Oleh : Reflusmen.

Luar biasa, Luar biasa. Sungguh beruntung saya bisa menamatkan membaca buku 
"Padusi". Perempuan yang mendayung biduk ke Hulu.

Luar biasa, karena isi dari buku ini  membuat saya laki-laki,  Semakin BANGGA 
menjadi urang Minang, sekaligus saya juga malu karena belum bisa maksimal 
memerankan tokoh "Mamak" dalam badunsanak.

Selama ini, saya mengetahui Adat Minangkabau dari obrolan dan dari apa yang 
saya lihat serta rasakan. Sangat sedikit, karena saya mulai meninggalkan 
kampuang dalam usia sangat belia (tamat SLTP). Waktu masih di kampuang belum 
banyak berperan. Buku, sebagai referensi untuk mengetahui Adat Minangkabau 
pernah saya coba mencarinya, namun tidak saya temukan.

Buku ini membuka mata dan hati saya untuk semakin yakin tentang kelebihan Adat 
Minangkabau bila saya bandingkan dengan Adat Suku lainnya. 
Kebetulan, dalam kehidupan sehari-hari di Rantau banyak bergaul dengan hampir 
semua Suku yang Ada di Republik ini sehingga saya bisa membanding-bandingkan 
antara Adat Istiadat Suku lain dengan Adat Istiadat Minangkabau. Adat Istiadat 
suku lain hanya dari pergaulan semata, semacam pengamatan sambil lalu. Sekali 
lagi saya berkesimpulan, baik dengan logika maupun dengan rasa, Adat 
Minangkabau jauh Lebih baik.

Tanpa bermaksud memuji, saya salut.  Tidak cukup Dua jempol saya acungkan 
kepada penulisnya. Kenapa ?. Karena penulisnya sejak SD sampai buku ini ditulis 
hidup di Rantau. Tentunya beliau tidak banyak merasakan langsung lika liku 
kehidupan di rana Minang. Namun, saya berpendapat, buku ini ditulis dari lubuk 
hati yang paling dalam, mencernah Adat Minangkabau dengan logika dan rasa serta 
 kebanggaan penulisnya dilahirkan menjadi orang Minang.

Apa yang selama ini saya ketahui tentang Matrilineal, ABS-SBK, Peran Laki-Laki, 
Pusako Tinggi, Pusako Randah, Abu Di atas Tunggul dan lain-lain yang dikritik 
oleh sebagian masyarakat Minang sendiri, dijelaskan dalam buku ini dengan 
bahasa yang sederhana, to the point Dan Mudah dimengerti. 

Memang, ada juga emosi di dalamnya sehingga Semakin enak untuk dibaca.

Lagi-lagi saya berkesimpulan, tidak ada yang perlu dipertentangkan. Dari sisi 
Adat maupun sisi agama. Keduanya seiring sejalan. Indah untuk diaplikasi dalam 
kehidupan sehari-hari.

Tanpa berpanjang lebar, saya merekomendasikan, buku ini wajib dibaca terutama 
oleh kaum Muda Minang, baik laki-laki maupun perempuan.

DATA BUKU 

Judul.   : Padusi
              Perempuan yang mendayung biduk ke Hulu
Penulis : Hifni Hafida
Penerbit : Pustaka Padusi
Telp.      : 021-7056448 Fax : 021-7564302.
Cetakan I : Desember 2011

Jatiwaringin, 14 Januari 2012.


Reflus/L. 54 tahun


-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke