Lumpur menjadi salah satu persoalan pelik yang dihadapi ribuan korban banjir di Aceh Tamiang. Lumpur tanah memenuhi rumah penduduk, masjid, perkantoran, jalan, parit, bahkan sungai-sungai menjadi dangkal karena lumpur. Karena sulitnya membuang lumpur terutama dari rumah-rumah warga, akibatnya ribuan rumah warga bisa rusak berat atau bahkan tak mungkin bisa dihuni kembali. Sawah-sawah penduduk pun penuh dengan lumpur dengan kedalaman lebih dari 1 meter. Akibatnya sawah tidak dapat ditanami. Mulai Sabtu (13/1), sebagai percontohan, ACT memanfaatkan lumpur yang menutupi sawah dengan mengubahnya sebagai peluang usaha bata di Dusun Sukamaju, Aceh Tamiang. Di dusun ini puluhan hektar lahan sawah tertutupi lumpur tanah. Kreasi usaha bata dengan memanfaatkan lumpur tanah ini akan memiliki sejumlah manfaat. Pertama, lahan sawah bisa kembali diberdayakan. Kedua, lumpur bisa menjadi komoditas ekonomi berupa batu bata yang bisa dijual untuk memperlancar pembangunan rumah korban tsunami oleh BRR (Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi). Ketiga, program ini menginspirasi kreativitas masyarakat, dan keempat, program ini bisa menjadi instrumen untuk kemandirian dan kesejahteraan masyarakat. Program ini sangat layak dan segera bisa berjalan karena cuaca sudah mendukung, budaya gotong royong masih kuat, relatif tidak memerlukan modal dan teknologi, dan para tenaga pembuat bata bisa didatangkan dari daerah terdekat. Lumpur tanah Aceh Tamiang bisa menghasilkan jutaan batu bata yang saat ini sangat diperlukan untuk program recovery rumah penduduk oleh BRR. Jika kita kreatif, bencana pun bisa membawa berkah, ujar Ahyudin, Direktur Eksekutif ACT. --------------------------------- Don't be flakey. Get Yahoo! Mail for Mobile and always stay connected to friends.
[Non-text portions of this message have been removed]