Kemudian dia tersadar anak itu pasti kotor dan belum menukar bajunya akibat perjalanan mereka. Buru-buru dia berbalik ingin menyuruh pembantunya membeli baju untuk anak ini, tapi sang suami yang sudah tahu isi hati isteri sudah terdahulu menyuruh pembantu mengambil buntalan berisikan baju Saiful yang dia beli sebelum dia pergi dari Batang Kapeh serta membawa air untuk melap debu yang melengkat di tubuh bocah itu. Di meja sudah tersedia semua kebutuhan isterinya, Ropita yang menatap barang yang ada di meja tersenyum kepada sang suami. Dengan bantuan sang suami, dia menarik meja tersebut mendekati ranjang supaya memudahkan dia melap tubuh dan menukar baju bocah malang ini. Basri yang mengerti perasaan Ropita berusaha menyampaikan kondisi Saiful dengan hati-hati takut isterinya kaget sekali. "Dinda, selesai awak melap tubuh Saiful tolong oleskan obat-obat ini di wajah dan tubuhnya yah." Ropita yang mendengar perkataan suaminya terkejut sekali, karena tadinya dia berpikir bahwa orang tua anak ini hanya memukuli wajah saja tapi mendengar suara suaminya dan tatapannya, dia tahu dugaannya salah. Tangannya menjadi tambah gemetar ketika mau membuka baju Saiful, untuk dilap, setelah membuka kancing bajunya, dia mendudukan anak itu menyandarkan ke tubuhnya pelan-pelan melepaskan bajunya. Ketika dia melihat punggung anak itu dia tersirap dan terbelalak kaget, saat mendorong tubuh anak ini menjauh dari tubuhnya dia melihat bekas luka-luka dan luka-luka baru yang bertebaran di seluruh tubuh anak itu baik di punggung maupun tubuh depannya bahkan sampai di kedua tangannya. Langsung air matanya jatuh berderai-derai, mulutnya gemetar menahan isakan melihat penderitaan bocah kecil ini. Dia memeluk anak ini dengan lembut takut melukainya, kini dia mengerti kenapa suaminya memperlakukan bocah ini dengan lembut. Sekujur tubuh kecil dan rapuh itu penuh dengan luka, hatinya terasa sakit sekali menahan kemarahan dan kepedihan akan penderitaan anak sekecil ini. Dengan lembut dia meletakan kembali anak itu ke tempat tidur dan mulai melap tubuh anak ini dengan hati-hati takut menyakitinya. Setelah selesai melap seluruh tubuhnya, dia menarik celana panjang bocah itu, kembali terpampang luka-luka baru dan bekasnya yang memenuhi kaki kurus itu. Air mata tidak berhenti jatuh di wajahnya setiap melihat luka-luka itu, mata dan hidungnya sudah berwarna merah, tangan suaminya di pundak menepuk-nepuk menenangkan hatinya. Tapi hatinya tetap tidak tenang, hatinya sakit sekali, hal ini membangkitkan perasaan keibuannya dengan kuat sekali, seperti induk ayam yang melindungi anaknya. Dia berjanji dalam hati selama anak ini berada di bawah perlindungannya jangan harap ada yang boleh memukulnya, kalau sampai terjadi dia akan menghajar orang itu tanpa ampun. Selesai melap, dengan lembut dia mengoles obat ke seluruh luka yang ada di wajah, tubuh, punggung, tangan dan kaki Saiful. Untung bocah itu dalam kondisi tertidur kalau dia bangun pasti akan meringis kesakitan akibat obat yang dioleskan pada luka sekujur tubuhnya. Obat Siti sangat mujarab karena Saiful tidak demam selama dalam perjalanan, bahkan perlahan-lahan warna biru dan bengkak Saiful berkurang banyak. Basri tidak dapat membayangkan bagaimana perasaan isterinya pada saat pertama kali melihat keadaan Saiful yang berdarah-darah di seluruh wajahnya akibat pukulan bapaknya. Mungkin saat itu langsung akan dibunuhnya laki-laki itu tanpa penyesalan sedikitpun. Seiring dengan memakaikan baju kepada bocah malang ini semakin meningkatkan perasaan sayang Ropita. Sesudah selesai merawat dan memakaikan bajunya, Ropita masih tetap duduk di kursi di samping ranjang dengan diam membisu menatap anak itu. Suasana dalam ruangan itu sunyi, Basri juga tidak ingin membuka percakapan dengan isterinya yang terlihat larut dalam pikirannya. Dia sendiri juga merasakan apa yang dirasakan oleh isterinya, di saat mereka berdua melamun sambil menatap Saiful, tiba-tiba bocah itu membuka matanya dan langsung menatap ke mata Ropita. Tatapan mata yang sendu dan bingung itu terasa menghunjam jantung Ropita, ternyata anak ini mempunyai bentuk mata yang indah sekali. Saiful yang terbangun melihat seorang wanita cantik sedang menatapnya dengan air mata yang menetas di pipi menjadi kebingungan. Dia dapat merasakan aliran kasih sayang yang mendalam dari wanita cantik itu kepadanya, hal ini pernah dia rasakan ketika dia digendong oleh gurunya. Mengingat akan gurunya buru-buru matanya bergerak ke sekeliling ruangan, dan dia melihat gurunya berdiri di belakang wanita cantik itu sedang menatapnya dengan lembut dan mulut tersenyum gembira. Dia merasa senang melihat gurunya ada di sana , matanya terlihat memancarkan kerlip senang walau itu tidak merubah tatapan sendunya. Biarpun dia merupakan anak yang hidup dalam penderitaan tapi dia juga seorang anak yang sangat cerdas, dia dapat menduga wanita cantik yang menatapnya dengan penuh kasih sayang itu adalah isteri gurunya. Dia mengalihkan pandangan matanya kepada wanita cantik itu, perasaan tenang dan bahagia terasa mengalir di tubuhnya, ketika membalas tatapan wanita itu. Mengingat sopan santun yang diajarkan teman-temannya kepadanya, perlahan dia membuka suara untuk menyampaikan salam kepada guru dan isteri gurunya, dia berusaha menggerakan tangannya untuk menggapai tangan isteri gurunya untuk dicium sebagai tanda hormat. Tapi dia tidak mampu menggerakan tangannya seakan tangannya berat sekali, Ropita yang menyadari apa yang hendak dilakukan anak ini menjadi terharu dan air mata kembali berderai di pipinya yang mulus itu. "Sudah sayang, tidak perlu kamu menggerakan tanganmu, tunggu sembuh dulu yah," kata Ropita dengan suara serak kebanyakan menangis. Saiful yang selama hidupnya tidak pernah merasakan kasih sayang dari ibunya merasa mendapat limpahan kebahagiaan dalam hatinya walau di wajahnya hal itu tidak tercermin tapi kerlip senang terlihat di mata sendu itu. Ropita yang mulai mengenal ciri-ciri pribadi anak itu mengetahui hal ini, dia juga merasa senang karena anak ini bisa menerima dirinya. Anak ini menatapnya terus bergantian dengan suaminya seakan tidak ingin mereka pergi meninggalkannya. Hati kedua suami isteri ini bercampur aduk, ada perasaan senang, ada perasaan pedih, ada perasaan bahagia kini mereka mempunyai anak yang mereka bisa urus, ada perasaan sakit setiap membayangkan penderitaan anak ini. Perlahan jari tangan Ropita membelai wajah yang sembab membiru itu, Saiful membiarkan tangan itu mengelus wajahnya dan bisa merasakan kesejukan yang mengaliri hatinya. Tidak terasa setitik air mata bergulir dari kedua sudut matanya, walau mata itu tetap menatap sendu tapi Ropita sudah tidak melihat kesedihan yang dalam seperti pertama kali anak itu menatapnya.
"Ipul, kamu lapar ndak? Kan sudah seharian kamu tidak makan," Tanya Basri. Bersambung. --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN: - Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting - Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur pribadi - Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau dibanned - Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---