[balita-anda] Nice article

2008-12-16 Terurut Topik nila
Mengasuh Anak Bukan Hal Sepele
OVA/ADRIANUS ADRIANTO
/

Selasa, 16 Desember 2008 | 00:16 WIB
Oleh : Agustine Dwiputri psikolog

BETAPA pentingnya peran orangtua dalam membesarkan dan mengasuh anak, tak 
diragukan lagi. Berbagai perkembangan anak, mulai fisik, kognisi, emosi, 
sosial, termasuk harga diri anak, rasa percaya diri dan identitas jender, 
sangat dipengaruhi orangtua dalam menerapkan pola asuh.

Berikut contoh masalah seorang anak gadis yang telah mendapatkan pola asuh 
tidak tepat dari orangtuanya.

Yth Ibu Agustine,

Saya gadis (22) yang sedang bergumul dengan permasalahan psikologis amat 
kompleks. Saya anak pertama dari dua bersaudara. Adik saya laki-laki, usia 
20 tahun. Sejak kecil, semua keperluan saya dan adik diurus Ibu. Kehadiran 
Ayah hanya bersifat fisik saja. Bisa dikatakan, kami tidak pernah 
merasakan kasih sayang dan perhatian seorang ayah.

Meski demikian, hubungan kami dengan Ibu juga tidak terlalu ”dekat”. 
Adakalanya kami bisa tertawa bersama, tetapi saya tidak pernah merasa 
nyaman berbagi semua.

Beberapa tahun belakangan Ibu semakin dominan karena Ayah tidak lagi 
bekerja. Saya merasa Ibu demikian sayang dan memerhatikan anak-anaknya 
sehingga sering kali sikapnya demikian ”aneh”. Bahasa hiperbolanya, Ibu 
semakin memantapkan posisinya sebagai ”diktator” yang mengatur kehidupan 
anak-anaknya.

Hal tersebut membuat saya dan adik makin hari makin tertekan. Akibatnya, 
kami sering melakukan hal-hal tertentu tanpa sepengetahuan Ibu. Belakangan 
saya sering merasa emosi saya tidak stabil. Saya bisa menjadi orang yang 
tegar, kuat, dominan, dan keras di satu sisi, tetapi adakalanya saya 
merasa demikian lemah, manja, dan mau enak sendiri.

Kalau sudah begini, saya bisa menjadi pribadi kejam dan penuntut, 
berbohong, melakukan apa saja untuk mendapat yang saya inginkan. Saya juga 
kadang terdorong berbuat kekerasan (walaupun masih dalam skala kecil). 
Yang jelas, saya tipe orang introver.

Saya jatuh cinta pertama kali pada usia 10 tahun (cinta yang juga disertai 
gairah seksual, bukan pula cinta monyet) kepada sahabat perempuan saya, 
sebut saja X. Di sisi dia, saya merasa hangat. Saya selalu ingin 
melindungi dan membuat dia tersenyum. Saya mencintai dia seperti lelaki 
mencintai perempuan.

Pada usia sekarang, saya baru menyadari, mungkin salah satu hal yang 
membuat saya tertarik kepada X adalah karena saya merasa menemukan ”dunia 
baru” dalam dirinya, sesuatu yang tidak pernah saya dapat di rumah. Makin 
dewasa, saya makin menyadari saya tidak tertarik dengan laki-laki dan 
hanya tertarik kepada perempuan, baik secara fisik maupun emosional.

Saya jatuh cinta kedua kalinya pada usia 20 tahun kepada Y. Dia 
memperlakukan saya seolah-olah saya pribadi yang butuh ”perlindungan”. Dia 
melindungi dan mencintai saya seperti laki-laki mencintai perempuan. Saya 
merasa nyaman, aman, tenang bersama Y. Berbeda dengan yang pertama, kali 
ini saya mencintai Y seperti perempuan mencintai laki-laki. Kedua 
perjalanan cinta saya kandas di tengah jalan.

Saya pernah berhubungan seksual dengan Y. Masturbasi juga terkadang saya 
lakukan. Yang agak meresahkan, makin hari saya makin bergairah dengan 
fantasi bernada kekerasan. Membayangkan saya atau tokoh idola saya atau Y 
(bukan X) sebagai ”korban” kekerasan fisik benar-benar memicu gairah saya.

Saya bingung dengan semua yang terjadi. Menurut Ibu, sebenarnya ada apa 
dengan diri saya? Adakah yang salah? Hal apa yang mesti saya perbuat dan 
bagaimana saya menghadapi permasalahan ini agar tidak membuat saya makin 
”terpuruk”? Saya benar-benar ingin semua yang saya alami bisa menuntun 
saya pada pemikiran lebih dewasa. (J di S)

J yang baik, saya prihatin sekali dengan masalah Anda. Analisis saya 
memang ada yang salah dalam perkembangan kepribadian Anda.

Secara sadar maupun tidak sadar sebenarnya Anda ”marah” atas apa yang 
telah orangtua lakukan dalam pengasuhan mereka. Anda mengalami banyak 
konflik dalam hubungan perasaan dengan Ibu yang di satu sisi Anda pahami 
sangat menyayangi, tetapi Anda tidak terima dengan sikapnya yang otoriter 
dan tidak punya kompromi itu.

Anda juga sangat kecewa terhadap sikap Ayah yang tidak bisa terlibat 
secara lebih akrab dan memenuhi kebutuhan masa kecil Anda akan 
perlindungan dan kasih sayang. Disertai dengan berbagai pengalaman hidup 
lain, semua itu membuat kepribadian Anda berkembang menjadi seorang yang 
labil secara emosi dan bimbang pada berbagai prinsip/nilai kehidupan lain, 
termasuk pilihan orientasi seksual.

Peristiwa ”menyenangkan” dalam perjalanan cinta Anda juga harus berakhir 
buruk. Padahal, di situ Anda mendapatkan kenyamanan afeksi meski hanya 
sementara. Kemarahan Anda makin menjadi dan tampil dalam bentuk 
agresivitas seksual, meskipun masih sebatas imajinasi.

Menurut saya, sebagai seorang yang kemudian paham penyebab masalah 
sendiri, seyogianya Anda bangkit dan keluar dari berbagai persoalan yang 
melanda. Sebagai anak muda, gairah seksual memang sedang meningkat, 
misalnya. Tetapi,

[balita-anda] Nice Article : Jangan Biarkan Cahaya itu Redup

2005-03-08 Terurut Topik Meldawita

Jangan Biarkan Cahaya itu Redup
Ketika anak balita kita sedang tidur, tataplah sejenak wajahnya.
Perhatikan dalam-dalam. Maka akan kita temukan padanya wajah yang teduh,
bersih, tanpa beban, dan penuh kedamaian. Tidur nyenyaknya tak akan
terganggu, bila fisiknya sehat sempurna dan terpenuhi kebutuhannya.
Cukup makan, cukup sandang, dan di tempat tidur yang nyaman bagaimanapun
kondisinya.

Melihat sosoknya, seakan menyiratkan sebuah kenyamanan hidup, ketenangan
fikiran, dan kebersihan jiwa. Sungguh, hal yang demikian merupakan
sebuah keadaan yang kita dambakan.

*** 

Saat anak sedang terjaga, lihatlah bening matanya, serta keceriaan
wajahnya. Maka akan kita temukan di sana sebuah semangat hidup yang
demikian membara, keyakinan diri akan kepastian masa depan yang
membentang luas, dan ketundukan sikap kepada kehendak Sang Maha
Pencipta.

Jiwanya yang masih suci, putih bersih laksana kertas kosong tanpa noda,
siap merekam segala hal yang didengar dan dilihatnya, dan memutarnya
kembali dalam kegiatan kesehariannya. 

Fisiknya yang sedang dalam proses tumbuh kembang, siap melaksanakan
segala titah yang diperintahkan oleh Sang Sutradara Utama pengatur dan
penentu garis hidup kita. 

Keingintahuan mereka akan segala hal yang baru, menunjukkan kepada kita
semua bahwa hidup ini harus selalu diisi dengan perjuangan, semangat
belajar, dan kerja keras.

Semua aspek kehidupannya, melahirkan inspirasi dan motivasi bagi kita
untuk lebih berhati-hati menjaganya, agar kesuciannya tak luntur oleh
perjalanan waktu, dan tak terkotori oleh kesalahan pola asuh yang kita
terapkan padanya.

***

Mereka adalah cahaya hidup kita, yang akan mengantarkan sebuah titik
terang dalam kekalutan, karena tawa riangnya akan menjadi hiburan yang
membukakan belenggu fikiran kita.

Mereka juga cahaya hidup kita, yang akan mengantarkan lahirnya semangat
baru ketika diri kita sedang lemah, dan tidak memiliki semangat hidup,
karena ada titipan amanah yang harus kita tanggung. 

Dan mereka adalah cahaya hidup kita, bila kita mampu mengantarkan mereka
menjadi anak-anak yang sholeh dan sholihah, karena kita orangtuanyalah
yang akan membentuk dirinya. Hingga do'a-do'anya, akan mengalirkan
pahala yang tiada putus walau kita telah tiada.

Rasulullah SAW ketika ditanya tentang peran kedua orang tua, beliau
menjawab : "Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu",
(HR. Ibnu Majah). 

Karena itu, marilah kita berupaya menjadikan cahaya-cahaya itu tetap
bersinar cemerlang, hingga dapat menerangi jalan hidup kita, dalam
mempersiapkan diri, mencari bekal, untuk pertemuan abadi dengan Yang
Maha Suci. Dengan cara, berusaha mendidiknya dengan baik, memilihkan
teman yang baik, dan memberinya lingkungan hidup yang baik. Dan tidak
membiarkan cahaya itu redup, oleh perjalanan waktu dan tambahnya usia.

Robbanaa hablanaa min azwaajinaa wadzurriyaatinaa qurrota a;yun
waj'alnaa lilmuttaqiina imaaman (yaa Allah, karuniakanlah kepada
pasangan-pasangan kami, dan keturunan kami sebagai penyenang hati
(kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa). Amin. 

Wallohu a'lam bishshowwab 

***eramuslim***
[EMAIL PROTECTED]
Ummu Shofi





===
Daarut- tauhid Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
=== 






AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!

Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]