---------- Forwarded message ---------- From: Miftah N. Sabri <[EMAIL PROTECTED]> Date: 9 Nov 2007 14:46 Subject: Rasa Sayange Malaysia To: [EMAIL PROTECTED]
Sekilas saya interupsi, kawan kita es ito, sudah mengaktifkan kembali blognya, saya fikir dia punya perspektif berbeda dan alternatif dari cara kita memandang, yang kerap terjebak dalam ke"awam" an. http://esito.wordpress.com/ Bukankah Malaysia Pantas Untuk Disayange? <http://esito.wordpress.com/2007/11/08/bukankah-malaysia-pantas-untuk-disayange/> oleh : es ito http://esito.wordpress.com/ Apa yang salah ketika Malaysia menggunakan lagu Rasa Sayange sebagai *jingle * promosi pariwisata mereka? Ketimbang menghujat atau melakukan demonstrasi tidak perlu lebih baik kita dukung saja promosi wisata tersebut. Bukankah Malaysia jelas menyatakan bahwa lagu tersebut berakar dari kebudayaan Melayu dan bukan semata milik satu etnis di Indonesia? Pada saat kita merasa jati diri kita sebagai sebuah bangsa terus digerogoti oleh penyeragaman ala globalisasi, bukankah tindakan Malaysia itu membantu kita untuk melalukan Mondialisasi kebudayaan kita lewat kancah internasional? Bila saya menjadi Menteri Pariwisata, saya akan sampaikan ucapan terima kasih pada Malaysia. Rasa Sayange jelas sisi lain dari kekayaan budaya Indonesia yang senantiasa berbicara Bali dan Jawa. Makanya aneh para seniman Maluku melakukan protes terhadap tindakan Malaysia itu. Kalau mau protes, ya seharusnya mereka itu protes pada pemerintah Indonesia. Kenapa tidak dari dulu melakukan mondialisasi terhadap Rasa Sayange? Malaysia itu jelas lebih mirip adik kandung ketimbang kompetitor kita. Mereka selalu ingin dapat apa yang kakaknya punya. Dilihat kakaknya punya banyak pulau, mereka minta Sipadan dan Ligitan. Dilihatnya pula sang kakak punya banyak selat antar pulau, ingin pula ia punya Ambalat. Diamati kakaknya punya banyak penduduk, diminta kirimnya pula sekian ribu. Tetapi maklum anak-anak, perilaku Malaysia adalah warna yang dicontohkan Indonesia. Pada saat hukum negara ini menelantarkan rakyatnya, dia contoh pula dengan menyia-nyiakan TKI lewat kekerasan, pembunuhan minus perlindungan hukum. Ketika di televisi adik kecil kita itu melihat bagaimana aparat Tramtip alias Polisi Pamong Praja "menghajar" orang kecil di perkotaan. Seketika mereka contoh pula lewat operasi yang dilakukan RELA yang menyisir TKI disana. Oh Malaysia, mereka itu lebih mirip adik kecil Indonesia yang menggemaskan. Perilaku kita adalah warna mereka. Bila negara ini santun memperlakukan rakyatnya, tentu Malaysia akan mencontoh pula disana. Jika negara ini tidak melulu berkutat dengan kebudayaan Jawa dan Bali, tentu turis Malaysia akan mendendangkan Rasa Sayange dari Banda hingga Saparua, di Maluku sana dan bukan menjadikannya promo wisata sendiri. Jadi melakukan demo di depan kedutaan Malaysia atau terus memaki Malaysia lewat forum, jelas itu bentuk kecengengan seorang kakak yang tidak pernah dewasa! Harus diakui, Nurdin Halid adalah seorang patriot sebab ia menolak intervensi asing. Tidak itu saja, Nurdin juga mempertahankan independensi sepakbola dari campur tangan pemerintah. Tetapi yang lebih penting dari itu semua, Nurdin Halid menjadikan dirinya contoh spektakuler dari kampanye melawan rasisme. Narapidana juga bisa memimpin sebuah federasi sepakbola, persetan dengan statuta FIFA yang mendiskriminasi kaum pesakitan itu. Nurdin Halid benar-benar seorang patriot dalam tawanan. Pada penahanan pertama dulu, rapat PSSI dilakukan di balik sel. Hasilnya, Indonesia ditunjuk menjadi salah satu tuan rumah piala Asia. Walaupun Indonesia tidak lolos dari penyisihan grup, nasionalisme seketika bisa dibangkitkan lewat aksi Bambang Pamungkas dan kawan-kawan. Hanya Nurdin Halid yang bisa memancing puluhan ribu orang berkumpul untuk kepentingan nasional dan bukan kepentingan partai atau ormas. Sesuatu yang langka akhir-akhir ini. Maka Nurdin Halid telah menggenapi kesahihannya sebagai seorang nasionalis sejati. Nurdin tentu merasa, minyak goreng Bulog tidak ada sangkut pautnya dengan PSSI. Ia hanya mendistribusikan minyak goreng bukan pemain asing secara ilegal. Dan minyak goreng tidak ada sangkut pautnya dengan prestasi tim nasional atau roda liga yang tengah bergulir. Sulit untuk mengaitkan minyak goreng dengan jebloknya prestasi tim nasional. Pengadilan mesti memeras keringat untuk mencari hubungannya. Kaitan itu yang dibutuhkan oleh logika dan "akal sehat" Nurdin agar legowo melepaskan kursi Ketua Umum PSSI. Nurdin tidak akan mendengarkan pendapat dari FIFA atau lembaga internasional lainnya sebab ia tidak melakukan kejahatan serius. Hanya mendistribusikan minyak goreng bukan uranium untuk mengembangkan nuklir! Ketika insan sepakbola Indonesia ketar-ketir dengan kengototan Nurdin Halid dan ancaman pembekuan dari FIFA, di balik jeruji besi yang nyaman Nurdin pastilah tersenyum. Pikirnya, bukankah sudah saatnya kelihaian orang Indonesia dalam berorganisasi dibuktikan dalam level internasional. Bila nanti FIFA membekukan PSSI, bukankah insan sepakbola bisa mendirikan PSSI * Perjuangan* atau *Pembaruan*. PSSI-P yang mengakui statuta FIFA sehingga roda kompetisi tetap bergulir dan Indonesia tetap bisa bermain di level internasional. Bravo Nurdin Halid!! -- Miftah N. Sabri Pusat Kajian Politik (PUSKAPOL-UI) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Gdg C Lt3 Kampus UI Depok, 16424 Telp:+62217865879 Fax: +622178887063 --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== Website: http://www.rantaunet.org =============================================================== UNTUK SELALU DIPERHATIKAN: - Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply. - Posting email besar dari >200KB akan di banned, sampai yang bersangkutan menyampaikan komitmen akan mematuhi Tata Tertib yang berlaku. - Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui jalur pribadi. =============================================================== Jika anda, kirim email kosong ke >>: berhenti >> [EMAIL PROTECTED] Cuti: >> [EMAIL PROTECTED] digest: >> [EMAIL PROTECTED] terima email individu lagi: >> [EMAIL PROTECTED] Webmail Mailing List dan Konfigurasi keanggotaan lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---