http://www.detiknews.com/read/2011/11/21/100007/1771672/159/kehilangan-jejak-sjafruddin-di-anyer

Pemberontak Jadi Pahlawan 
Kehilangan Jejak Sjafruddin di Anyer 


Jakarta  - Masyarakat Banten banyak yang terheran-heran Sjafruddin 
Prawiranegara diangkat sebagai pahlawan nasional atas usul Pemerintah 
Banten. Banyak warga Banten beranggapan Sjafruddin merupakan orang 
Minangkabau, Sumatera.

Sesungguhnya pria yang akhirnya ditetapkan
 sebagai pahlawan nasional pada 8 November 2011 ini kelahiran Banten. 
Sjafruddin lahir di Anyer Kidul, Serang, Banten pada 28 Februari 1911.

Ayah
 Sjafruddin Raden Arsjad Prawiraatmadja, keturunan Sultan Banten. Sang 
ibu, Nur Aini binti Mas Abidin Mangundiwirya, anak pejabat pangreh praja
 Banten.

Meski demikian, anggapan Sjafruddin merupakan orang 
Minang tidak terlalu salah. Kakek buyut pria yang biasa dipanggil Kuding
 itu, Sutan Alamintan yang berasal dari lingkungan Kerajaan Pagaruyung 
Minang.

Sutan Alamintan mengorganisasi rakyat melawan Belanda 
dalam Perang Paderi. Perang Paderi ini terkenal dengan pemimpinnya 
Tuanku Imam Bonjol. Setelah ditangkap Belanda Sutan Alamintan dibuang ke
 Banten.

"Sutan Alam Intan adalah orang pertama yang datang ke 
Anyer, Banten karena dibuang setelah ditangkap Belanda," kata ahli 
sejarah Nadjamudin Busro. Nadjamudin menikah dengan keponakan 
Sjafruddin.

Sutan Alam Intan ini lalu menikah dengan seorang 
wanita bangsawan keturunan Kasultaan Banten. Dari hasil pernikahannya 
itu lalu lahirlah kakek Sjafruddin.

Dari keluarganya, darah 
Sjafrudin memang darah pejuang. Tidak cuma sang kakek yang melawan 
Belanda. Saat Sjafruddin berumur 12 tahun, sang ayah yang merupakan 
seorang jaksa juga dibuang ke Kediri, Jawa Timur, karena dianggap 
memihak pribumi.

Raden Arsjad sebagai pejabat pemerintah Belanda 
menolak duduk bersila di lantai saat memberi laporan kepada pejabat 
Belanda. Duduk bersila dan memakai bahasa Sunda halus saat itu sudah 
menjadi aturan baku bagi pejabat pribumi bila berhadapan dengan penguasa
 Belanda. Namun Arsjad menentang aturan tersebut.

Saat sang ayah 
dibuang ke Kediri, Sjafrudin pun mengikutinya. Dengan begitu, masa hidup
 presiden kedua RI yang memimpin 207 hari Pemerintah Darurat Republik 
Indonesia (PDRI) ini tidak banyak dilewatkan di Banten. Tidak 
mengherankan bila kita akan kesulitan untuk menemukan jejak Sjafruddin 
di kota Jawara tersebut.

"Di sini tidak dikenal. Lah dia saja 
belajar Islam bukan di Banten, tapi belajar Islam di Sumatera Barat 
sampai dewasa dan memimpin PDRI dan PRRI saat itu," terang Nadjmudin.

Tidak
 mengherankan bila pemberian gelar pahlawan nasional kepada Sjafruddin 
pun mengejutkan masyarakat Banten. Mayoritas masyarakat Banten baru 
mengetahui bila pria yang memimpin Pemerintah Darurat Republik Indonesia
 (PDRI) ini merupakan orang Banten.

"Ketika ada pemberian gelar 
pahlawan itu banyak juga masyarakat kaget ada orang Banten (Safruddin) 
mendapatkan gelar itu," kata pengamat politik dan pengajar di FISIP 
Universitas Tirtayasa Serang, Gandung Ismanto.

Sejumlah pegawai 
di Kelurahan Cikoneng, Anyer Kidul, Serang misalnya banyak yang tidak 
tahu sosok Sjafruddin. Pegawai lainnya mengatakan baru tahu soal 
Sjafruddin setelah membaca berita soal penghargaan pahlawan nasional.

"Karenanya
 apresiasi masyarakat Banten atas penghargaan ini kurang begitu disambut
 meriah, kecuali keluarga sendiri, keturunan Kasultanan Banten, masyarat
 elitnya atau pemerintah daerah Banten sendiri," ungkap Gandung.

Hanya
 saja, sejak adanya pemberitaan pemberian gelar pahlawan nasional itu, 
tidak sedikit masyarakat Banten saat ini mencari tahu informasi soal 
sosok Sjafruddin. "Selama ini memori orang Banten lebih hafal dengan 
legenda soal Kasultanan Banten dan yang lainnya. Nah, sekarang mereka 
tahu ada putra Banten yang mendapatkan gelar pahlawan nasional, justru 
ini membangkitkan dan menambah semangat tersendiri," ujar Gandung.

Selain
 itu, ketidaktahuan masyarakat juga diakibatkan lamanya sosok Sjafruddin
 dilupakan dalam sejarah kemerdekaan RI. Kehidupannya semakin dikucilkan
 dari ruang publik ketika dijebloskan penjara dengan cap pemberontak 
karena terlibat Pemerintah Revolusioner RI (PRRI) oleh Presiden 
Soekarno.

Bahkan, ketika Presiden Soeharto pun sosok yang satu 
ini pun dianggap musuh, karena sering mengkritisi kebijakan Orde Baru. 
Pada Juli 1980, Sjafruddin bersama AM Fatwa, dan Bung Tomo, dilarang 
memberikan khutbah Idul Fitri dengan alasan kutbah mereka bisa memancin 
emosi masyarakat. Khutbah Sjafruddin berjudul 'Kembali Pada Pancasila 
dan UUD 1945' isinya 80 persen soal politik.

Hingga kini belum 
diketahui langkah Pemerintah Provinsi Banten dalam menyambut pemberian 
gelar Pahlawan Nasional kepada putra asal Banten ini. "Ibu (Ratu Atut 
Chosiyah) sedang di Jakarta mengikuti rapat," kata salah satu ajudan 
Gubernur Banten, kepada detik+.

Sementara staf Humas Pemprov 
Banten bernama Ferry mengakui, Gubernur Banten memang akan membuat 
kebijakan tersendiri terkait pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada 
Sjafruddin. "Tapi Gubernur sedang tidak ada di sini. Beliau masih ada 
tugas ke Jakarta. Yang jelas kita bergembira akhirnya ada putra Banten 
yang menjadi pahlawan nasional," terangnya.

(iy/vit) 

Renny.Bintara

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke