Assalamualaikum Wr.Wb. yth Ibu2/Bapak2 sarato para Dunsanak diPalanta.

Manuruik fikiran ambo, manusia itu kalau lah punya inti/dasar nan kotor, jikok 
batambah sikolanyao..... tantu iyo batambah pandai pulo inyo manyalurkan bakat 
genetik nan dijaweknyo wakatu lahia. Apo lai kalau ajaran agamo, etika adaik 
istiadaiknyo agak kurang pulo, ditambah jo peraktek antaro pelaksana Hukum jo 
Undang2 agak fleksibel pulo. Ei yai yai....tantu sajo makin man-jadi2 bakat 
kriminal manusia tasabuik diateh.

Kalau baitu dalil hypothese-nyo, banyak uweh2nyo.....yo hiduik sajolah sarupo 
penganut agamo AMISH/Pennsylvania Dutch dinagari rantau Mak Ngah.

Jadi manuruik ambo, nan PASTI salah....itu bukanlah ilimunyo, tapi manusianyo, 
analog nan salah itu misalnyo bukanlah Agamonyo, tetapi banyak penganut 
Agamonyo nan babuek indak batua alias salah total. Bisa dek karano salah 
mangarati/ (pendidikan kurang), bisa dek tabao rendong (naiv), nan serba 
komplex dll. dsb. ataupun korban politik dalam s(u)atu system.

Wassalam,

Muljadi Ali Basjah

-------- Original-Nachricht --------
> Datum: Fri, 6 Jan 2012 01:25:30 +0000
> Von: taufiqras...@rantaunet.org
> An: rantaunet@googlegroups.com
> Betreff: Re: [R@ntau-Net] Dunia Pendidikan: Pencetak Koruptor?

> 
> Mungkin inyo kecewa, urang Pagai nan dulu terkenal lurus dan lugu, Bupati
> pertamanyo nan asli putra daerah lah terindikasi korupsi juo
> 
> --TR
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
> 
> -----Original Message-----
> From: Dedi Nofersi <dxnof...@yahoo.com>
> Sender: rantaunet@googlegroups.com
> Date: Thu, 5 Jan 2012 17:12:00 
> To: rantaunet@googlegroups.com<rantaunet@googlegroups.com>
> Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
> Subject: [R@ntau-Net] Dunia Pendidikan: Pencetak Koruptor?
> 
> Dunia Pendidikan: Pencetak Koruptor?Paul Septinus SagajinpoulaOrang
> Mentawai, dari Pulau Siberut. Sekarang masih menempuh pendidikan S1 Kimia di
> Universitas Andalas, Padang.
> dimuat
> di http://edukasi.kompasiana.com/2011/12/21/dunia-pendidikan-pencetak-koruptor/
> 
> Istilah korupsi dan koruptor tentu sudah sangat akrab ditelinga kita.
> Mungkin kita sudah bosan dan muak dengan berita-berita yang berhubungan dengan
> korupsi dan koruptor karena hampir setiap hari kita menyaksikan itu, baik
> di koran-koran ataupun di stasiun-stasiun televisi. Bisa jadi karena sudah
> begitu seringnya kita mendengar pemberitaan tentang korupsi yang terus
> merajalela di negeri ini, kita menjadi apatis dan skeptis terhadap 
> pemberantasan
> korupsi di negeri ini. Mungkin kita berpikir dan berandai-andai, akankah
> negara kita, Indonesia tercinta ini menjadi negara yang bersih dari korupsi
> suatu saat nanti? Masing-masing kita tentu mempunyai jawaban yang berbeda
> jika dihadapkan pada pertanyaan ini.
> 
> Menurut pendapat saya, cikal bakal koruptor itu sudah ada sejak seseorang
> duduk di bangku sekolah (SD, SMP dan SMA) sampai pada bangku kuliah atau
> perguruan tinggi (kampus). Ketika seseorang melakukan tindakan korupsi, bisa
> jadi karena pengaruh dari perilakunya dulu yang suka tidak jujur dan
> kesenangannya hanya berbuat curang. Di bangku sekolah (SD, SMP dan SMA)
> misalnya, fakta-fakta yang menunjukkan banyaknya kasus-kasus kecurangan dalam
> pelaksanaan Ujian Nasional (UN) selama ini sepertinya mengindikasikan bahwa
> dunia pendidikan pun sedang mempersiapkan para siswa menjadi orang-orang yang
> (kemungkinan) akan menjadi cikal bakal koruptor di masa depan, siapa
> tahu kan?
> 
> Sementara itu di dunia kampus, perilaku berbuat curang dan tidak jujur
> juga sudah menjadi budaya yang “lazim” dan bukanlah suatu hal yang baru
> lagi dikalangan mahasiswa. Budaya titip absen (TA), mencontek pada saat kuis
> dan ujian, pemalsuan tanda tangan, plagiasi karya ilmiah dan lain
> sebagainya, adalah beberapa contoh budaya yang “lazim” di kalangan mahasiswa.
> Mungkin masih ada beberapa budaya dan kebiasaan “lazim” lainnya yang
> menjadi hal lumrah di kalangan mahasiswa. Dan ketika ada mahasiswa-mahasiswa
> yang tidak mau melakukan budaya-budaya yang “lazim” itu, mereka malah
> dianggap “aneh” dan dibilang sok suci oleh teman-teman mereka, dan
> terkadang mereka dijauhi karena terkesan “aneh” dan tidak “lazim” itu.
> Itulah kenyataannya sekarang yang sedang terjadi di dunia kampus.
> 
> Jika melihat fakta-fakta yang sudah “lazim” tersebut, maka boleh-boleh
> saja kita berpendapat bahwa masa depan bangsa ini masih sangat suram.
> Harapan kita untuk melihat Indonesia yang bersih dari korupsi sepertinya 
> memang
> akan tinggal harapan. Mahasiswa yang seharusnya menjalankan perannya
> sebagai agent of change sepertinya sudah tidak bisa diharapkan lagi. Jika
> melihat budaya-budaya yang selama ini sudah “lazim” dikalangan mahasiswa,
> maka bisa dikatakan bahwa dunia kampus saat ini pun sedang menjadi sarana
> percetakan bagi cikal bakal koruptor masa depan di negeri ini. Dan yang
> lebih berbahaya lagi adalah, apabila ada diantara para mahasiswa/aktivis 
> kampus
> yang (mungkin) selama ini bersikap idealis dan selalu menyuarakan
> perlawanan terhadap korupsi, tapi justru dalam realitanya hidupnya 
> sehari-hari di
> kampus, juga termasuk dalam kategori mahasiswa yang melakukan budaya-budaya
> yang “lazim” di lingkungan kampus, itu sangat berbahaya sekali.
>  Bisa jadi ketika mereka masih berstatus mahasiswa, mereka bersikap
> idealis dan tidak kenal kompromi dengan yang namanya korupsi. Tapi mungkin
> setelah tamat atau selesai kuliah dan bekerja di suatu tempat atau instansi
> pemerintahan, justru mereka yang tidak tahan dengan rayuan untuk melakukan
> korupsi. Siapa tahu kan?
> 
> Sebagai seorang warga negara Indonesia yang baik dan cinta kepada tanah
> airnya, tentu kita semua menginginkan negeri kita Indonesia tercinta ini,
> suatu saat nanti bisa benar-benar bersih dari yang namanya korupsi. Memang
> untuk memberantas mata rantai korupsi bukanlah pekerjaan yang mudah seperti
> semudah membalikkan telapak tangan dan penulis merasa kita semua sepakat
> dengan hal itu. Namun bukan berarti, impian kita untuk melihat negeri ini
> benar-benar bersih dari korupsi tidak bisa terwujud. Itu semua dapat terwujud
> apabila kita semua memberi dukungan terhadap gerakan pemberantasan korupsi
> di negeri ini, dimana sekarang ini sedang berusaha dikerjakan oleh-oleh
> orang yang terkait di dalamnya dengan upaya yang semaksimal mungkin. Kita 
> semua
> perlu memberikan dukungan dan doa kepada Komisi Pemberantasan Korupsi
> (KPK) agar mereka selalu menjadi garda terdepan dalam pemberantasan mata 
> rantai
> korupsi di negeri ini.
> 
> Tulisan ini dibuat bukan dengan maksud ingin mematahkan semangat
> pemberantasan korupsi di negeri kita, Indonesia tercinta ini. Tulisan ini 
> juga bukan
> bermaksud untuk menghilangkan harapan dan impian masyarakat Indonesia akan
> terwujudnya Indonesia yang bersih dari korupsi suatu saat nanti. Tulisan
> ini juga bukan bermaksud untuk mengajak kita menjadi warga negara yang
> apatis dan skeptis terhadap masa depan pemberantasan korupsi di Indonesia. 
> Akan
> tetapi, saya berharap melalui tulisan ini, bisa menjadi bahan refleksi
> bagi kita semua, secara khusus generasi-generasi muda penerus bangsa akan
> peran kita dalam pemberantasan korupsi kini dan kelak. Saat ini mungkin kita
> masih berstatus siswa/mahasiswa, namun sepuluh atau dua puluh tahun ke depan
> kita tidak tahu nanti akan bekerja dimana dan dibidang apa. Tentunya kita
> berharap, perilaku-perilaku curang dan kebiasaan “lazim” yang (mungkin)
> sering dilakukan sewaktu masih menjadi siswa/mahasiswa tidak terbawa
>  ketika kita sudah bekerja. Oleh karena itu, pada akhir tulisan ini, saya
> ingin mengutip pernyataan dari Endang Suparta pada Opini Padang Ekspres
> (Padek, edisi 14/12/2011) yang mempunyai impian akan Indonesia bersih dari
> korupsi dan menyatakan bahwa: “korupsi dapat diberantas salah satunya dengan
> memulainya dari lingkungan terkecil dan dari hal terkecil”. Hal-hal
> terkecil itu bisa diberantas salah satunya dengan tidak lagi menjadi bagian
> dari perilaku-perilaku curang dan kebiasaan-kebiasaan “lazim” yang ada
> baik itu di sekolah ataupun di dunia kampus. Semoga.
> 
> Data tambahan
> : http://birokrasi.kompasiana.com/2010/11/08/hapuskan-perguruan-tinggi-kedinasan/
> 
> NB: Jadi ragu jo kualitas mental hasil didikan dari Institute atau
> Universitas ternama kita.
> 
> Dedi N - 49"Berusaha untuk Qona'ah"
> 
> -- 
> .

-- 
NEU: FreePhone - 0ct/min Handyspartarif mit Geld-zurück-Garantie!               
Jetzt informieren: http://www.gmx.net/de/go/freephone

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke