Re: [balita-anda] Tempat Yang Tidak Tergantikan.

2010-04-14 Terurut Topik tulipware . indonesia
Haduw...cerita nya mengharukan sekali... Baru saja nonton Hachiko, now this... 
♓íкŝ•◦•◦•◦:(:'(:'(:'(•◦•◦:(:'(:'(:'(♓íкŝ..:(:(:( 
Terimakasih ya bund 


Ingat Rumah Ingat Tulipware,
Ingat mamanya Ais-Zahra yaa :)
0856-9519-0856

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: irma rachmasari 
Date: Wed, 14 Apr 2010 19:45:46 
To: 
Subject: Re: [balita-anda] Tempat Yang Tidak Tergantikan.
subhanallah...cerita yg mengharukan...terima kasih untuk berbagi cerita mbak..:)



- Original Message 
From: Dewi Sinta 
To: balita-anda@balita-anda.com
Sent: Thu, April 15, 2010 8:12:10 AM
Subject: [balita-anda] Tempat Yang Tidak Tergantikan. 

Sebuah cerita dari seorang teman... 

Tempat Yang Tidak Tergantikan. 

Empat tahun yang lalu, kecelakaan telah merenggut orang yang kukasihi,
sering aku bertanya-tanya, bagaimana keadaan istri saya sekarang di alam
surgawi, baik-baik sajakah? 

Dia pasti sangat sedih karena sudah meninggalkan seorang suami yang
tidak mampu mengurus rumah dan seorang anak yang masih begitu kecil.
Begitulah yang kurasakan, karena selama ini saya merasa bahwa saya telah
gagal, tidak bisa memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anak saya, dan
gagal untuk menjadi ayah dan ibu untuk anak saya. Pada suatu hari, ada
urusan penting di tempat kerja, aku harus segera berangkat ke kantor,
anak saya masih tertidur. Ohhh... aku harus menyediakan makan untuknya. 

Karena masih ada sisa nasi, jadi aku menggoreng telur untuk dia makan. 

Setelah memberitahu anak saya yang masih  mengantuk, kemudian aku
bergegas berangkat ke tempat kerja. 

Peran ganda yang kujalani, membuat energiku benar-benar terkuras. 

Suatu hari ketika aku pulang kerja aku merasa sangat lelah, setelah
bekerja sepanjang hari. Hanya sekilas aku memeluk dan mencium anakku,
saya langsung masuk ke kamar tidur,  dan melewatkan makan malam. Namun,
ketika aku merebahkan badan ke tempat tidur dengan maksud untuk tidur
sejenak menghilangkan kepenatan, tiba-tiba saya merasa ada sesuatu yang
pecah dan tumpah seperti cairan hangat! Aku membuka selimut dan.
disanalah sumber 'masalah'nya ... sebuah mangkuk yang pecah dengan mie
instan yang berantakan diseprai dan selimut! 

Oh...Tuhan! Aku begitu marah, aku mengambil gantungan pakaian, dan
langsung menghujani anak saya yang sedang gembira bermain dengan
mainannya, dengan pukulan-pukulan! 

Dia hanya menangis, sedikitpun tidak meminta belas kasihan, dia hanya
memberi penjelasan singkat : 

"Dad, tadi aku merasa lapar dan tidak ada lagi sisa nasi. Tapi ayah
belum pulang, jadi aku ingin memasak mie instan. Aku ingat, ayah pernah
mengatakan untuk tidak menyentuh atau menggunakan kompor gas tanpa ada
orang dewasa di sekitar,  maka aku menyalakan mesin air minum ini dan
menggunakan air panas untuk memasak mie. Satu untuk ayah dan yang satu
lagi untuk saya .. Karena aku takut mie'nya akan menjadi dingin, jadi
aku menyimpannya di bawah selimut supaya tetap hangat sampai ayah
pulang. Tapi aku lupa untuk mengingatkan ayah karena aku sedang bermain
dengan mainan saya ... 

Saya minta maaf Dad ... " 

Seketika, air mata mulai mengalir di pipiku ... tetapi, saya tidak ingin
anak saya melihat ayahnya menangis maka aku berlari ke kamar mandi dan
menangis dengan menyalakan shower di kamar mandi untuk menutupi suara
tangis saya. 

Setelah beberapa lama, aku hampiri anak saya, memeluknya dengan erat dan
memberikan obat kepadanya atas luka bekas pukulan dipantatnya, lalu aku
membujuknya untuk tidur. 

Kemudian aku membersihkan kotoran tumpahan mie di tempat tidur. 

Ketika semuanya sudah selesai dan lewat tengah malam, aku melewati kamar
anakku, dan melihat anakku masih menangis, bukan karena rasa sakit di
pantatnya, tapi karena dia sedang melihat foto mommy yang dikasihinya. 

Satu tahun berlalu sejak kejadian itu, saya mencoba, dalam periode ini,
untuk memusatkan perhatian dengan memberinya kasih sayang seorang ayah
dan juga kasih sayang seorang ibu, serta memperhatikan semua
kebutuhannya. 

Tanpa terasa, anakku sudah berumur tujuh tahun, dan akan lulus dari
Taman Kanak-kanak. Untungnya, insiden yang terjadi tidak meninggalkan
kenangan buruk di masa kecilnya dan dia sudah tumbuh dewasa dengan
bahagia. 

Namun... belum lama, aku sudah memukul anakku lagi, saya benar-benar
menyesal 

Guru Taman Kanak-kanaknya memanggilku dan memberitahukan bahwa anak saya
absen dari sekolah. Aku pulang kerumah lebih awal dari kantor, aku
berharap dia bisa menjelaskan. 

Tapi ia tidak ada dirumah, aku pergi mencari di sekitar rumah kami,
memangil-manggil namanya dan akhirnya menemukan dirinya di sebuah toko
alat tulis, sedang bermain komputer game dengan gembira. Aku marah,
membawanya pulang dan menghujaninya dengan pukulan-pukulan. 

Dia diam saja lalu mengatakan, "Aku minta maaf, Dad". 

Selang beberapa lama aku selidiki, ternyata ia absen dari acara
"pertunjukan bakat" yang diadakan oleh sekolah, k

Re: [balita-anda] Tempat Yang Tidak Tergantikan.

2010-04-14 Terurut Topik irma rachmasari
subhanallah...cerita yg mengharukan...terima kasih untuk berbagi cerita mbak..:)



- Original Message 
From: Dewi Sinta 
To: balita-anda@balita-anda.com
Sent: Thu, April 15, 2010 8:12:10 AM
Subject: [balita-anda] Tempat Yang Tidak Tergantikan. 

Sebuah cerita dari seorang teman... 

Tempat Yang Tidak Tergantikan. 

Empat tahun yang lalu, kecelakaan telah merenggut orang yang kukasihi,
sering aku bertanya-tanya, bagaimana keadaan istri saya sekarang di alam
surgawi, baik-baik sajakah? 

Dia pasti sangat sedih karena sudah meninggalkan seorang suami yang
tidak mampu mengurus rumah dan seorang anak yang masih begitu kecil.
Begitulah yang kurasakan, karena selama ini saya merasa bahwa saya telah
gagal, tidak bisa memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anak saya, dan
gagal untuk menjadi ayah dan ibu untuk anak saya. Pada suatu hari, ada
urusan penting di tempat kerja, aku harus segera berangkat ke kantor,
anak saya masih tertidur. Ohhh... aku harus menyediakan makan untuknya. 

Karena masih ada sisa nasi, jadi aku menggoreng telur untuk dia makan. 

Setelah memberitahu anak saya yang masih  mengantuk, kemudian aku
bergegas berangkat ke tempat kerja. 

Peran ganda yang kujalani, membuat energiku benar-benar terkuras. 

Suatu hari ketika aku pulang kerja aku merasa sangat lelah, setelah
bekerja sepanjang hari. Hanya sekilas aku memeluk dan mencium anakku,
saya langsung masuk ke kamar tidur,  dan melewatkan makan malam. Namun,
ketika aku merebahkan badan ke tempat tidur dengan maksud untuk tidur
sejenak menghilangkan kepenatan, tiba-tiba saya merasa ada sesuatu yang
pecah dan tumpah seperti cairan hangat! Aku membuka selimut dan.
disanalah sumber 'masalah'nya ... sebuah mangkuk yang pecah dengan mie
instan yang berantakan diseprai dan selimut! 

Oh...Tuhan! Aku begitu marah, aku mengambil gantungan pakaian, dan
langsung menghujani anak saya yang sedang gembira bermain dengan
mainannya, dengan pukulan-pukulan! 

Dia hanya menangis, sedikitpun tidak meminta belas kasihan, dia hanya
memberi penjelasan singkat : 

"Dad, tadi aku merasa lapar dan tidak ada lagi sisa nasi. Tapi ayah
belum pulang, jadi aku ingin memasak mie instan. Aku ingat, ayah pernah
mengatakan untuk tidak menyentuh atau menggunakan kompor gas tanpa ada
orang dewasa di sekitar,  maka aku menyalakan mesin air minum ini dan
menggunakan air panas untuk memasak mie. Satu untuk ayah dan yang satu
lagi untuk saya .. Karena aku takut mie'nya akan menjadi dingin, jadi
aku menyimpannya di bawah selimut supaya tetap hangat sampai ayah
pulang. Tapi aku lupa untuk mengingatkan ayah karena aku sedang bermain
dengan mainan saya ... 

Saya minta maaf Dad ... " 

Seketika, air mata mulai mengalir di pipiku ... tetapi, saya tidak ingin
anak saya melihat ayahnya menangis maka aku berlari ke kamar mandi dan
menangis dengan menyalakan shower di kamar mandi untuk menutupi suara
tangis saya. 

Setelah beberapa lama, aku hampiri anak saya, memeluknya dengan erat dan
memberikan obat kepadanya atas luka bekas pukulan dipantatnya, lalu aku
membujuknya untuk tidur. 

Kemudian aku membersihkan kotoran tumpahan mie di tempat tidur. 

Ketika semuanya sudah selesai dan lewat tengah malam, aku melewati kamar
anakku, dan melihat anakku masih menangis, bukan karena rasa sakit di
pantatnya, tapi karena dia sedang melihat foto mommy yang dikasihinya. 

Satu tahun berlalu sejak kejadian itu, saya mencoba, dalam periode ini,
untuk memusatkan perhatian dengan memberinya kasih sayang seorang ayah
dan juga kasih sayang seorang ibu, serta memperhatikan semua
kebutuhannya. 

Tanpa terasa, anakku sudah berumur tujuh tahun, dan akan lulus dari
Taman Kanak-kanak. Untungnya, insiden yang terjadi tidak meninggalkan
kenangan buruk di masa kecilnya dan dia sudah tumbuh dewasa dengan
bahagia. 

Namun... belum lama, aku sudah memukul anakku lagi, saya benar-benar
menyesal 

Guru Taman Kanak-kanaknya memanggilku dan memberitahukan bahwa anak saya
absen dari sekolah. Aku pulang kerumah lebih awal dari kantor, aku
berharap dia bisa menjelaskan. 

Tapi ia tidak ada dirumah, aku pergi mencari di sekitar rumah kami,
memangil-manggil namanya dan akhirnya menemukan dirinya di sebuah toko
alat tulis, sedang bermain komputer game dengan gembira. Aku marah,
membawanya pulang dan menghujaninya dengan pukulan-pukulan. 

Dia diam saja lalu mengatakan, "Aku minta maaf, Dad". 

Selang beberapa lama aku selidiki, ternyata ia absen dari acara
"pertunjukan bakat" yang diadakan oleh sekolah, karena yang diundang
adalah siswa dengan ibunya. 

Dan itulah alasan ketidak hadirannya karena ia tidak punya ibu. 

Beberapa hari setelah penghukuman dengan pukulan rotan, anakku pulang ke
rumah memberitahu saya, bahwa disekolahnya mulai diajarkan cara membaca
dan menulis. 

Sejak saat itu, anakku lebih banyak mengurung diri dikamarnya untuk
berlatih menulis, yang saya yakin, jika istri saya masih ada dan
melihatnya ia akan merasa bangga, 

tentu saja dia membuat saya bangga juga! 

Waktu berlalu dengan begitu ce

Re: [balita-anda] Tempat Yang Tidak Tergantikan.

2010-04-14 Terurut Topik Chaca Arsyad
menyentuh sekali.. mohon ijinnya untuk share ke teman2ku ya bu dewi. thx

candra





From: hastamto adri 
To: balita-anda@balita-anda.com
Sent: Thu, April 15, 2010 9:16:32 AM
Subject: Re: [balita-anda] Tempat Yang Tidak Tergantikan.

sejenak ku berdoa semoga istriku tercinta tetap untuk selamanya...terimakasih 
bu dewi mohon ijin aku share ke teman2 y?..terimakasih



- Original Message 
From: Dewi Sinta 
To: balita-anda@balita-anda.com
Sent: Thu, April 15, 2010 8:12:10 AM
Subject: [balita-anda] Tempat Yang Tidak Tergantikan.

Sebuah cerita dari seorang teman... 

Tempat Yang Tidak Tergantikan. 

Empat tahun yang lalu, kecelakaan telah merenggut orang yang kukasihi,
sering aku bertanya-tanya, bagaimana keadaan istri saya sekarang di alam
surgawi, baik-baik sajakah? 

Dia pasti sangat sedih karena sudah meninggalkan seorang suami yang
tidak mampu mengurus rumah dan seorang anak yang masih begitu kecil.
Begitulah yang kurasakan, karena selama ini saya merasa bahwa saya telah
gagal, tidak bisa memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anak saya, dan
gagal untuk menjadi ayah dan ibu untuk anak saya. Pada suatu hari, ada
urusan penting di tempat kerja, aku harus segera berangkat ke kantor,
anak saya masih tertidur. Ohhh... aku harus menyediakan makan untuknya. 

Karena masih ada sisa nasi, jadi aku menggoreng telur untuk dia makan. 

Setelah memberitahu anak saya yang masih  mengantuk, kemudian aku
bergegas berangkat ke tempat kerja. 

Peran ganda yang kujalani, membuat energiku benar-benar terkuras. 

Suatu hari ketika aku pulang kerja aku merasa sangat lelah, setelah
bekerja sepanjang hari. Hanya sekilas aku memeluk dan mencium anakku,
saya langsung masuk ke kamar tidur,  dan melewatkan makan malam. Namun,
ketika aku merebahkan badan ke tempat tidur dengan maksud untuk tidur
sejenak menghilangkan kepenatan, tiba-tiba saya merasa ada sesuatu yang
pecah dan tumpah seperti cairan hangat! Aku membuka selimut dan.
disanalah sumber 'masalah'nya ... sebuah mangkuk yang pecah dengan mie
instan yang berantakan diseprai dan selimut! 

Oh...Tuhan! Aku begitu marah, aku mengambil gantungan pakaian, dan
langsung menghujani anak saya yang sedang gembira bermain dengan
mainannya, dengan pukulan-pukulan! 

Dia hanya menangis, sedikitpun tidak meminta belas kasihan, dia hanya
memberi penjelasan singkat : 

"Dad, tadi aku merasa lapar dan tidak ada lagi sisa nasi. Tapi ayah
belum pulang, jadi aku ingin memasak mie instan. Aku ingat, ayah pernah
mengatakan untuk tidak menyentuh atau menggunakan kompor gas tanpa ada
orang dewasa di sekitar,  maka aku menyalakan mesin air minum ini dan
menggunakan air panas untuk memasak mie. Satu untuk ayah dan yang satu
lagi untuk saya .. Karena aku takut mie'nya akan menjadi dingin, jadi
aku menyimpannya di bawah selimut supaya tetap hangat sampai ayah
pulang. Tapi aku lupa untuk mengingatkan ayah karena aku sedang bermain
dengan mainan saya ... 

Saya minta maaf Dad ... " 

Seketika, air mata mulai mengalir di pipiku ... tetapi, saya tidak ingin
anak saya melihat ayahnya menangis maka aku berlari ke kamar mandi dan
menangis dengan menyalakan shower di kamar mandi untuk menutupi suara
tangis saya. 

Setelah beberapa lama, aku hampiri anak saya, memeluknya dengan erat dan
memberikan obat kepadanya atas luka bekas pukulan dipantatnya, lalu aku
membujuknya untuk tidur. 

Kemudian aku membersihkan kotoran tumpahan mie di tempat tidur. 

Ketika semuanya sudah selesai dan lewat tengah malam, aku melewati kamar
anakku, dan melihat anakku masih menangis, bukan karena rasa sakit di
pantatnya, tapi karena dia sedang melihat foto mommy yang dikasihinya. 

Satu tahun berlalu sejak kejadian itu, saya mencoba, dalam periode ini,
untuk memusatkan perhatian dengan memberinya kasih sayang seorang ayah
dan juga kasih sayang seorang ibu, serta memperhatikan semua
kebutuhannya. 

Tanpa terasa, anakku sudah berumur tujuh tahun, dan akan lulus dari
Taman Kanak-kanak. Untungnya, insiden yang terjadi tidak meninggalkan
kenangan buruk di masa kecilnya dan dia sudah tumbuh dewasa dengan
bahagia. 

Namun... belum lama, aku sudah memukul anakku lagi, saya benar-benar
menyesal 

Guru Taman Kanak-kanaknya memanggilku dan memberitahukan bahwa anak saya
absen dari sekolah. Aku pulang kerumah lebih awal dari kantor, aku
berharap dia bisa menjelaskan. 

Tapi ia tidak ada dirumah, aku pergi mencari di sekitar rumah kami,
memangil-manggil namanya dan akhirnya menemukan dirinya di sebuah toko
alat tulis, sedang bermain komputer game dengan gembira. Aku marah,
membawanya pulang dan menghujaninya dengan pukulan-pukulan. 

Dia diam saja lalu mengatakan, "Aku minta maaf, Dad". 

Selang beberapa lama aku selidiki, ternyata ia absen dari acara
"pertunjukan bakat" yang diadakan oleh sekolah, karena yang diundang
adalah siswa dengan ibunya. 

Dan itulah alasan ketidak hadirannya karena ia tidak punya ibu. 

Beberapa hari setelah penghukuman

Re: [balita-anda] Tempat Yang Tidak Tergantikan.

2010-04-14 Terurut Topik shinta yanin
ijin share ya mbak
thx shinta

2010/4/14 hastamto adri 

> sejenak ku berdoa semoga istriku tercinta tetap untuk
> selamanya...terimakasih bu dewi mohon ijin aku share ke teman2
> y?..terimakasih
>
>
>
> - Original Message 
> From: Dewi Sinta 
> To: balita-anda@balita-anda.com
> Sent: Thu, April 15, 2010 8:12:10 AM
> Subject: [balita-anda] Tempat Yang Tidak Tergantikan.
>
> Sebuah cerita dari seorang teman...
>
> Tempat Yang Tidak Tergantikan.
>
> Empat tahun yang lalu, kecelakaan telah merenggut orang yang kukasihi,
> sering aku bertanya-tanya, bagaimana keadaan istri saya sekarang di alam
> surgawi, baik-baik sajakah?
>
> Dia pasti sangat sedih karena sudah meninggalkan seorang suami yang
> tidak mampu mengurus rumah dan seorang anak yang masih begitu kecil.
> Begitulah yang kurasakan, karena selama ini saya merasa bahwa saya telah
> gagal, tidak bisa memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anak saya, dan
> gagal untuk menjadi ayah dan ibu untuk anak saya. Pada suatu hari, ada
> urusan penting di tempat kerja, aku harus segera berangkat ke kantor,
> anak saya masih tertidur. Ohhh... aku harus menyediakan makan untuknya.
>
> Karena masih ada sisa nasi, jadi aku menggoreng telur untuk dia makan.
>
> Setelah memberitahu anak saya yang masih  mengantuk, kemudian aku
> bergegas berangkat ke tempat kerja.
>
> Peran ganda yang kujalani, membuat energiku benar-benar terkuras.
>
> Suatu hari ketika aku pulang kerja aku merasa sangat lelah, setelah
> bekerja sepanjang hari. Hanya sekilas aku memeluk dan mencium anakku,
> saya langsung masuk ke kamar tidur,  dan melewatkan makan malam. Namun,
> ketika aku merebahkan badan ke tempat tidur dengan maksud untuk tidur
> sejenak menghilangkan kepenatan, tiba-tiba saya merasa ada sesuatu yang
> pecah dan tumpah seperti cairan hangat! Aku membuka selimut dan.
> disanalah sumber 'masalah'nya ... sebuah mangkuk yang pecah dengan mie
> instan yang berantakan diseprai dan selimut!
>
> Oh...Tuhan! Aku begitu marah, aku mengambil gantungan pakaian, dan
> langsung menghujani anak saya yang sedang gembira bermain dengan
> mainannya, dengan pukulan-pukulan!
>
> Dia hanya menangis, sedikitpun tidak meminta belas kasihan, dia hanya
> memberi penjelasan singkat :
>
> "Dad, tadi aku merasa lapar dan tidak ada lagi sisa nasi. Tapi ayah
> belum pulang, jadi aku ingin memasak mie instan. Aku ingat, ayah pernah
> mengatakan untuk tidak menyentuh atau menggunakan kompor gas tanpa ada
> orang dewasa di sekitar,  maka aku menyalakan mesin air minum ini dan
> menggunakan air panas untuk memasak mie. Satu untuk ayah dan yang satu
> lagi untuk saya .. Karena aku takut mie'nya akan menjadi dingin, jadi
> aku menyimpannya di bawah selimut supaya tetap hangat sampai ayah
> pulang. Tapi aku lupa untuk mengingatkan ayah karena aku sedang bermain
> dengan mainan saya ...
>
> Saya minta maaf Dad ... "
>
> Seketika, air mata mulai mengalir di pipiku ... tetapi, saya tidak ingin
> anak saya melihat ayahnya menangis maka aku berlari ke kamar mandi dan
> menangis dengan menyalakan shower di kamar mandi untuk menutupi suara
> tangis saya.
>
> Setelah beberapa lama, aku hampiri anak saya, memeluknya dengan erat dan
> memberikan obat kepadanya atas luka bekas pukulan dipantatnya, lalu aku
> membujuknya untuk tidur.
>
> Kemudian aku membersihkan kotoran tumpahan mie di tempat tidur.
>
> Ketika semuanya sudah selesai dan lewat tengah malam, aku melewati kamar
> anakku, dan melihat anakku masih menangis, bukan karena rasa sakit di
> pantatnya, tapi karena dia sedang melihat foto mommy yang dikasihinya.
>
> Satu tahun berlalu sejak kejadian itu, saya mencoba, dalam periode ini,
> untuk memusatkan perhatian dengan memberinya kasih sayang seorang ayah
> dan juga kasih sayang seorang ibu, serta memperhatikan semua
> kebutuhannya.
>
> Tanpa terasa, anakku sudah berumur tujuh tahun, dan akan lulus dari
> Taman Kanak-kanak. Untungnya, insiden yang terjadi tidak meninggalkan
> kenangan buruk di masa kecilnya dan dia sudah tumbuh dewasa dengan
> bahagia.
>
> Namun... belum lama, aku sudah memukul anakku lagi, saya benar-benar
> menyesal
>
> Guru Taman Kanak-kanaknya memanggilku dan memberitahukan bahwa anak saya
> absen dari sekolah. Aku pulang kerumah lebih awal dari kantor, aku
> berharap dia bisa menjelaskan.
>
> Tapi ia tidak ada dirumah, aku pergi mencari di sekitar rumah kami,
> memangil-manggil namanya dan akhirnya menemukan dirinya di sebuah toko
> alat tulis, sedang bermain komputer game dengan gembira. Aku marah,
> membawanya pulang dan menghujaninya dengan pukulan-pukulan.
>
> Dia diam saja lalu mengatakan, "Aku minta maaf, Dad".
>
> Selang beberapa lama aku selidiki, ternyata ia absen dari acara
> "pertunjukan bakat" yang diadakan oleh sekolah, karena yang diundang
> adalah siswa dengan ibunya.
>
> Dan itulah alasan ketidak hadirannya karena ia tidak punya ibu.
>
> Beberapa hari setelah penghukuman dengan pukulan rotan, anakku pulang ke
> rumah memberitahu saya, bahwa disekolahnya mulai diaj

Re: [balita-anda] Tempat Yang Tidak Tergantikan.

2010-04-14 Terurut Topik hastamto adri
sejenak ku berdoa semoga istriku tercinta tetap untuk selamanya...terimakasih 
bu dewi mohon ijin aku share ke teman2 y?..terimakasih



- Original Message 
From: Dewi Sinta 
To: balita-anda@balita-anda.com
Sent: Thu, April 15, 2010 8:12:10 AM
Subject: [balita-anda] Tempat Yang Tidak Tergantikan.

Sebuah cerita dari seorang teman... 

Tempat Yang Tidak Tergantikan. 

Empat tahun yang lalu, kecelakaan telah merenggut orang yang kukasihi,
sering aku bertanya-tanya, bagaimana keadaan istri saya sekarang di alam
surgawi, baik-baik sajakah? 

Dia pasti sangat sedih karena sudah meninggalkan seorang suami yang
tidak mampu mengurus rumah dan seorang anak yang masih begitu kecil.
Begitulah yang kurasakan, karena selama ini saya merasa bahwa saya telah
gagal, tidak bisa memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anak saya, dan
gagal untuk menjadi ayah dan ibu untuk anak saya. Pada suatu hari, ada
urusan penting di tempat kerja, aku harus segera berangkat ke kantor,
anak saya masih tertidur. Ohhh... aku harus menyediakan makan untuknya. 

Karena masih ada sisa nasi, jadi aku menggoreng telur untuk dia makan. 

Setelah memberitahu anak saya yang masih  mengantuk, kemudian aku
bergegas berangkat ke tempat kerja. 

Peran ganda yang kujalani, membuat energiku benar-benar terkuras. 

Suatu hari ketika aku pulang kerja aku merasa sangat lelah, setelah
bekerja sepanjang hari. Hanya sekilas aku memeluk dan mencium anakku,
saya langsung masuk ke kamar tidur,  dan melewatkan makan malam. Namun,
ketika aku merebahkan badan ke tempat tidur dengan maksud untuk tidur
sejenak menghilangkan kepenatan, tiba-tiba saya merasa ada sesuatu yang
pecah dan tumpah seperti cairan hangat! Aku membuka selimut dan.
disanalah sumber 'masalah'nya ... sebuah mangkuk yang pecah dengan mie
instan yang berantakan diseprai dan selimut! 

Oh...Tuhan! Aku begitu marah, aku mengambil gantungan pakaian, dan
langsung menghujani anak saya yang sedang gembira bermain dengan
mainannya, dengan pukulan-pukulan! 

Dia hanya menangis, sedikitpun tidak meminta belas kasihan, dia hanya
memberi penjelasan singkat : 

"Dad, tadi aku merasa lapar dan tidak ada lagi sisa nasi. Tapi ayah
belum pulang, jadi aku ingin memasak mie instan. Aku ingat, ayah pernah
mengatakan untuk tidak menyentuh atau menggunakan kompor gas tanpa ada
orang dewasa di sekitar,  maka aku menyalakan mesin air minum ini dan
menggunakan air panas untuk memasak mie. Satu untuk ayah dan yang satu
lagi untuk saya .. Karena aku takut mie'nya akan menjadi dingin, jadi
aku menyimpannya di bawah selimut supaya tetap hangat sampai ayah
pulang. Tapi aku lupa untuk mengingatkan ayah karena aku sedang bermain
dengan mainan saya ... 

Saya minta maaf Dad ... " 

Seketika, air mata mulai mengalir di pipiku ... tetapi, saya tidak ingin
anak saya melihat ayahnya menangis maka aku berlari ke kamar mandi dan
menangis dengan menyalakan shower di kamar mandi untuk menutupi suara
tangis saya. 

Setelah beberapa lama, aku hampiri anak saya, memeluknya dengan erat dan
memberikan obat kepadanya atas luka bekas pukulan dipantatnya, lalu aku
membujuknya untuk tidur. 

Kemudian aku membersihkan kotoran tumpahan mie di tempat tidur. 

Ketika semuanya sudah selesai dan lewat tengah malam, aku melewati kamar
anakku, dan melihat anakku masih menangis, bukan karena rasa sakit di
pantatnya, tapi karena dia sedang melihat foto mommy yang dikasihinya. 

Satu tahun berlalu sejak kejadian itu, saya mencoba, dalam periode ini,
untuk memusatkan perhatian dengan memberinya kasih sayang seorang ayah
dan juga kasih sayang seorang ibu, serta memperhatikan semua
kebutuhannya. 

Tanpa terasa, anakku sudah berumur tujuh tahun, dan akan lulus dari
Taman Kanak-kanak. Untungnya, insiden yang terjadi tidak meninggalkan
kenangan buruk di masa kecilnya dan dia sudah tumbuh dewasa dengan
bahagia. 

Namun... belum lama, aku sudah memukul anakku lagi, saya benar-benar
menyesal 

Guru Taman Kanak-kanaknya memanggilku dan memberitahukan bahwa anak saya
absen dari sekolah. Aku pulang kerumah lebih awal dari kantor, aku
berharap dia bisa menjelaskan. 

Tapi ia tidak ada dirumah, aku pergi mencari di sekitar rumah kami,
memangil-manggil namanya dan akhirnya menemukan dirinya di sebuah toko
alat tulis, sedang bermain komputer game dengan gembira. Aku marah,
membawanya pulang dan menghujaninya dengan pukulan-pukulan. 

Dia diam saja lalu mengatakan, "Aku minta maaf, Dad". 

Selang beberapa lama aku selidiki, ternyata ia absen dari acara
"pertunjukan bakat" yang diadakan oleh sekolah, karena yang diundang
adalah siswa dengan ibunya. 

Dan itulah alasan ketidak hadirannya karena ia tidak punya ibu. 

Beberapa hari setelah penghukuman dengan pukulan rotan, anakku pulang ke
rumah memberitahu saya, bahwa disekolahnya mulai diajarkan cara membaca
dan menulis. 

Sejak saat itu, anakku lebih banyak mengurung diri dikamarnya untuk
berlatih menulis, yang saya yakin, jika istri saya masih ada dan
melihatnya ia akan merasa bangga, 

tentu saja dia membua