FYI, Sebagai tambahan informasi Pak Adi, SH
(Tan Cin Hai) juga merupakan salah satu ketua bidang hukum Perhimpunan INTI Salam, Min Hui From:
budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Kisah
Tragis Advokat Muda Berbakat
"SEBAGAI seorang pengacara, aku harus dapat
mengungkapkan fakta yang sebenarnya. Karena aku ingin berharga di mata setiap
orang. Walau aku tahu, risikonya adalah sesuatu yang tidaklah gampang." Harapan
dan keinginan itu pernah dikemukakan Adi, SH (26), pengacara, dalam pertemuan
singkat dengan Pembaruan di
Pengadilan Negeri Pria
tinggi kurus itu sempat meminta kartu nama dan berjanji akan bertemu suatu
waktu. Namun, janji itu tidak akan pernah lagi terwujud. Selang seminggu
kemudian, pria lajang itu tewas ditembak orang tak dikenal di Jalan Sei Deli,
Kelurahan Silalas, Kecamatan Medan Barat. Ketika
itu Adi sedang mengantar pulang pacarnya, Mariyanti, atau biasa dipanggil Yanti
(19), setelah jalan-jalan dan makan malam di Restoran Seafood Jalan Waringin "Kami
memang sering ngobrol di dalam mobil, sambil menceritakan aktivitas
masing-masing. Karena kalau singgah, Bang Adi takut terlambat kalau-kalau ada
panggilan tiba-tiba untuknya," kata Yanti, mahasiswi Fakultas Kedokteran
Universitas Methodis Indonesia (UMI), baru-baru ini. Pembunuh Bayaran Pada
malam itu, tutur Yanti, Adi sebenarnya telah berencana pulang ke rumah, karena
ingin mengerjakan sebuah kasus yang tengah ditanganinya. "Ia memang jarang
bercerita kalau punya masalah. Tetapi hari itu ia memang terlihat suntuk, tak
tahu sedang menangani kasus apa. Ingin saya tanyakan, namun segan dan takut ia tersinggung.
Soalnya kami pacaran belum lama, kira-kira dua bulan," kata Yanti lagi. Pada
waktu itu pula, dari arah berlawanan, kata Yanti, tiba-tiba datang seorang
lelaki berambut pendek bertubuh tegap, berjalan ke arah mobil Adi. Gelagat pria
itu mencurigakan. Mendekati jendela pintu mobil yang diduduki Yanti, orang itu
berusaha mengintip ke dalam mobil. "Ketika
itu jalanan lumayan sepi. Laki-laki itu lalu mengetuk-ngetuk jendela kaca saya,
sambil matanya menempel di kaca pintu. Saya takut karena mengira ia rampok.
Sedangkan Bang Adi tampak sedikit panik," tutur gadis berkulit putih itu. Merasa
terdesak, Adi dari dalam mobil mengatakan kepada lelaki itu bahwa ia seorang
pengacara. Tujuannya agar orang tersebut segera pergi. Tetapi, sebaliknya,
lelaki tersebut malah memutar langkahnya mengarah ke pintu sopir yang diduduki
Adi dengan cepat, setengah berlari. Dan ... dor!! "Melihat
reaksi pria itu, Bang Adi kaget dan cepat-cepat menghidupkan mobilnya untuk
lari. Saya panik dan takut, menutup telinga dan mata. Tiba-tiba terdengar suara
letusan tembakan. Begitu mata saya buka, ternyata ... ternyata Bang Adi
tertembak," kata Yanti, sambil tersedu-sedu. Adi
sempat dilarikan ke RS Gleneagles, Salah
seorang saksi mata, warga setempat, pelaku itu tidak sendirian. Teman penembak
itu, sudah menunggu di atas sepeda motor Suzuki Shogun berwarna merah, dan
mangkal di dekat Masjid Jamik. "Sudah
sekitar satu jam keduanya mondar-mandir di pinggir jalan, seperti menunggu
sesuatu. Mereka terlihat gelisah. Keduanya menggunakan jaket hitam, tingginya
kira-kira 170 cm, rambut rapi, perut buncit. Saya mendengar suara letusan itu.
Saya kaget, tidak menyangka. Sementara kedua orang itu tancap gas dan langsung
menghilang," kata warga itu lagi. Peristiwa
itu menjadi perbincangan warga Kota Medan. Apalagi, bagi orang yang mengenal
sosok Adi. "Saya hampir tidak percaya. Soalnya sejak kuliah, ia terkenal
pendiam, dan selalu bersikap baik kepada semua orang. Seperti bermimpi, mengapa
harus berakhir seperti ini," kata Theresia, rekan Adi semasa kuliah di
Fakultas Hukum Universitas HKBP Nommensen. Semasa
kuliah, Adi dikenal sebagai anak emas banyak dosen. Maklum, ia tergolong
mahasiswa berprestasi. Mahasiswa angkatan 1997 itu lulus pada 2001, dengan
indeks prestasi kumulatif 3,7. Ia
juga tak sempat mengecap predikat pengangguran, karena keburu ditarik bekerja
di kantor Januari Siregar SH Mhum, salah seorang advokat ternama di "Ia
mempunyai semangat yang tinggi dan berbakat. Ketika ingin mendirikan kantor,
alasannya agar bisa lebih mandiri. Tidak ada masalah. Karena meski demikian,
hubungan kami tetap dekat karena ia masih sering ke kantor, baik untuk
silahturahmi maupun berdiskusi," Januari menambahkan. Selaku
orang yang baru terjun di dunia peradilan, Adi berhasil merintis kepercayaan
orang terhadapnya. Hal itu terbukti dari berbagai kasus telah ditanganinya
relatif lumayan banyak. Sebelum
Adi meninggal, advokat muda itu tengah menangani beberapa kasus, di antaranya
kasus perceraian, rekening tagihan ponsel yang berbuntut pada gugatan terhadap
Bank Negara Indonesia Rp 6 miliar, dan dugaan malpraktik di Rumah Sakit Umum
Martha Friska. Memang
sampai saat ini, belum diketahui tanda-tanda yang mengarah siapa pelaku dan
motif penembakan itu. Yang jelas, kejadian itu menambah panjang daftar
pekerjaan bagi aparat kepolisian. Masyarakat tinggal menunggu bagaimana dan
sampai kapan pengungkapannya, seperti yang dicita-citakan Adi. Pembaruan/Henry
Sitinjak Last modified: 24/6/05
.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links
|