Ass.wr.wb.
Ini bukan ttg Minang/Sumbar tp menyangkut orang2 yg beriman, yg dipanggil utk 
menunaikan puasa.(dr milis sebelah).
Mohon kiranya Yth. Bpk.Prof. Dr.Suheimi, Dinda Ahmad Ridha, S.Kom., serta 
Bpk/Ibu yg berkompeten bisa memberikan tanggapan/uraian lainnya.
Semoga jd amal shaleh.

Selamat memasuki bulan suci Ramadhan. Mohon maaf lahir bathin.

Terimakasih.
Wass,
Jumardi




 Jangan Berbuka Puasa Dengan Yang Manis 

BENTAR lagi Ramadhan. Di bulan puasa itu, sering kita dengar kalimat 
'Berbuka puasalah dengan makanan atau minuman yang manis,' katanya. Konon, 
itu dicontohkan Rasulullah saw. Benarkah demikian? 

Dari Anas bin Malik ia berkata : "Adalah Rasulullah berbuka dengan Rutab 
(kurma yang lembek) sebelum shalat, jika tidak terdapat Rutab, maka beliau 
berbuka dengan Tamr (kurma kering), maka jika tidak ada kurma kering 
beliau meneguk air. (Hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud) 

Nabi Muhammad Saw berkata : "Apabila berbuka salah satu kamu, maka 
hendaklah berbuka dengan kurma. 

Andaikan kamu tidak memperolehnya, maka berbukalah dengan air, maka 
sesungguhnya air itu suci." 

Nah. Rasulullah berbuka dengan kurma. Kalau tidak mendapat kurma, beliau 
berbuka puasa dengan air. 

Samakah kurma dengan 'yang manis-manis'? Tidak. Kurma, adalah karbohidrat 
kompleks (complex carbohydrate). 

Sebaliknya, gula yang terdapat dalam makanan atau minuman yang manis-manis 
yang biasa kita konsumsi sebagai makanan berbuka puasa, adalah karbohidrat 
sederhana (simple carbohydrate). 

Darimana asalnya sebuah kebiasaan berbuka dengan yang manis? Tidak jelas. 
Malah berkembang jadi waham umum di masyarakat, seakan-akan berbuka puasa 
dengan makanan atau minuman yang manis adalah 'sunnah Nabi'. 

Sebenarnya tidak demikian. Bahkan sebenarnya berbuka puasa dengan makanan 
manis-manis yang penuh dengan gula (karbohidrat sederhana) justru merusak 
kesehatan. 

Dari dulu saya tergelitik tentang hal ini, bahwa berbuka puasa 
'disunnahkan' minum atau makan yang manis-manis. Sependek ingatan saya, 
Rasulullah mencontohkan buka puasa dengan kurma atau air putih, bukan yang 
manis-manis. 

Kurma, dalam kondisi asli, justru tidak terlalu manis. 

Kurma segar merupakan buah yang bernutrisi sangat tinggi tapi berkalori 
rendah, sehingga tidak menggemukkan (data di sini dan di sini). Tapi kurma 
yang didatangkan ke Indonesiadalam kemasan-kemasan di bulan Ramadhan sudah 
berupa 'manisan kurma', bukan lagi kurma segar. Manisan kurma ini justru 
ditambah kandungan gula yang berlipat-lipat kadarnya agar awet dalam 
perjalanan ekspornya. Sangat jarang kita menemukan kurma impor yang masih 
asli dan belum berupa manisan. Kalaupun ada, sangat mungkin harganya 
menjadi sangat mahal. 

Kenapa berbuka puasa dengan yang manis justru merusak kesehatan? 

Ketika berpuasa, kadar gula darah kita menurun. Kurma, sebagaimana yang 
dicontohkan Rasulullah, adalah karbohidrat kompleks, bukan gula 
(karbohidrat sederhana). Karbohidrat kompleks, untuk menjadi glikogen, 
perlu diproses sehingga makan waktu. 

Sebaliknya, kalau makan yang manis-manis, kadar gula darah akan melonjak 
naik, langsung. Bum. Sangat tidak sehat. Kalau karbohidrat kompleks 
seperti kurma asli, naiknya pelan-pelan. 

Mari kita bicara 'indeks glikemik' (glycemic index/GI) saja. Glycemic 
Index (GI) adalah laju perubahan makanan diubah menjadi gula dalam tubuh. 
Makin tinggi glikemik indeks dalam makanan, makin cepat makanan itu 
dirubah menjadi gula, dengan demikian tubuh makin cepat pula menghasilkan 
respons insulin. 

Para praktisi fitness atau pengambil gayahidup sehat, akan sangat 
menghindari makanan yang memiliki indeks glikemik yang tinggi. Sebisa 
mungkin mereka akan makan makanan yang indeks glikemiknya rendah. Kenapa? 
Karena makin tinggi respons insulin tubuh, maka tubuh makin menimbun 
lemak. Penimbunan lemak tubuh adalah yang paling dihindari mereka. 

Nah, kalau habis perut kosong seharian, lalu langsung dibanjiri dengan 
gula (makanan yang sangat-sangat tinggi indeks glikemiknya), sehingga 
respon insulin dalam tubuh langsung melonjak. Dengan demikian, tubuh akan 
sangat cepat merespon untuk menimbun lemak. 

Saya pernah bertanya tentang hal ini kepada seorang sufi yang diberi Allah 
'ilm tentang urusan kesehatan jasad manusia. Kata Beliau, bila berbuka 
puasa, jangan makan apa-apa dulu. Minum air putih segelas, lalu sholat 
maghrib. Setelah shalat, makan nasi seperti biasa. Jangan pernah makan 
yang manis-manis, karena merusak badan dan bikin penyakit. Itu jawaban 
beliau. 

Kenapa bukan kurma? Sebab kemungkinan besar, kurma yang ada di Indonesia 
adalah 'manisan kurma', bukan kurma asli. Manisan kurma kandungan gulanya 
sudah jauh berlipat-lipat banyaknya. 

Kenapa nasi? Lha, nasi adalah karbohidrat kompleks. 

Perlu waktu untuk diproses dalam tubuh, sehingga respon insulin dalam 
tubuh juga tidak melonjak. Karena respon insulin tidak tinggi, maka 
kecenderungan tubuh untuk menabung lemak juga rendah. 

Inilah sebabnya, banyak sekali orang di bulan puasa yang justru lemaknya 
bertambah di daerah-daerah penimbunan lemak: perut, pinggang, bokong, 
paha, belakang lengan, pipi, dan sebagainya. Itu karena langsung 
membanjiri tubuh dengan insulin, melalui makan yang manis-manis, sehingga 
tubuh menimbun lemak, padahal otot sedang mengecil karena puasa. 

Pantas saja kalau badan kita di bulan Ramadhan malah makin terlihat 
seperti 'buah pir', penuh lemak di daerah pinggang. Karena waham umum 
masyarakat yang mengira bahwa berbuka dengan yang manis-manis adalah 
'sunnah', maka puasa bukannya malah menyehatkan kita. 

Banyak orang di bulan puasa justru menjadi lemas, mengantuk, atau justru 
tambah gemuk karena kebanyakan gula. Karena salah memahami hadits di atas, 
maka efeknya 'rajin puasa = rajin berbuka dengan gula.' 

Ingin 'Kurus' 

Melenceng dikit dari topik blog ya. Dikit aja. 

Itung-itung bonus. 

Untuk sahabat-sahabat yang ingin kurus: jangan diet (dalam pengertian 
mengurangi frekuensi makan). Diet justru menambah kecenderungan tubuh 
untuk menabung lemak karena 'dilaparkan'. Ketika diet memang makanan tidak 
masuk, tapi begitu makanan masuk, kecenderungan tubuh untuk menimbun lemak 
dari makanan justru lebih besar. 

Rahasia kurus sebenarnya adalah menjaga agar respon insulin dalam tubuh 
stabil, tidak melonjak-lonjak. 

Caranya, hanya makan makanan yang memberi respon insulin rendah, yaitu 
yang indeks glikemiknya rendah. 

Respon insulin tubuh meningkat bila: 

(1) Makin tinggi jumlah karbohidrat yang dimakan dalam satu porsi, makin 
tinggi pula respon insulin tubuh (ini umumnya porsi kita di Indonesia: 
lebih dari 70 persen dari satu porsi makannya adalah nasi). 

Makanya, makanlah dengan karbohidrat cukup limapuluh persennya saja. 
Sisanya protein, dan 5-10 persennya lemak. Lemak ini cukup dari lemak yang 
terkandung dalam daging yang kita makan, misalnya. Atau kuning telur. 
Tidak perlu menambah minyak atau memakan lemak hewan (yang justru buruk 
pengaruhnya bagi tubuh). 

Lemak (sedikit!) masih diperlukan untuk mengolah beberapa nutrisi dan 
vitamin, dan untuk membawa nutrisi ke seluruh tubuh. 

(2) Semakin tinggi GI (Glycemic Index) karbohidrat yang dikonsumsi, 
semakin meningkat pula respon insulin tubuh. Makanya, makan hanya makanan 
yang GI-nya rendah. Nanti saya jelaskan di bawah. 

(3) Semakin jarang makan, semakin meningkat respon insulin setiap kali 
makan. 

Ini sebabnya diet (dalam pengertian: mengurangi frekuensi makan supaya 
kurus) tidak akan pernah berhasil untuk jangka lama. Setelah diet selesai, 
tubuh justru akan cenderung lebih gemuk dari sebelum diet. Supaya kurus 
(baca: supaya respon insulin tidak 

melonjak) justru harus makan lebih sering (4-5 kali 

sehari) tapi dengan porsi setengah atau sepertiga porsi biasa, dengan 
karbohidrat maksimal 50 persen saja setiap porsi. 

Kalau respon insulin tubuh sudah stabil, maka tinggal 

diatur: kalau ingin kurus, kalori yang masuk harus lebih sedikit dari 
kalori makanan yang dibutuhkan untuk aktivitas sehari hari. Tambah dengan 
olahraga teratur untuk membakar lemak berlebih dalam tubuh, dan 
memperbesar otot. Otot membutuhkan energi, maka makin terlatih otot, ia 
akan makin mengkonsumsi lemak dalam tubuh kita untuk energi. 

Sebaliknya kalau ingin memperbesar otot (bukan gemuk) atau mengencangkan 
badan, maka kalori yang masuk harus agak lebih banyak dari jumlah kalori 
yang akan kita pakai untuk aktivitas selama sehari, agar otot mengalami 
pertumbuhan. Otot sendiri dirangsang pertumbuhannya dan 'kekencangannya' 
dengan olahraga teratur. Perbanyak protein agar pertumbuhan otot optimal. 
Karbohidrat cukup diposisikan sebagai bahan pemberi energi, bukan untuk 
mengenyangkan perut. 

Lucu ya: kalau ingin kurus atau memperbaiki bentuk badan, termasuk 
menumbuhkan otot, justru harus makan lebih sering dengan porsi kecil. 
Makan yang mengandung lemak, goreng-gorengan, kanji, atau karbohidrat 
sederhana seperti gula, manisan, minuman ringan bersoda dan sebangsanya 
itu sudah out of the question. 

Kalau kita jarang makan, atau makan tidak teratur dan sekalinya makan 
'balas dendam habis-habisan', ya justru respon insulin kita juga melonjak 
dan membuat tubuh jadi menimbun lemak. 

Sekali lagi, baik ketika berbuka puasa atau dalam makanan keseharian, 
makanlah makanan yang seimbang: 50 persen karbohidrat kompleks, 40-45 
persen protein dan 5-10 persen lemak dalam setiap porsinya. Jauhilah 
karbohidrat sederhana sebisa mungkin. Kalaupun harus makan karbohidrat 
sederhana karena butuh energi cepat carilah yang nilai indeks glikemiknya 
rendah. 

Karbohidrat kompleks membutuhkan waktu untuk diubah tubuh menjadi energi. 
Dengan demikian, makanan diproses pelan-pelan dan tenaga diperoleh sedikit 
demi sedikit. Dengan demikian, kita tidak cepat lapar dan energi tersedia 
dalam waktu lama, cukup untuk aktivitas sehari penuh. Sebaliknya, 
karbohidrat sederhana menyediakan energi sangat cepat, tapi akan cepat 
sekali habis sehingga kita mudah lemas. Maka, ketika makan sahur, jangan 
makan yang banyak mengandung gula, karena kita akan cepat lemas. 

Makanlah karbohidrat kompleks (protein jangan 

dilupakan!) sehingga kita tetap berenergi sampai waktu berbuka. 

Karbohidrat sederhana, GI tinggi (energi sangat cepat habis, respon 
insulin tinggi: merangsang penimbunan 

lemak) adalah: sukrosa (gula-gulaan), makanan manis-manis, manisan, 
minuman ringan, jagung manis, sirop, atau apapun makanan dan minuman yang 
mengandung banyak gula. Hindari, puasa atau tidak puasa. 

Karbohidrat sederhana, GI rendah (energi cepat, respon insulin rendah): 
buah-buahan yang tidak terlalu manis seperti pisang, apel, pir, dan 
sebagainya. Sekarang ngerti kan, kenapa para pemain tenis dunia, pemain 
bola, pemain basket atau pelari sering terlihat 'ngemil pisang' di pinggir 
lapangan? Karena mereka butuh energi cepat, tapi nggak ingin badannya 
gembul berlemak. 

Karbohidrat Kompleks, GI tinggi (energi pelan-pelan, tapi respon 
insulinnya tinggi): Nasi putih, kentang, jagung. 

Karbohidrat Kompleks, GI rendah (energi dilepas pelan-pelan sehingga tahan 
lama, respon insulin juga 

rendah): Gandum, beras merah, umbi-umbian, sayuran. 

Ini yang paling dicari para praktisi fitness. 

Makanan yang diproses pelan-pelan (karbohidrat 

kompleks) akan membuat kita tidak cepat lapar dan energi dihabiskan cukup 
untuk aktivitas satu hari penuh; respon insulin rendah membuat tubuh kita 
tidak cenderung untuk menabung lemak. 

Kalau saya pribadi, sahur cukup dengan oatmeal gandum (ditambah gula 
sedikiiiiiit), atau roti coklat gandum, dua atau tiga butir telur rebus 
(kuningnya saya hancurkan dan ditebarkan di rumput untuk makanan 
semut-semut di halaman rumah), sayuran segar, dan air putih. Ini sudah 
cukup untuk membuat tenaga saya tidak habis sampai buka puasa karena 
energi dari karbohidrat kompleksnya (gandum) akan dilepas pelan-pelan ke 
dalam tubuh sepanjang hari. Ketika berbuka, sesuai anjuran Rasulullah dan 
sufi tadi, saya biasanya minum segelas air, lalu shalat maghrib. Setelah 
shalat makan nasi seperti biasa, sebisa mungkin dengan porsi 
karbohidrat-protein-lemak-air proporsional. Dan tentu tidak untuk 'balas 
dendam' karena puasa seharian. Ini justru saat yang penting untuk melatih 
melawan keinginan hawa nafsu 'makan sekenyang-kenyangnya'. 

Belajar sabar. 

Waham Umum 

Oke, kembali ke topik. Nah, saya kira, "berbukalah dengan yang 
manis-manis" itu adalah kesimpulan yang terlalu tergesa-gesa atas hadits 
tentang berbuka diatas. Karena kurma rasanya manis, maka muncul anggapan 
bahwa (disunahkan) berbuka harus dengan yang manis-manis. Pada akhirnya 
kesimpulan ini menjadi waham dan memunculkan budaya berbuka puasa yang 
keliru di tengah masyarakat. Yang jelas, 'berbukalah dengan yang manis' 
itu disosialisasikan oleh slogan advertising banyak sekali perusahaan 
makanan di bulan suci Ramadhan. 

Namun demikian, sekiranya ada di antara para sahabat yang menemukan hadits 
yang jelas bahwa Rasulullah memang memerintahkan berbuka dengan yang 
manis-manis, mohon ditulis di komentar di bawah, ya. Saya, mungkin juga 
para sahabat yang lain, ingin sekali tahu. 

Semoga tidak termakan waham umum 'berbukalah dengan yang manis'. Atau 
lebih baik lagi, jangan mudah termakan waham umum tentang agama. Periksa 
dulu kebenarannya. 

Kalau ingin sehat, ikuti saja kata Rasulullah: 

"Makanlah hanya ketika lapar, dan berhentilah makan sebelum kenyang." 
Juga, isi sepertiga perut dengan makanan, sepertiga lagi air, dan 
sepertiga sisanya biarkan kosong. 

"Kita (Kaum Muslimin) adalah suatu kaum yang bila telah merasa lapar 
barulah makan, dan apabila makan tidak hingga kenyang," kata Rasulullah. 

"Tidak ada satu wadah pun yang diisi oleh Bani Adam, lebih buruk daripada 
perutnya. Cukuplah baginya beberapa suap untuk memperkokoh tulang 
belakangnya agar dapat tegak. Apabila tidak dapat dihindari, cukuplah 
sepertiga untuk makanannya, sepertiga lagi untuk minumannya, dan sepertiga 
lagi untuk nafasnya." 

(HR Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya yang bersumber 
dari Miqdam bin Ma'di Kasib) 

Semoga bermanfaat.... 

Wassalaamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. 
-- 
This message has been scanned for viruses and 
dangerous content by MailScanner, and is 
believed to be clean. 

__._,_.___ 
Reply (via web post) | Start a new topic 

 . 
__,_._,___ 


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
===============================================================
Website: http://www.rantaunet.org
===============================================================
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Posting email besar dari >200KB akan di banned, sampai yang bersangkutan 
menyampaikan komitmen akan mematuhi Tata Tertib yang berlaku.
- Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui 
jalur pribadi.
===============================================================
Berhenti (unsubscribe), kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED]

Webmail Mailing List dan Konfigurasi keanggotaan lihat di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di:
https://www.google.com/accounts/NewAccount
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke