”. 
 
Penting untuk dicatat bahwa Soekarno sendiri secara tegas menolak anggapan 
bahwa dia 
“pencip-ta” pancasila. Dalam pidato inaugurasi penerimaan gelar Doctor Honoris 
Causa 
dari Universitas Gadjah Mada, dia menyatakan : “janganlah dikatakan saya ini 
pembentuk 
ajaran Pancasila. Saya hanya seorang penggali daripada ajaran Pancasila itu”. 
 
Atas anjuran Presiden Soekarno, maka dibentuk-lah Panitia Pancasila yang 
terdiri atas 
lima orang, yakni : Mohammad Hatta, Ahmad Subardjo, A.A. Maramis, Sunario dan 
A.G. 
Pringgodigdo, yang dianggap dapat memberikan pengertian sesuai dengan alam 
fikiran, 
dan semangat lahir batin para penyusun UUD 1945 dengan Pancasilanya. 
 
Di dalam sidangnya pada tangal 10 januari 1979, pukul 09.15, terjadilah diskusi 
yang 
menarik kita catat sehubungan dengan masalah sumber peng-ambilan sila 
ketuhanan. 
Prof. Sunario, seorang tokoh penting PNI berkata : “Bung Karno mengatakan bahwa 
beliau 
adalah merupakan salah satu penggali Pancasila : saya kira ini benar”. Hatta 
langsung 
menyambut : 

“Mungkin saja, tetapi yang jelas Bung Karno banyak mendapat ilham. Ya, memang 
demikian halnya, misalnya saja asas Ketuhanan dari pihak PSII merupakan asas 
perjuangan partai. 

Dalam pelbagai kesempatan Soekarno sering mengungkapkan bahwa dia menggali 
“Pancasila”-nya itu langsung dari Indonesia sendiri, karena katanya, ajaran itu 
“dari zaman 
dahulu sampai dengan sekarang ini yang nyata selalu menjadi isi daripada jiwa 
bangsa 
Indonesia”. 
 
Ketika ada orang yang berkata, bahwa Soekarno menggali kurang dalam, dia 
menjawab : 

“Dan saya tegaskan, saya ini orang Islam,tetapi saya menolak perkataan bahwa 
pada 
waktu saya menggali di dalam jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia kurang dalam 
menggalinya …………… 

Sebaliknya saya berkata : Penggalian saya itu sampai zaman sebelum ada agama 
Islam. 
Saya gali sampai zaman Hindhu dan pra-Hindu. Masyarakat ini boleh saya 
gambarkan 
dengan saf-safan. Saf ini di atas saf itu, di atas saf itu ada saf lagi. Saya 
melihat macam-
macam saf. Saf pra-Hindu, yang pada waktu itu telah menjadi bangsa yang 
berkultur dan 
bercita-cita.” 
 
Seperti yang telah dipaparkan di atas, bukanlah dari bumi Indonesia Soekarno 
terutama 
menggali “Pancasila”-nya itu : idea-idea dan sumber-sumber luar memegang 
peranan 
penting dalam pelahir-annya. Seperti telah disinggung di atas, penemuan 
Soekarno yang 
asli sekurang-kurangnya ialah penamaan “Pancasila” itu. Roem menyatakan 
pendapat, 
bahwa “kalau ada yang harus kita akui dari Ir. Soekarno sendiri ialah nama lima 
dasar itu, 
yaitu “Pancasila”. Akan tetapi di dalam soal penamaan itu pun kita 
berkesimpulan, bahwa 
hal itu bukanlah asli dari Soekarno, karena dia sendiri mengakui : 

Namanya bukan Panca Dharma, tetapi - saya namakan ini dengan petunjuk seorang 
teman kita ahli bahasa - namanya Pancasila. Sila artinya asas atau dasar, dan 
di atas 
kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia kekal abadi. ? 
 
Bersambung ke Bab 09 
 
... beko kito sambuang...
 
Wassalam
 
St. Sinaro
 

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke