Editorial Media Indonesia, Senin, 21 Februari 2011 00:00 WIB      40
Komentar 

http://www.mediaindonesia.com/read/2011/02/02/204700/70/13/Krisis-Beras

NEGERI ini punya banyak ironi. Inilah negeri yang dikepung laut, tapi
mengimpor garam. Inilah pula negara agraris yang mengimpor beras.

Bahkan, tahun ini Indonesia diperkirakan bakal mengimpor 1,75 juta ton beras
dan menjadi negara pengimpor beras terbesar kedua dunia.

Perkiraan itu dibuat Kementerian Pertanian Amerika Serikat. Posisi Indonesia
hanya satu tingkat di bawah Nigeria, salah satu negara rawan pangan di
Afrika, yang tahun ini diperkirakan mengimpor 1,9 juta ton beras.

Kalau proyeksi itu benar, sepantasnya bangsa ini malu besar. Bukankah negeri
ini negara agraris? Bukankah itu kemunduran karena pada 2008 dan 2009
Indonesia mampu memenuhi kebutuhan beras sendiri?

Ada banyak faktor dituding sebagai penyebab, antara lain menyusutnya lahan
pertanian, meningkatnya permintaan, dan cuaca yang ekstrem.

Menyusutnya lahan pertanian jelas akibat tidak adanya kebijakan yang
benar-benar berpihak kepada sektor pertanian. Sepanjang 2007-2010 saja
sekitar 600 ribu hektare lahan pertanian beralih fungsi.

Di tengah krisis pangan dunia sekarang yang diperkirakan masih terus
berlangsung, pemerintah tetap membiarkan lahan-lahan pertanian tergerus
menjadi jalan tol. Untuk kebutuhan jalan tol Jakarta-Surabaya saja,
sedikitnya 4.500 hektare sawah di Pulau Jawa bakal lenyap.

Pemerintah juga tidak berpihak kepada petani. Di tengah melambungnya harga
pangan dunia yang rata-rata menanjak 15% dalam enam bulan terakhir,
pemerintah justru berkeras mempertahankan harga pembelian beras. Petani
sebagai produsen padi tidak mendapat keuntungan dari pasar karena pemerintah
memihak kepada konsumen.

Jangan-jangan itu yang membuat petani lebih memilih menjadi buruh pabrik
atau tukang ojek. Jumlah pekerja di sektor pertanian pada Agustus 2010 turun
1,34 juta orang apabila dibandingkan dengan enam bulan sebelumnya.

Mengendurnya program pengendalian jumlah penduduk menambah runyam persoalan
beras.

Penduduk tumbuh 1,3%, sedangkan produksi padi hanya tumbuh 1%. Sebagai
gambaran, setiap tahun jumlah penduduk Indonesia yang harus diberi makan
nasi bertambah sebanyak penduduk Singapura.

Bila pemerintah tetap mengabaikan program keluarga berencana di satu pihak,
dan di lain pihak juga tetap membiarkan perubahan fungsi lahan pertanian
serta mengabaikan nasib petani, hanya soal waktu Indonesia menjadi pengimpor
beras terbesar di jagat.

Terlebih lagi bila semua itu disertai pula dengan perubahan cuaca ekstrem
yang berkepanjangan, Indonesia bahkan bisa terancam krisis beras.

Apalagi sudah ada alarm, di tengah ancaman krisis pangan global,
negara-negara produsen utama beras bakal memproteksi ketahanan pangan negara
mereka sendiri dengan menahan ekspor komoditas mereka.

Tidak mudah memberi makan 237 juta perut. Bila perut rakyat kosong,
sia-sialah membela stabilitas politik. Karena itu, pemerintah jangan anggap
enteng masalah beras dengan kebijakan gampangan main impor.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke