---------- Forwarded message ---------- From: Tonang D Ardyanto <[EMAIL PROTECTED]> Date: Mar 18, 2006 12:09 PM Subject: [sehat] ASI, ARA dan DHA
> Awalnya saya pikir juga iklan mba... Tapi melihat pembicara pada seminar tsb adalah DSA dan profesor yang > juga menyebutkan bahwa hal2 tersebut diperoleh dari hasil penelitian...nah baru saya bingung. Kok beda dengan yg didapet dari Sehat ya?! > Hm... jadi walopun Profesor ato DSA ternyata tetep memungkinkan disusupi iklan ya... Para SP, Saya terpaksa merasa tingling untuk meluruskan kalimat ini. Sengaja saya hilangkan pengirimnya, karena yang lebih penting isinya. Di dunia ini, apalagi di dunia media informasi - termasuk milis - tidak ada yang benar-benar bebas nilai. Semua memiliki tujuan, memiliki target, termasuk memiliki "iklan". Begitu juga, tidak semua hal bisa kita pandang sebagai hitam-putih. Artinya, iklan itu baik atau buruk, itu dipengaruhi juga oleh cara pandang kita. Ad Epx Med Biol jurnal tahun 2001 menuyusun review, bahwa memang bayi dengan ASI menunjukkan perkembangan syaraf lebih baik daripada bayi dengan susu formula. Satu parameter yang utama adalah adanya Long-chain PUFA pada ASI yang tidak didapatkan pada susu formula, sehingga zat ini yang dianggap berpengaruh signifikan. Ini didukung pula oleh Jurnal Family Health Care tahun 2002. Jurnal Lipids 2001 melaporkan, penambahan DHA dan AA pada susu formula standar meningkatkan proporsi antigen yang mature (matang), memperbaiki produksi IL-10 dan mengurnagi produksi IL-2 (semua ini bersifat memperkuat sistem imun) sampai pada tingkatan yang tidak berbeda signifikan dengan yang dicapai pada bayi-bayi dengan ASI. Jurnal Ann N Y Acad Sci June 2002 melaporkan, pemberian supplementasi DHA dan AA berpengaruh positif terhadap kemampuan penglihatan sampai usia 1 tahun serta fungsi-fungsi kognifif syaraf. Penelitian ini pada bayi prematur ataupun yg matur. Ini didukung Eur J Clin Nutr 2003 yang melaporkan khususnya pada bayi prematur. Memang, kita sulit mendapatkan hasil penelitian di bidang ini yang bersifat randomized double-blind placebo-controll karena hambatan etik. Tidak mungkin kita meminta subyek penelitian untuk menentukan jenis susu apa yg diminum, ataupun memberikan placebo secara random. Begitu juga, penelitian hanya bisa terbatas pada jangka pendek, perlu waktu lama untuk menentukan apakah riwayat minum ASI dan susu formula membedakan tingkat IQ (apalagi EQ dan SQ) setelah 30 tahun kemudian misalnya. Yang jelas, hasil-hasil penelitian tersebut mendorong usaha untuk membuat susu formula yang makin mendekati struktur dan fungsi ASI. Caranya dengan ditambahkan beberapa komponen : long-chain polyunsaturated fatty acids (LCPUFA) untuk komposisi otak dan perkembangan syaraf (seperti disoroti dalam artikel dimaksud), pro- dan prebiotik untuk flora normal dan pertahanan lokal di saluran pencernaan, serta nukleotida untuk memacu respon imun. Dilakukan juga perubahan kuantitas dan kualitas protein untuk mendekati pola keseimbangan asam amino darah sehingga cocok untuk perkembangan otak dan fungsi neurotransmitter tahap dini, mencegah asupan protein berlebih yang bisa menimbulkan obesitas, serta menggunakan protein terhidrolisa untuk mencegah gangguan atopik (Minerva Pediatric Jurnal Juni 2003). Yang ingin saya tekankan, para pembicara itu tidak salah, mereka bicara berdasarkan data, berdasarkan penelitian. Kita tidak selayaknya tergesa-gesa menilai mereka sebagai "disusupi" iklan. Membaca artikel tersebut, kita seperti melihat sebuah gelas berisi air setengahnya. Kita bisa katakan "setengah kosong" bisa juga "setengah isi" tergantung darimana kita memandangnya. Tidak selayaknya kita tergesa-gesa melakukan judgement. Sebagai SP kita harus mampu berpikir komprehensif, bukan hitam-putih. Penambahan suplemen dalam susu formula tersebut ditujukan pada bayi dari Ibu yang oleh karena suatu hal tidak mampu memberikan ASI ekslusif sampai 6 bulan. Susu formula tidak pernah ditargetkan untuk mampu menyamai ASI, targetnya hanya sebisa mungkin mendekatinya. Artinya, kita harus memahami artikel tersebut dengan lengkap. Semua penelitian yang saya kutip diatas selalu diakhiri dengan penekanan bahwa : 1. ASI tidak ada tandingannya. ASI adalah pilihan satu-satunya untuk masa menyusui ekslusif. Hal ini tidak ada penelitian yang menentangnya. 2. Pemberian susu formula dengan suplementasi DHA dan AA adalah sebagai substitusi BILA memang Ibu tidak dapat memberikan ASInya oleh suatu hal (*). Usaha maksimal harus dilakukan agar Ibu dapat memberikan ASI-nya. 3. Suplementasi terhadap susu formula tidak pernah dimaksudkan untuk bisa menyamai ASI, hanya berusaha menirunya bila memang terpaksa harus diberikan sebagai pengganti ASI. 4. Supplementasi terhadap susu formula tidak pernah bisa memenuhi keuntungan-keuntungan lain dalam pemberian ASI (terutama keuntungan non-fisik/hubungan psikologis) yang juga berperan besar terhadap perkembangan anak (**). Tanda (*) dan (**) ini saya berikan untuk menunjukkan, bidang inilah yang menjadi salah satu "iklan" penting dari milis ini (semoga saya tidak salah menangkap nuansa ini). Tidak dapat memberikan ASI sebabnya bisa banyak tetapi yang paling sulit diatasi adalah : kesadaran Ibu sendiri. Untuk itulah giat dilakukan kampanye untuk menyadarkan para Ibu agar bisa memenuhi ASI ekslusif, agar tidak patah semangat, agar tidak khawatir anaknya kurang gizi, agar Ibu ASI ekslusif diterima oleh lingkungan keluarga dan lingkungan kerjanya, agar suami dan keluarga mendukung, terutama agar yakin bahwa SEMUA ibu pasti mampu melakukan ASI ekslusif .... Semua itu bertujuan baik. Apakah lantas kita mau kalau ada yang menganggap kita telah "menutupi fakta" bahwa memang ada saja Ibu yang benar-benar tidak atau sangat sedikit memproduksi ASI atau oleh karena suatu hal tidak dapat memberikannya (for whatever the reason is) ? Bukankah memberi susu formula juga tidak berarti "ibu itu tidak cinta pada anaknya" ? Mau kalau kita dianggap "disusupi" iklan sehingga menutupi fakta itu ? Tentu saja tidak demikian. Kita kampanyekan ASI ekslusif dengan kencang, karena itulah "iklan" kita. Iklan itu baik karena didasari kepentingan sebagian terbesar masyarakat, mewakili manfaat yang jauh lebih besar daripada kerugiannya. Bahwa ada satu dua yang tidak sesuai, satu dua yang "meleset", itulah kenyataan, tidak ada yang sempurna. Hal ini juga saya tekankan untuk menunjukkan tidak selamanya "iklan" itu buruk. Kita yang harus mampu memilah dan memilih agar mengerti dan menangkap yang positif dari iklan itu. Menjadi pembicara di suatu forum oleh dukungan suatu sponsor, tidak serta merta menjadikan pembicara itu harus dianggap "disusupi" iklan. Dalam forum seperti itulah, seorang "ilmuwan" diuji TIDAK sekedar keilmuannya tetapi rasa kemanusiaannya agar mampu memetakan pengatahuannya pada tempat yang pas untuk kepentingan sebagian terbesar masyarakat. Bagaimana dengan klaim bahwa "tidak selamanya makanan bisa memenuhi kebutuhan DHA" ? Memang benar ! Benar kalau kita tidak tahu apa piramida makanan, tidak tahu caranya membuat balita kita mendapatkan makanan sehat, tidak tahu bagaimana memaknai ungkapan "empat sehat lima sempurna", tidak tahu bahwa "susu adalah pelengkap, tetapi bukan segalanya". Itu pula "iklan" lain yang tidak kalah penting dari milis ini. Bahwa ada saja satu dua anak dengan gangguan saluran cerna, sehingga memerlukan treatment diet khusus, sekali lagi, itulah kenyataan, tidak ada yang sempurna. Bagaimana dengan informasi "DHA dan AA malah bisa merugikan". Di dunia ini, semuanya sebenarnya berguna, asal dalam takaran yang pas. Masalah utama yang dihadapi dalam menyusun susu formula yang mendekati komposisi ASI adalah menentukan konsentrasi ini. Kadar DHA dan AA dalam ASI sangat dipengaruhi oleh asupan diet dan kondisi metabolisme tubuh Ibunya. Artinya apa ? Kadar itu berubah-ubah setiap waktu. Berarti yang diterima anak juga berubah-ubah. Apalagi antara Ibu satu dengan Ibu yg lain, berarti bayi satu tidak sama dengan bayi lain. Tentu masih ingat kan penjelasan Ahli Laktasi betapa "ASI itu bisa berubah-ubah setiap jam-nya" ? Hal ini menyulitkan menyusun patokan seberapa kadar suplementasi DHA dan AA ke dalam susu formula. Patokan yang dipakai sekarang didasarkan pada penelitian sekian ribu sampel Ibu-ibu menyusui yang sehat badannya. Namun betapapun, tetap saja variasi akan ada, padahal tidak mungkin membuat susu formula dengan sekian banyak variasi kadar suplementasi DHA dan AA. Bagaimana soal informasi "DHA dan AA buatan itu malah bikin anak hiperaktif"? Saya tidak memiliki data pasti karena kalau informasi yang saya dapat tidak menunjukkan hubungan. Jurnal of Pediatry Agustus 2001, kemudian Lipids jurnal Oktober 2003 serta Eur Jurnal of Clinical Nutrition Maret 2004, tidak mendapatkan hasil signifikan dari suplementasi DHA terhadap anak-anak dengan attention-deficit/hyperactivity disorder. Artinya, tidak ada perbaikan nyata dibandingkan anak-anak yang tidak mendapatkan suplementasi. Justru catatan yang beberapa kali dilontarkan adalah hubungannya dengan risiko perdarahan. Dalam tubuh manusia, asam lemak tak jenuh - termasuk DHA dan AA - bersifat bi-fasic, bisa bersifat anti bisa juga bersifat pro-oxidant. Ada uraian biokimiawi cukup rumit dalam hal ini, tetapi intinya berpengaruh terhadap keseimbangan trombosit darah. Tubuh memiliki mekanisme keseimbangan agar darah tidak mudah membeku di dalam tubuh tapi di sisi lain segera berhenti bila terjadi perdarahan. Trombosit adalah salah satu yang berperan di dalamnya, dan ini menjadi perhatian penting dalam menetapkan kadar suplementasi DHA dan AA. Wah sudah panjang sekali ya ? Saya ingin sekali menekankan, jangan kita tergesa-gesa menganggap pihak lain sebagai salah, disusupi iklan, bias dan sejenisnya. Kita yang harus lebih mampu memilih dan memilah informasi. Dengan cara ini, kita tidak mudah goyah, tidak mudah resah, sekaligus lebih mudah menjalin komunikasi personal yang sehat. Ketergesa-gesaan untuk menilai, hanya akan menghambat kita menyebarkan "iklan" positif yang ingin kita bagikan. Salam ASI ! -- tonang dokter umum ------------------------------------------------------------------------------- Salam ASI Ekslusif. Muslifa Aseani Jalan Kanfer Utara V 246 Banyumanik Semarang http://www.bayipertama.com?id=lucky http://www.indotext.com/?ref=4636839815 http://www.indomutiara.com Open Minded&Positive Thinking, Good Combination 4 Ur Brain