Menarik utk kita renungkan, tulisan Komaruddin Hidayat pada Jumat siang ini. 
(Mudah2an bermanfaat)
Salam,maz
 
Memaknai Jejak-Jejak Kehidupan  
Friday, 10 October 2008  
SETIAP malam menjelang tidur, saat bersiap merebahkan badan untuk istirahat 
malam, kadangkala saya berdialog dengan bantal sambil saya usap-usap. 


Rasanya sangat singkat waktu berlalu, semalam engkau menyangga dan membelai 
kepalaku mengantarkan tidur dan sekarang ketemu lagi denganmu. Serasa masih 
hangat bekas kepalaku melekat pada sarungmu ini.Terima kasih, bantalku sayang. 

Ungkapan di atas mungkin terasa sentimentil, layaknya buku harian yang ditulis 
oleh anak belasan tahun. Tetapi itulah yang kadang terjadi pada diri saya. 
Setiap malam merenung sejenak, apa yang saya lakukan hari ini? Setiap hari kita 
semua menghabiskan jatah umur 24 jam,semuanya sama rata,adakah orang baik atau 
jahat, pintar atau bodoh, sakit atau sehat, presiden atau rakyat jelata 
semuanya sama.

Dua puluh empat jam. Meski jatah umur sama, pikiran, ucapan, tindakan, dan 
akibat yang dihasilkan berbeda. Dalam bahasa Arab, kata umur seakar dengan kata 
makmur. Jadi, setiap hari mestinya seseorang membuat prestasi menciptakan 
devisa, nilai tambah atau kemakmuran, minimal buat dirinya sendiri. 

Syukur-syukur untuk keluarga, masyarakat, negara, dan bangsa. Menarik untuk 
dilakukan penelitian, rata-rata setiap orang berbicara berapa ribu kata setiap 
harinya,lalu dari sekian ribu kata yang membentuk kalimat itu, berapa persen 
yang bermutu dan bermanfaat, dan berapa persen yang tidak bernilai, bahkan 
menimbulkan problem dan sakit hati bagi sesamanya? Dalam ajaran agama, tak ada 
kata yang hilang dari catatan malaikat. 

Dari kajian neuropsikologi,semua pikiran dan perkataan terekam dalam jaringan 
sel-sel syaraf neuron. Pikiran dan perkataan itu pada urutannya akan melahirkan 
sistem makna dan simbol yang antara lain diabadikan dalam buku,dongeng,dan 
tradisi lisan.Dari pikiran dan perasaan,muncullah tindakan. 

Dengan demikian manusia tidak saja tinggal di dalam rumah dalam bentuk bangunan 
fisik, melainkan juga tumbuh dan berkembang dalam rumah budaya yang dibentuk 
dengan sistem simbol dan makna. Lebih dari itu, kita juga ikut membangun, 
memperbaiki, dan kadangkala merusak rumah budaya yang kita tempati. 

Bangunan makna dan simbol yang sangat kokoh dan sulit berubah adalah agama. 
Agama sebagai tempat tinggal dan tumbuh sifatnya abstrak, tetapi dampak 
eksistensi dan bayangannya sangat nyata. Sekian ribu peperangan dan tindakan 
kekerasan yang berdarah-darah seringkali digerakkan oleh dan muncul dari ranah 
agama. 

Sekali lagi, keyakinan agama itu abstrak, tetapi gerakan yang dimunculkan 
sangat nyata dan dahsyat sekali kekuatannya. Pertanyaannya, perjalanan kita 
dari jam ke jam, hari ke hari,minggu ke minggu,dan seterusnya dari tahun ke 
tahun, apakah dipandu oleh komitmen untuk meraih hidup bermakna dan berdaya 
guna ataukah sekadar beraktivitas layaknya hewan yang digerakkan oleh naluri 
untuk tumbuh dan makan serta mengejar kenikmatan fisik belaka? 

Apakah kita sudah merasa nyaman tinggal dalam rumah institusi dan tradisi agama 
yang telah mapan ataukah yang lebih penting lagi hidup dengan nilai,spirit,dan 
intuisi agama untuk menjelajahi kehidupan nan luas ini? Rumah budaya dan 
institusi agama tentu sangat bermakna untuk dijaga.

Namun tak kalah pentingnya adalah melakukan eksplorasi kehidupan untuk 
partisipasi membangun peradaban agar anak-cucu kita suatu saat akan menerima 
warisan tradisi dan budaya serta rumah Indonesia ini dalam keadaan yang bagus 
dan sejahtera baik material, psikologikal maupun spiritual. 

Lebaran lalu saya dan istri berada di Selandia Baru.Meski hanya seminggu di 
sana,ada kesan dan cerita yang valid dari teman-teman di sana bahwa kehidupan 
di Selandia Baru sangat damai,nyaman, dan indah, baik lingkungan sosial maupun 
alamnya. 

Orangtua merasa beruntung mendapatkan pendidikan yang bagus bagi anak-anaknya 
dengan ongkos sangat murah. Ketika berada jauh dari Indonesia, terbayang sosok 
dan suasana rumah Indonesia yang mengundang gemas dan kasihan. 

"Rakyat Indonesia itu miskin di tengah alamnya yang kaya raya," komentar teman 
dengan gemas. Belum lama ini seorang teman dari Jepang juga berkomentar sama. 
Mestinya negara-negara Asia itu meminta bantuan dari Indonesia, bukan 
sebaliknya, karena kekayaan alam maupun jumlah tenaga kerja yang melimpah. 

Demikianlah, baik sebagai individu maupun bangsa, setiap saat mestinya kita 
terpanggil untuk merenung dan memaknai apa yang kita rasakan, pikirkan dan 
lakukan setiap harinya. Begitu pun para politikus yang sekarang tengah 
bergairah, sibuk, dan bingung menyikapi perkembangan negara dan bangsanya. 

Kualitas hidup macam apakah yang mereka kejar? Apakah sekadar mencari 
popularitas dan kedudukan meski dengan ongkos uang dan moral yang amat mahal? 
Kalau sudah tercapai, benarkah untuk memajukan bangsanya ataukah hanya sebuah 
pemenuhan ilusi semu untuk meraih self-glory? 

Kadang terpikir, berapa miliar dan triliun dana dihabiskan untuk iklan promosi 
diri dan partainya? Apakah semua itu dikeluarkan dengan tulus untuk meramaikan 
demokrasi tanpa mengharapkan kembali ataukah sebuah investasi dengan bayangan 
keuntungan berlipat setelah meraih kemenangan politik? 

Bukankah ada ungkapan, high risk-high profit? Bagaimana jadinya andaikan mereka 
yang telah mengeluarkan dana miliaran itu kalah dalam kompetisi politik? Begitu 
banyak peristiwa dan fenomena harian yang mendorong kita untuk merenung dan 
memaknainya. 

Terlebih di saat suasana sosial, ekonomi, dan politik dirasa membingungkan dan 
pengap, diperlukan kiat untuk bermeditasi, mengambil jeda dan jarak barang 
sejenak lalu menata ulang keharmonisan hati, pikiran, ucapan, dan perilaku agar 
kita semua tumbuh semakin manusiawi.Agar hari-hari kita semakin bermakna. 

Agar setiap jejak langkah didorong oleh niat yang mulia dan menghasilkan 
tindakan yang produktif dan bermanfaat bagi sesama. Setiap detik kaki kita 
melangkah ke depan menapaki lorong waktu. Namun adakalanya emosi dan pikiran 
terjerat atau bahkan berbalik ke masa lalu. 

Kalau ini terjadi pada tataran bernegara, di saat bangsa dan negara lain tengah 
bermainmain dengan pesawat ulangalik ke angkasa, kita sedang hobi melakukan 
pemekaran jumlah partai politik dan kabupaten untuk tujuan dan target yang 
tidak jelas,tetapi dengan ongkos yang amat mahal. 

Demokrasi itu bagus, sebagaimana sejarah telah membuktikan.Tetapi "puber 
demokrasi" dan "puber politik" itu norak dan menghambat kemajuan bangsa kalau 
tidak segera diakhiri. Almarhum Adam Malik pernah bilang, Indonesia itu senang 
meniru dan mengimpor kebudayaan negara lain yang dipandang maju. 

Tetapi sangat disayangkan, kata Adam Malik, yang ditiru dan diimpor adalah 
sampahnya. Dari negara komunis bukan disiplinnya, tetapi otoriternya. Dari 
negara Barat bukan tradisi taat pada hukum dan undang-undang, melainkan 
kebebasannya. Jadi, bagaimana kita memaknai semua ini? (*)

PROF DR KOMARUDDIN HIDAYAT 
REKTOR UIN SYARIF HIDAYATULLAH 


      
___________________________________________________________________________
Dapatkan nama yang Anda sukai!
Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com.
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke