Re: [balita-anda] Maafkan Aku, Ayah

2002-10-13 Terurut Topik Galuh Nawang Wulan

iya ya mba kita jadi kayak super mom 
smoga aja Allah slalu menjaga anak 2 kita yang terpaksa 
sering kita tinggalkan
smoga juga anak kita tau kalo kita sayang sama mereka amin

On Fri, 11 Oct 2002 17:40:39 +0700
  "Sendi" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>Rasanya, ini juga cocok banget buat Ibu yg bekerja, yg 
>ngerasa berat banget
>ninggalin anak (tapi harus krn keadaan), yg capenya lebih 
>cape dari baby
>sitter (krn nggak ada istirahat dari pagi sampe sore 
>kerja di kantor, sampe
>rumah "kerja" lagi ngurus anak sampe pagi lagi-meski 
>cape, tapi kalo buat
>anaknggak ada kata cape), yg juga nggak pernah lupa 
>sedetikpun dimanapun
>dia berada.
>
>Mudah2an anak2 kita tau bahwa yg dilakukan orang tuanya, 
>sepenuhnya untuk
>mereka. Insya Allah, meski sedikit sekali waktu kita 
>b'sama mereka, mereka
>akan tau Cinta kita. Amin.
>
>Sendi
>
>- Original Message -
>From: "Ella" <[EMAIL PROTECTED]>
>To: <[EMAIL PROTECTED]>
>Sent: Friday, October 11, 2002 4:42 PM
>Subject: Re: [balita-anda] Maafkan Aku, Ayah
>
>
>> De..
>> Bagus banget, aku sampai "berkaca-kaca" ngebacanya. 
>>Inget suamiku, yang
>> memang kadang ketemu sikecil cuma sebentar-sebentar.
>>
>> Thank you and regards,
>> Ella
>>
>> email address: [EMAIL PROTECTED]
>>
>> - Original Message -
>> From: "Dede" <[EMAIL PROTECTED]>
>> To: <[EMAIL PROTECTED]>
>> Sent: Friday, October 11, 2002 4:22 PM
>> Subject: [balita-anda] Maafkan Aku, Ayah
>>
>>
>> > Maafkan Aku, Ayah
>> >
>> >
>> >
>> > Sewaktu usiaku belum lima tahun, aku hampir tak pernah 
>>mengenalnya.
>> > Bukan karena usiaku yang belum bisa mengenal secara 
>>detail siapapun,
>tapi
>> > lebih
>> > karena pria ini hampir tidak pernah kujumpai. Kecuali 
>>sesekali di hari
>> > minggu,
>> > ia seharian penuh berada di rumah dan mengajakku 
>>bermain. Namun meski
>> > sekali,
>> > aku merasa sangat senang dengan keberadaanya.
>> >
>> >
>> > Sejak aku mulai sekolah hingga masa remaja, aku 
>>menganggap pria ini
>tidak
>> > lebih
>> > dari sekedar pria tempat ibu meminta uang bulanan, 
>>juga untuk keperluan
>> > sekolahku dan adik-adikku. Tidak seperti anak-anak 
>>lainnya yang
>mempunyai
>> > seorang pria dewasa yang membela mereka saat berseteru 
>>dengan teman
>> mainnya,
>> >
>> > atau setidaknya merangkul menenangkan ketika kalah 
>>berkelahi, aku tidak.
>> > Pria
>> > dewasa yang sering kujumpai di rumah itu sibuk dengan 
>>semua
>pekerjaannya.
>> > Hingga aku dewasa, pria ini masih kuanggap orang asing 
>>meski sesekali ia
>> > mengajariku berbagai hal dan memberi nasihat. Sampai 
>>akhirnya, kutemukan
>> > pria
>> > ini lagi sehari, dua hari, seminggu, sebulan dan 
>>bahkan seterusnya
>berada
>> di
>> >
>> > rumahku. Rambutnya sudah memutih, berdirinya tak lagi 
>>tegak, ia tak
>> segagah
>> > dulu saat aku pertama mengenalnya, langkahnya pun 
>>mulai goyah dan
>lambat.
>> > Kerut-kerut diwajahnya menggambarkan kerasnya 
>>perjuangan hidup yang
>telah
>> > dilaluinya. Bahkan suaranya pun terdengar parau 
>>menyelingi sakit yang
>> sering
>> >
>> > dideritanya.
>> > Kini pikiranku jauh melayang pada sayup-sayup suara 
>>ibu, sambil
>menyusuiku
>> > ia
>> > memperkenalkan pria ini setiap hari, "nak, ini ayah ?" 
>>meski aku pun
>belum
>> > begitu mengerti saat itu. Bahkan menurut ibu, pria ini 
>>justru yang
>pertama
>> > kali
>> > menyambutku ketika pertama kalinya aku melihat dunia. 
>>Cerita ibu, karena
>> > pria
>> > ini yang mengantar, menemani ibu hingga saat 
>>persalinan. Bahkan
>> suaranyalah
>> > yang pertama kudengar dengan lembut menerobos kedua 
>>telingaku dengan
>> > lantunan
>> > adzan dan iqomat hingga aku tetap mengenali suara 
>>panggilan Allah itu
>> hingga
>> >
>> > kini.
>> >
>> >
>> > Dari ibu juga aku mengetahui, bahwa ia rela kehilangan 
>>kesempatan untuk
>> > mencurahkan kasih sayang dan cintanya kepadaku demi 
>>bekerja seharian
>penuh
>> > sejak dinginnya shubuh masih menusuk kesunyian hari 
>>saat aku masih
>> tertidur
>> > hingga malam yang larut ketika akupun sudah terl

Re: [balita-anda] Maafkan Aku, Ayah

2002-10-11 Terurut Topik Sendi

Rasanya, ini juga cocok banget buat Ibu yg bekerja, yg ngerasa berat banget
ninggalin anak (tapi harus krn keadaan), yg capenya lebih cape dari baby
sitter (krn nggak ada istirahat dari pagi sampe sore kerja di kantor, sampe
rumah "kerja" lagi ngurus anak sampe pagi lagi-meski cape, tapi kalo buat
anaknggak ada kata cape), yg juga nggak pernah lupa sedetikpun dimanapun
dia berada.

Mudah2an anak2 kita tau bahwa yg dilakukan orang tuanya, sepenuhnya untuk
mereka. Insya Allah, meski sedikit sekali waktu kita b'sama mereka, mereka
akan tau Cinta kita. Amin.

Sendi

- Original Message -
From: "Ella" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Friday, October 11, 2002 4:42 PM
Subject: Re: [balita-anda] Maafkan Aku, Ayah


> De..
> Bagus banget, aku sampai "berkaca-kaca" ngebacanya. Inget suamiku, yang
> memang kadang ketemu sikecil cuma sebentar-sebentar.
>
> Thank you and regards,
> Ella
>
> email address: [EMAIL PROTECTED]
>
> - Original Message -
> From: "Dede" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Friday, October 11, 2002 4:22 PM
> Subject: [balita-anda] Maafkan Aku, Ayah
>
>
> > Maafkan Aku, Ayah
> >
> >
> >
> > Sewaktu usiaku belum lima tahun, aku hampir tak pernah mengenalnya.
> > Bukan karena usiaku yang belum bisa mengenal secara detail siapapun,
tapi
> > lebih
> > karena pria ini hampir tidak pernah kujumpai. Kecuali sesekali di hari
> > minggu,
> > ia seharian penuh berada di rumah dan mengajakku bermain. Namun meski
> > sekali,
> > aku merasa sangat senang dengan keberadaanya.
> >
> >
> > Sejak aku mulai sekolah hingga masa remaja, aku menganggap pria ini
tidak
> > lebih
> > dari sekedar pria tempat ibu meminta uang bulanan, juga untuk keperluan
> > sekolahku dan adik-adikku. Tidak seperti anak-anak lainnya yang
mempunyai
> > seorang pria dewasa yang membela mereka saat berseteru dengan teman
> mainnya,
> >
> > atau setidaknya merangkul menenangkan ketika kalah berkelahi, aku tidak.
> > Pria
> > dewasa yang sering kujumpai di rumah itu sibuk dengan semua
pekerjaannya.
> > Hingga aku dewasa, pria ini masih kuanggap orang asing meski sesekali ia
> > mengajariku berbagai hal dan memberi nasihat. Sampai akhirnya, kutemukan
> > pria
> > ini lagi sehari, dua hari, seminggu, sebulan dan bahkan seterusnya
berada
> di
> >
> > rumahku. Rambutnya sudah memutih, berdirinya tak lagi tegak, ia tak
> segagah
> > dulu saat aku pertama mengenalnya, langkahnya pun mulai goyah dan
lambat.
> > Kerut-kerut diwajahnya menggambarkan kerasnya perjuangan hidup yang
telah
> > dilaluinya. Bahkan suaranya pun terdengar parau menyelingi sakit yang
> sering
> >
> > dideritanya.
> > Kini pikiranku jauh melayang pada sayup-sayup suara ibu, sambil
menyusuiku
> > ia
> > memperkenalkan pria ini setiap hari, "nak, ini ayah ?" meski aku pun
belum
> > begitu mengerti saat itu. Bahkan menurut ibu, pria ini justru yang
pertama
> > kali
> > menyambutku ketika pertama kalinya aku melihat dunia. Cerita ibu, karena
> > pria
> > ini yang mengantar, menemani ibu hingga saat persalinan. Bahkan
> suaranyalah
> > yang pertama kudengar dengan lembut menerobos kedua telingaku dengan
> > lantunan
> > adzan dan iqomat hingga aku tetap mengenali suara panggilan Allah itu
> hingga
> >
> > kini.
> >
> >
> > Dari ibu juga aku mengetahui, bahwa ia rela kehilangan kesempatan untuk
> > mencurahkan kasih sayang dan cintanya kepadaku demi bekerja seharian
penuh
> > sejak dinginnya shubuh masih menusuk kesunyian hari saat aku masih
> tertidur
> > hingga malam yang larut ketika akupun sudah terlelap. Ia tahu resiko
yang
> > harus
> > diterimanya kelak, bahwa anak-anaknya tak akan mengenalnya, tak akan
lebih
> > mencintainya seperti mereka mencintai ibu mereka, tak akan
menghormatinya
> > karena merasa asing dan tidak akan memprioritaskan perintahnya karena
> hampir
> >
> > tak pernah dekat. Tapi kini kutahu, ia lakukan semua demi aku, anaknya.
> > Ibu juga pernah bercerita, pria ini selelah apapun ia tetap tersenyum
dan
> > tak
> > pernah menolak saat aku mengajaknya bermain dan terus bermain. Ia tak
> pernah
> >
> > menghiraukan penat, peluh dan lelahnya sepulang kerja demi membuat aku
> tetap
> >
> > senang. Ia tak mengeluh harus bangun berkali-kali dimalam hari
bergantian
> > dengan ibu untuk sekedar menggantikan popok pipisku atau membuatkanku
> > sebotol
> > susu. Dan itu berlangsung terus selama beberapa tahun, yang untuk semua
> itu
> > ia
&

RE: [balita-anda] Maafkan Aku, Ayah

2002-10-11 Terurut Topik Sari . INDAHWATI

Sambil baca ini pas lagi dengerin Ebiet G. Ade nyanyi titip rindu buat ayah (hik,... 
hik,... hik,... sedih sekalirasanya,..)

-Original Message-
From: Dede [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent: Friday, October 11, 2002 4:23 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [balita-anda] Maafkan Aku, Ayah


Maafkan Aku, Ayah


PLEASE READ: The information contained in this e-mail is confidential.  If you are not 
an intended recipient of this e-mail you must not copy, distribute or take any further 
action in reliance upon it and you should delete it and notify the sender.  E-mail is 
not a secure method of communication.  P.T. Nomura Indonesia cannot accept 
responsibility for the accuracy or completeness of this message or any attachment(s).  
This transmission could contain viruses, be corrupted, destroyed, incomplete, 
intercepted, lost or arrive late.  If verification of this e-mail is sought then 
please request a hard copy.  Unless otherwise stated any views or opinions presented 
are solely those of the author and do not represent those of P.T. Nomura Indonesia.  
This e-mail is intended for information purposes only and is not a solicitation or 
offer to buy or sell securities or related financial instruments.


-
>> Kirim bunga untuk pasangan berulangtahun & rekan melahirkan? Klik, 
>http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]