Re: [balita-anda] RE: Masyarakat Diimbau Waspadai Peralatan Makan dari Melanin
Beberapa hari setelah menurunkan artikel tentang racun yang terkandung di melamin, Onyx (merek salah satu produsen peralatan makan melamin) menuliskan surat pembaca yang menyatakan keberatan atas berita yang diturunkan oleh Kompas. Dalam surat itu, Onyx menyatakan bahwa produknya bebas dari kandungan racun yang disebutkan Kompas. Dan Kompas sendiri memberikan jawaban bahwa produk melamin yang mengandung racun tersebut merupakan peralatan makan TANPA MEREK yang banyak dijual di pasar2 tradisional maupun grosir. Dan sejak saat itu, produk Onyx juga mencantumkan stiker *Bebas Bahan Beracun* di setiap produknya. noni *bukan bantuin promosi atau pemulihan nama baik lhooo* - Original Message - From: "Mama Kavindra" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Saturday, January 28, 2006 11:26 AM Subject: [balita-anda] RE: Masyarakat Diimbau Waspadai Peralatan Makan dari Melanin Pak, coba saya Bantu yah. Ttg melamin yah ini saya kutipkan dr temen milis sebelah yah..) Piring or peralatan makanan dr melamin yg merupakan suatu polimer, hasil persenyawaan kimia (polimerisasi) antara monomer formaldehid dan fenol.spt halnya Formalin yg merupakan larutan formaldehyde dalam air (kadarnya sekitar 37%). Formaldehyde ini bersifat reaktif. Ia mudah sekali mengadisi ikatan rangkap yang terdapat dalam berbagai jenis senyawa penyusun bahan makanan; juga dalam tubuh kita. Piring or peralatan makanan dr melamin yg merupakan suatu polimer, hasil persenyawaan kimia (polimerisasi) antara monomer formaldehid dan fenol.. Simpelnya nih gini piring melamin nih trutama klo kena makanan or minuman panas zat2 kimianya yg notabene mengandung racun tu ikut meleleh juga. dikit sih lelehannya bahkan ga terlihat..but klo keseringan kan jd terakumulasi tuh.. Ini yg bahaya bagi tubuh. Artikel lengkapnya aku punya nih.. KOMPAS Minggu, 10 Juli 2005 Melamin, Piring Cantik yang Menyimpan Racun Di banyak toko yang menjual perabot rumah tangga, peralatan makan dan minum yang disebut melamin relatif mudah ditemukan. Kalau sekitar tahun 1970-1980-an melamin masih terbatas warna maupun coraknya, maka kini desain melamin bisa bersaing dengan barang pecah belah lainnya. Produk pecah belah melamin begitu banyaknya sehingga barang ini tak hanya bisa dibeli di toko tertentu, tetapi juga di pasar tradisional sampai di pedagang kaki lima. Cikal bakal melamin dimulai tahun 1907 ketika ilmuwan kimia asal Belgia, Leo Hendrik Baekeland, berhasil menemukan plastik sintesis pertama yang disebut bakelite. Penemuan itu merupakan salah satu peristiwa bersejarah keberhasilan teknologi kimia awal abad ke-20. Pada awalnya bakelite banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan telepon generasi pertama. Namun, pada perkembangannya kemudian, hasil penemuan Baekeland dikembangkan dan dimanfaatkan pula dalam industri peralatan rumah tangga. Salah satunya adalah sebagai bahan dasar peralatan makan, seperti sendok, garpu, piring, gelas, cangkir, mangkuk, sendok sup, dan tempayan, seperti yang dihasilkan dari melamin. Peralatan makan yang terbuat dari melamin di satu sisi menawarkan banyak kelebihan. Selain desain warna yang beragam dan menarik, fungsinya juga lebih unggul dibanding peralatan makan lain yang terbuat dari keramik, logam, atau kaca. Melamin lebih lebih ringan, kuat, dan tak mudah pecah. Harga peralatan melamin pun relatif lebih murah dibanding yang terbuat dari keramik misalnya. Potensi formalin Dengan segala kelebihan melamin, tak heran kalau sebagian orang tidak menyadari bahwa melamin menyimpan potensi membahayakan bagi kesehatan manusia. Menurut pengajar pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung, Bambang Ariwahjoedi PhD, MSc, melamin berpotensi menghasilkan monomer beracun yang disebut formaldehid (formalin). Selain berfungsi sebagai bahan pengawet, formaldehid juga digunakan untuk bahan baku melamin. Menurut Ariwahjoedi, melamin merupakan suatu polimer, yaitu hasil persenyawaan kimia (polimerisasi) antara monomer formaldehid dan fenol. Apabila kedua monomer itu bergabung, maka sifat toxic dari formaldehid akan hilang karena telah terlebur menjadi satu senyawa, yakni melamin. Berdasarkan kerja sama penelitian antara Universitas Indonesia dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), diketahui kandungan formaldehid dalam perkakas melamin mencapai 4,76-9,22 miligram per liter. "Permasalahannya, dalam polimerisasi yang kurang sempurna dapat terjadi residu, yaitu sisa monomer formaldehid atau fenol yang tidak bersenyawa sehingga terjebak di dalam materi melamin. Sisa monomer formaldehid inilah yang berbahaya bagi kesehatan apabila masuk dalam tubuh manusia," ujar Ariwahjoedi. Dalam sistem produksi melamin yang tidak terkontrol, bahan formaldehid yang digunakan cenderung tidak sebanding dengan jumlah fenol. Maka, kerap terjadi residu. Ini bukan berarti proses produksi yang sudah menerapkan well controlled dan tidak menghasilkan residu terbebas dari potensi mengeluarkan racun. Menurut Ariwahjoedi, f
RE: [balita-anda] RE: Masyarakat Diimbau Waspadai Peralatan Makan dari Melanin
Terima kasih Mama Kevin Bakal banyak peralatan di rumah yang harus di pensiun dini nich. -Original Message- From: Mama Kavindra [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Saturday, January 28, 2006 11:26 To: balita-anda@balita-anda.com Subject: [balita-anda] RE: Masyarakat Diimbau Waspadai Peralatan Makan dari Melanin Pak, coba saya Bantu yah... Ttg melamin yah ini saya kutipkan dr temen milis sebelah yah..) Piring or peralatan makanan dr melamin yg merupakan suatu polimer, hasil persenyawaan kimia (polimerisasi) antara monomer formaldehid dan fenol...spt halnya Formalin yg merupakan larutan formaldehyde dalam air (kadarnya sekitar 37%). Formaldehyde ini bersifat reaktif. Ia mudah sekali mengadisi ikatan rangkap yang terdapat dalam berbagai jenis senyawa penyusun bahan makanan; juga dalam tubuh kita. Piring or peralatan makanan dr melamin yg merupakan suatu polimer, hasil persenyawaan kimia (polimerisasi) antara monomer formaldehid dan fenol Simpelnya nih gini piring melamin nih trutama klo kena makanan or minuman panas zat2 kimianya yg notabene mengandung racun tu ikut meleleh juga... dikit sih lelehannya bahkan ga terlihat..but klo keseringan kan jd terakumulasi tuh Ini yg bahaya bagi tubuh... Artikel lengkapnya aku punya nih.. KOMPAS Minggu, 10 Juli 2005 Melamin, Piring Cantik yang Menyimpan Racun Di banyak toko yang menjual perabot rumah tangga, peralatan makan dan minum yang disebut melamin relatif mudah ditemukan. Kalau sekitar tahun 1970-1980-an melamin masih terbatas warna maupun coraknya, maka kini desain melamin bisa bersaing dengan barang pecah belah lainnya. Produk pecah belah melamin begitu banyaknya sehingga barang ini tak hanya bisa dibeli di toko tertentu, tetapi juga di pasar tradisional sampai di pedagang kaki lima. Cikal bakal melamin dimulai tahun 1907 ketika ilmuwan kimia asal Belgia, Leo Hendrik Baekeland, berhasil menemukan plastik sintesis pertama yang disebut bakelite. Penemuan itu merupakan salah satu peristiwa bersejarah keberhasilan teknologi kimia awal abad ke-20. Pada awalnya bakelite banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan telepon generasi pertama. Namun, pada perkembangannya kemudian, hasil penemuan Baekeland dikembangkan dan dimanfaatkan pula dalam industri peralatan rumah tangga. Salah satunya adalah sebagai bahan dasar peralatan makan, seperti sendok, garpu, piring, gelas, cangkir, mangkuk, sendok sup, dan tempayan, seperti yang dihasilkan dari melamin. Peralatan makan yang terbuat dari melamin di satu sisi menawarkan banyak kelebihan. Selain desain warna yang beragam dan menarik, fungsinya juga lebih unggul dibanding peralatan makan lain yang terbuat dari keramik, logam, atau kaca. Melamin lebih lebih ringan, kuat, dan tak mudah pecah. Harga peralatan melamin pun relatif lebih murah dibanding yang terbuat dari keramik misalnya. Potensi formalin Dengan segala kelebihan melamin, tak heran kalau sebagian orang tidak menyadari bahwa melamin menyimpan potensi membahayakan bagi kesehatan manusia. Menurut pengajar pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung, Bambang Ariwahjoedi PhD, MSc, melamin berpotensi menghasilkan monomer beracun yang disebut formaldehid (formalin). Selain berfungsi sebagai bahan pengawet, formaldehid juga digunakan untuk bahan baku melamin. Menurut Ariwahjoedi, melamin merupakan suatu polimer, yaitu hasil persenyawaan kimia (polimerisasi) antara monomer formaldehid dan fenol. Apabila kedua monomer itu bergabung, maka sifat toxic dari formaldehid akan hilang karena telah terlebur menjadi satu senyawa, yakni melamin. Berdasarkan kerja sama penelitian antara Universitas Indonesia dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), diketahui kandungan formaldehid dalam perkakas melamin mencapai 4,76-9,22 miligram per liter. "Permasalahannya, dalam polimerisasi yang kurang sempurna dapat terjadi residu, yaitu sisa monomer formaldehid atau fenol yang tidak bersenyawa sehingga terjebak di dalam materi melamin. Sisa monomer formaldehid inilah yang berbahaya bagi kesehatan apabila masuk dalam tubuh manusia," ujar Ariwahjoedi. Dalam sistem produksi melamin yang tidak terkontrol, bahan formaldehid yang digunakan cenderung tidak sebanding dengan jumlah fenol. Maka, kerap terjadi residu. Ini bukan berarti proses produksi yang sudah menerapkan well controlled dan tidak menghasilkan residu terbebas dari potensi mengeluarkan racun. Menurut Ariwahjoedi, formaldehid di dalam senyawa melamin dapat muncul kembali karena adanya peristiwa yang dinamakan depolimerisasi (degradasi). Dalam peristiwa itu, partikel-partikel formaldehid kembali muncul sebagai monomer, dan otomatis menghasilkan racun. Ariwahjoedi menjelaskan, senyawa melamin sangat rentan terhadap panas dan sinar ultraviolet. Keduanya sangat berpotensi memicu terjadinya depolimerisasi. Selain itu, gesekan-gesekan dan abrasi terhadap permukaan melamin juga berpotensi mengakibatkan lepasnya partikel formaldehid. Ariwahjoedi menambahkan, fo
RE: [balita-anda] RE: Masyarakat Diimbau Waspadai Peralatan Makan dari Melanin
Dear All Mama kavin...jadi kalo mo nyari melamin yang amanyang kayak gimana yach...?atau memang gak ada melamin yang baik untuk digunakan..? Terima kasih banyak sebelum dan sesudahnya Regards, Papanya Muhammad Hilmi Pasha Pranotosetyo http://www.babiesonline.com/babies/h/hilmi/ -Original Message- From: Mama Kavindra [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, January 27, 2006 8:26 PM To: balita-anda@balita-anda.com Subject: [balita-anda] RE: Masyarakat Diimbau Waspadai Peralatan Makan dari Melanin Pak, coba saya Bantu yah... Ttg melamin yah ini saya kutipkan dr temen milis sebelah yah..) Piring or peralatan makanan dr melamin yg merupakan suatu polimer, hasil persenyawaan kimia (polimerisasi) antara monomer formaldehid dan fenol...spt halnya Formalin yg merupakan larutan formaldehyde dalam air (kadarnya sekitar 37%). Formaldehyde ini bersifat reaktif. Ia mudah sekali mengadisi ikatan rangkap yang terdapat dalam berbagai jenis senyawa penyusun bahan makanan; juga dalam tubuh kita. Piring or peralatan makanan dr melamin yg merupakan suatu polimer, hasil persenyawaan kimia (polimerisasi) antara monomer formaldehid dan fenol Simpelnya nih gini piring melamin nih trutama klo kena makanan or minuman panas zat2 kimianya yg notabene mengandung racun tu ikut meleleh juga... dikit sih lelehannya bahkan ga terlihat..but klo keseringan kan jd terakumulasi tuh Ini yg bahaya bagi tubuh... Artikel lengkapnya aku punya nih.. KOMPAS Minggu, 10 Juli 2005 Melamin, Piring Cantik yang Menyimpan Racun Di banyak toko yang menjual perabot rumah tangga, peralatan makan dan minum yang disebut melamin relatif mudah ditemukan. Kalau sekitar tahun 1970-1980-an melamin masih terbatas warna maupun coraknya, maka kini desain melamin bisa bersaing dengan barang pecah belah lainnya. Produk pecah belah melamin begitu banyaknya sehingga barang ini tak hanya bisa dibeli di toko tertentu, tetapi juga di pasar tradisional sampai di pedagang kaki lima. Cikal bakal melamin dimulai tahun 1907 ketika ilmuwan kimia asal Belgia, Leo Hendrik Baekeland, berhasil menemukan plastik sintesis pertama yang disebut bakelite. Penemuan itu merupakan salah satu peristiwa bersejarah keberhasilan teknologi kimia awal abad ke-20. Pada awalnya bakelite banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan telepon generasi pertama. Namun, pada perkembangannya kemudian, hasil penemuan Baekeland dikembangkan dan dimanfaatkan pula dalam industri peralatan rumah tangga. Salah satunya adalah sebagai bahan dasar peralatan makan, seperti sendok, garpu, piring, gelas, cangkir, mangkuk, sendok sup, dan tempayan, seperti yang dihasilkan dari melamin. Peralatan makan yang terbuat dari melamin di satu sisi menawarkan banyak kelebihan. Selain desain warna yang beragam dan menarik, fungsinya juga lebih unggul dibanding peralatan makan lain yang terbuat dari keramik, logam, atau kaca. Melamin lebih lebih ringan, kuat, dan tak mudah pecah. Harga peralatan melamin pun relatif lebih murah dibanding yang terbuat dari keramik misalnya. Potensi formalin Dengan segala kelebihan melamin, tak heran kalau sebagian orang tidak menyadari bahwa melamin menyimpan potensi membahayakan bagi kesehatan manusia. Menurut pengajar pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung, Bambang Ariwahjoedi PhD, MSc, melamin berpotensi menghasilkan monomer beracun yang disebut formaldehid (formalin). Selain berfungsi sebagai bahan pengawet, formaldehid juga digunakan untuk bahan baku melamin. Menurut Ariwahjoedi, melamin merupakan suatu polimer, yaitu hasil persenyawaan kimia (polimerisasi) antara monomer formaldehid dan fenol. Apabila kedua monomer itu bergabung, maka sifat toxic dari formaldehid akan hilang karena telah terlebur menjadi satu senyawa, yakni melamin. Berdasarkan kerja sama penelitian antara Universitas Indonesia dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), diketahui kandungan formaldehid dalam perkakas melamin mencapai 4,76-9,22 miligram per liter. "Permasalahannya, dalam polimerisasi yang kurang sempurna dapat terjadi residu, yaitu sisa monomer formaldehid atau fenol yang tidak bersenyawa sehingga terjebak di dalam materi melamin. Sisa monomer formaldehid inilah yang berbahaya bagi kesehatan apabila masuk dalam tubuh manusia," ujar Ariwahjoedi. Dalam sistem produksi melamin yang tidak terkontrol, bahan formaldehid yang digunakan cenderung tidak sebanding dengan jumlah fenol. Maka, kerap terjadi residu. Ini bukan berarti proses produksi yang sudah menerapkan well controlled dan tidak menghasilkan residu terbebas dari potensi mengeluarkan racun. Menurut Ariwahjoedi, formaldehid di dalam senyawa melamin dapat muncul kembali karena adanya peristiwa yang dinamakan depolimerisasi (degradasi). Dalam peristiwa itu, partikel-partikel formaldehid kembali muncul sebagai monomer, dan otomatis menghasilkan racun. Ariwahjoedi menjelaskan, senyawa melamin sangat rentan terhadap panas dan sinar ultraviolet. Keduanya sangat berpotensi