Dear all,
Saya pikir ini pelajaran berharga buat siapapun, next time bisa aja kita
yang mengalami.
Jadi menurut saya kita bukan hanya bisa mengambil hikmahnya, tapi juga
harus bisa mencegah hal ini terjadi lagi.
Dan seharusnya milist ini bukan lagi jadi ajang turut prihatin, tapi bisa
jadi pressure terhadap kasus seperti ini,
hal ini sudah sepantasnya jadi pemikiran Moderator & Pengelola balita-anda.
Class Action bisa saja diajukan, agar kasus ini menjadi perhatian publik.
Agar tidak ada lagi pembodohan publik
dengan alasan masalah nyawa sudah ada yang menentukan, tapi hal seperti ini
dikategorikan kecerobohan.
Kalau perlu laporan ke Polisi, bikin berita acara untuk diproses. Bukan
dengan motif balas dendam, tentunya.
Tapi kalau kita senantiasa membiarkan setiap kasus kebobrokan bangsa ini,
maka setiap orang akan berlaku
seenaknya.
Saya harap forum ini mampu memberikan bantuan bukan hanya moril kepada
Orang tua Maureen, dalam hal ini.
Tapi kita juga harus secara cerdas menyikapi baik kepada RS ataupun pihak
terkait.
Rgds,
-Original Message-
From:Iskandar, Dedi W.
Sent:Wednesday, February 05, 2003 9:26 AM
To: adal11; Armia, Dewi; Budiman, Hariadi; Despiona,
Astrid-Fiastri; Gunawan, Susanto; iskandar; Lambertus, Hendrik;
Santoso, Santi; Sardjono, Andri; Wiranti, Dewi
Subject: FW: FW: RSAB Harapan Kita
Saya dan istri pada tanggal 16 Januari 2003, hari Kamis, membawa anak
kami Maureen Aprilia Salim (9 bulan) ke Rumah Sakit Anak dan Bersalin
(RSAB) Harapan Kita untuk memeriksakan adanya lendir di tenggorokan anak
kami.
Memang sebelum ini kamai sudah menanyakan ke beberapa dokter anak, baik
di Padang maupun Jakarta (kami mutasi kerja) mengatakan itu hal biasa yg
terjadi pada beberapa bayi dan disarankan untuk memeriksakan anak kami
di RSAB Harapan Kita mengenai penyebab dan pengobatannya.
Pertama kali kami menemui dokter Eva J.S DSA (spesialis gastro/dalam),
dia menyarankan untuk :
1. USG kepala oleh dr. Sanata Polo. Hasilnya sudah diberitahu ke dr. Eva
2. Tes darah anak (sudah dilakukan, menunggu hasil)
3. Fisioterapi (mengeluarkan lendir di tenggorokan anak)
Karena saran ketiga inilah (fisioterapi) anak kami pergi untuk
selama-lamanya, kejadiannya yaitu:
1. Penguapan pada hidung anak, berjalan dengan baik
2. Anak kami ditelungkupkan dan ditepuk punggungnya sehingga keluarnya
lendir dari mulut anak kami (masih berjalan dengan baik)
3. Dalam keadaan telentang anak kami disedot lendirnya (suction) dari
mulutnya terus langsung ke hidung secara cepat / tidak perlahan-lahan
sehingga anak kami tidak sempat untuk bernafas pelan-pelan dan wajahnya
sudah bereaksi kebiruan, tetapi orang tersebut (bag. Fisioterapi) masih
juga memasukkan selang ke mulutnya tanpa peduli anak kami sudah biru,
saat dia memasukkan selang lagi itulah anak kami berhenti jantungnya dan
wajahnya berwarna ungu. Saat kami sudah marah dan berteriak, orang
tersebut baru melarikan anak kami ke UGD yang kebetulan ruangannya tidak
jauh dari ruang fisioterapi.
Saat di ruangan UGD anak kami sementara tertolong lebih kurang 2,5 jam
oleh dr. Willy dan 2 asistennya (dr. Willy juga mengatakan andaikata
telat beberapa detik lagi anak kami tidak tertolong karena jantungnya
sempat berhenti apalagi pihak UGD mengatakan saat fisioterapi kenapa
tidak memakai oksigen untuk pernafasan anak kami). Dr. Willy menyarankan
anak
Kami dirawat inap tetapi alat untuk membantu pernafasan anak kami sudah
terpakai semua maka kami disarankan untuk dipindah ke beberapa rumah
sakit lain di Jakarta yang ternyata malam itu juga hanya tinggal rumah
sakit Cikini yang ada.
Dari RSAB Harapan Kita ke RS Cikini, kami menggunakan ambulance 118
tetapi dari pihak RSAB Harapan Kita tidak ada yang mengantar kami ke RS
Cikini.Sesampai di RS Cikini anak kami tidak dapat tertolong lagi
karena mereka mengatakan anak kami sudah sangat parah dan menyesali
tindakan orang yang memfisioterapi anak kami kenapa dipaksakan, sebab
dari situlah
Dokter mengatakan anak kami tidak tertolong lagi akibat dari cara
fisioterapi tersebut.
Kami ikhlas atas kepergian anak kami ke Surga karena ia adalah bayi
tanpa dosa. Kami menyesali tindakan paramedis RSAB Harapan Kita terutama
bag. Fisioterapi yang menyepelekan/tidak peduli atas nyawa manusia.
Semoga tidak terjadi lagi pada anak-anak lainnya, hanya itu yang bisa
kami harapkan. Kami harapkan juga orang yang melakukan fisioterapi
tersebut (pihak fisioterapi dan UGD RSAB Harapan Kita mengenalnya) sadar
akan tindakannya dan tidak terulang lagi pada anak yang lain.
Atas perhatiannya, kami mengucapkan banyak terima kasih.
Orang tua Maureen Aprilia Salim
Ayah : Budi Yanto Salim
__
The information contained in this communication is intended solely for the
use of the individual or entity to whom it is addressed and others
authorized to recei