[EMAIL PROTECTED] Re: FW: Jangan benci aku, mama .....
Aku FW ke blog aku ya..ntuk baca2an bagi temen2 lain..sebagai renungan.. --~--~-~--~~~---~--~~ === UNTUK DIPERHATIKAN: - Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet. - Tuliskan Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting. - Hapus footer & bagian yg tidak perlu, jika melakukan reply. - Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur pribadi. - Posting email besar dari >200KB akan dibanned, sampai yg bersangkutan minta maaf & menyampaikan komitmen mengikuti peraturan yang berlaku. === Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Daftarkan email anda pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id Agar dapat melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe === -~--~~~~--~~--~--~---
[EMAIL PROTECTED] Re: FW: Jangan benci aku, mama .....
Sedih banget ceritanya...ndak taraso sasak dado langsuang mambaconyo..dek tabao ibo ati ka si Eric.. On 18 Mar, 00:50, "YPC - 19 Azizar Aras" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Maaf kalau tidak tepat hanya sekedar share dari milis sebelah > > _ > > JANGAN BENCI AKU, MAMA... > > Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki, > wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam, suamiku, > memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini > memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain > saja untuk dijadikan > budak atau pelayan. Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa > saya membesarkannya juga. > > Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya pun melahirkan kembali > seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya menamainya Angelica. > Saya sangat > menyayangi Angelica, demikian juga Sam. Seringkali kami mengajaknya > pergi ke taman hiburan dan membelikannya pakaian anak-anak yang > indah-indah. > Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa stel > pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalu melarangnya > dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu menuruti perkataan > saya. > > Saat usia Angelica 2 tahun Sam meninggal dunia. Eric sudah berumur 4 > tahun kala itu. Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan hutang yang > semakin menumpuk. Akhirnya saya mengambil tindakan yang akan membuat > saya menyesal seumur hidup. Saya pergi meninggalkan kampung kelahiran > saya beserta Angelica. Eric yang sedang tertidur lelap saya tinggalkan > begitu saja. > > Kemudian saya tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual > untuk membayar hutang. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telah > berlalu sejak kejadian itu. > > Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Usia > Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat > buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit > demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah berumur > 12 tahun dan kami > menyekolahkan dia di asrama putri sekolah perawatan. Tidak ada lagi yang > ingat tentang Eric dan tidak ada lagi yang mengingatnya. > > Sampai suatu malam. Malam di mana saya bermimpi tentang seorang anak. > Wajahnya agak tampan namun tampak pucat sekali. Ia melihat ke arah saya. > Sambil tersenyum ia berkata, "Tante, Tante kenal mama saya? Saya lindu > cekali pada Mommy!" > Setelah berkata demikian ia mulai beranjak pergi, namun saya menahannya, > "Tunggu..., sepertinya saya mengenalmu. Siapa namamu anak manis?" > "Nama saya Elic, Tante." > "Eric? Eric... Ya Tuhan! Kau benar-benar Eric?" > > Saya langsung tersentak dan bangun. Rasa bersalah, sesal dan berbagai > perasaan aneh lainnya menerpa diri saya saat itu juga. Tiba-tiba > terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti sebuah film > yang diputar dikepala saya. Baru sekarang saya menyadari betapa jahatnya > perbuatan saya dulu. Rasanya seperti mau mati saja saat itu. Ya, saya > harus mati..., mati..., mati... Ketika tinggal seinchi jarak pisau yang > akan saya goreskan ke pergelangan tangan, tiba-tiba bayangan Eric > melintas kembali di pikiran saya. Ya Eric, Mommy akan menjemputmu > Eric... > > Sore itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah gubuk, dan Brad > dengan pandangan heran menatap saya dari samping. > "Mary, apa yang sebenarnya terjadi?" > "Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal yang > telah saya lakukan dulu." Tapi aku menceritakannya juga dengan > terisak-isak. .. > Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah memberikan suami yang > begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis saya reda, saya keluar > dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang. Mata saya menatap lekat pada > gubuk yang terbentang dua meter dari hadapan saya. Saya mulai teringat > betapa gubuk itu pernah saya tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric.. > > Eric...Saya meninggalkan Eric di sana 10 tahun yang lalu. Dengan > perasaan sedih saya berlari menghampiri gubuk tersebut dan membuka pintu > yang terbuat dari bambu itu. Gelap sekali... Tidak terlihat sesuatu apa > pun! Perlahan mata saya mulai terbiasa dengan kegelapan dalam ruangan > kecil itu. Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya > ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya mengambil > seraya mengamatinya dengan seksama... Mata mulai berkaca-kaca, saya > mengenali potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu > dikenakan Eric sehari-harinya. .. > > Beberapa saat kemudian, dengan perasaan yang sulit dilukiskan, saya pun > keluar dari ruangan itu... Air mata saya mengalir dengan deras. Saat itu > saya hanya diam saja. Sesaat kemudian saya dan Brad mulai menaiki mobil > untuk meninggalkan tempat tersebut. Namun, saya melihat seseorang di > belakang mobil kami. Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap > sekali. > > Kemudian terlihatl
[EMAIL PROTECTED] Re: FW: Jangan benci aku, mama .....
Kisah yang sangat menyentuh kalbu terima kasih Azizar YPC - 19 Azizar Aras <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Maaf kalau tidak tepat hanya sekedar share dari milis sebelah _ JANGAN BENCI AKU, MAMA... Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki, wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam, suamiku, memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain saja untuk dijadikan budak atau pelayan. Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa saya membesarkannya juga. Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya pun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya menamainya Angelica. Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga Sam. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah. Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu menuruti perkataan saya. Saat usia Angelica 2 tahun Sam meninggal dunia. Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya saya mengambil tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur hidup. Saya pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica. Eric yang sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja. Kemudian saya tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk membayar hutang. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telah berlalu sejak kejadian itu. Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Usia Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah berumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi yang mengingatnya. Sampai suatu malam. Malam di mana saya bermimpi tentang seorang anak. Wajahnya agak tampan namun tampak pucat sekali. Ia melihat ke arah saya. Sambil tersenyum ia berkata, "Tante, Tante kenal mama saya? Saya lindu cekali pada Mommy!" Setelah berkata demikian ia mulai beranjak pergi, namun saya menahannya, "Tunggu..., sepertinya saya mengenalmu. Siapa namamu anak manis?" "Nama saya Elic, Tante." "Eric? Eric... Ya Tuhan! Kau benar-benar Eric?" Saya langsung tersentak dan bangun. Rasa bersalah, sesal dan berbagai perasaan aneh lainnya menerpa diri saya saat itu juga. Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti sebuah film yang diputar dikepala saya. Baru sekarang saya menyadari betapa jahatnya perbuatan saya dulu. Rasanya seperti mau mati saja saat itu. Ya, saya harus mati..., mati..., mati... Ketika tinggal seinchi jarak pisau yang akan saya goreskan ke pergelangan tangan, tiba-tiba bayangan Eric melintas kembali di pikiran saya. Ya Eric, Mommy akan menjemputmu Eric... Sore itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah gubuk, dan Brad dengan pandangan heran menatap saya dari samping. "Mary, apa yang sebenarnya terjadi?" "Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal yang telah saya lakukan dulu." Tapi aku menceritakannya juga dengan terisak-isak. .. Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis saya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang. Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari hadapan saya. Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric.. Eric...Saya meninggalkan Eric di sana 10 tahun yang lalu. Dengan perasaan sedih saya berlari menghampiri gubuk tersebut dan membuka pintu yang terbuat dari bambu itu. Gelap sekali... Tidak terlihat sesuatu apa pun! Perlahan mata saya mulai terbiasa dengan kegelapan dalam ruangan kecil itu. Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya mengambil seraya mengamatinya dengan seksama... Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan Eric sehari-harinya. .. Beberapa saat kemudian, dengan perasaan yang sulit dilukiskan, saya pun keluar dari ruangan itu... Air mata saya mengalir dengan deras. Saat itu saya hanya diam saja. Sesaat kemudian saya dan Brad mulai menaiki mobil untuk meninggalkan tempat tersebut. Namun, saya melihat seseorang di belakang mobil kami. Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor. Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget manakala ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau. "Heii...! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!" Dengan memberanikan