Yang jelas pemerintah, yaitu Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Agama, Kementerian Dalam Negeri, dan kementerian lain, juga semestinya DPR (pembuat undang-undang), tetapi yang pasti bukan Polri. Siaaaaaaaap, Banpol Jacky sangat sependapat dengan kalimat penutup Prof Sarlito. Ijin menambahkan dua kata "sendiri saja": TETAPI YANG PASTI BUKAN POLRI SENDIRI SAJA. Berfikir radikal, sah-sah saja, tapi jangan bertindak radikal. Hendaknya, tetap bertindak sebagai: "law abiding citizen". Tidak setuju sama "law" yang berlaku, sah sah saja. Silahkan merombaknya, melalui jalur yang konstitusional. Masuk parpol, gemukkan parpolnya, semoga parpolnya menang di Pemilu, dan jadi mayoritas di DPR RI. Peran keluarga juga penting, jangan bicara radikal di muka anak-anak. Bisa-bisa anak-anak terpancing untuk berbuat radikal, DAN melanggar hukum positif. Masalahnya bukan "how to keep them in jail" tetapi "how to keep them out of jail" Tunjukkanlah kepada generasi muda kita, jalan yang benar, jalan yang diridhoi Allah SWT. Salam hormat, Banpol Jacky Mardono ================ Polisi Memberantas Ideologi? Sarlito Wirawan Sarwono Ketika saya (bersama tim peneliti) mewawancarai Ar belum lama berselang, terpidana pelaku bom Poso ini tinggal tiga hari lagi akan berstatus PB (pembebasan bersyarat) dari Lapas Makassar yang sudah dihuninya selama 12 tahun (dua pertiga dari vonis 18 tahun). Dua kawannya, Wr dan Sl, akan menyusul setahun lagi. Wajah mereka berbinar-binar, khususnya Ar yang sebentar lagi akan bertemu keluarganya yang jarang sekali menjenguk dari kampung halamannya di Desa Pendoro, Poso, sekitar sembilan jam jalan darat dari Makassar. Sl pun mengatakan, ”Kalau tahu jadinya begini, saya tidak mau ikut-ikutan”. Wr menyambung, ”Iya, kapok”. Ketiga ikhwan itu jelas terbukti terlibat pengeboman. Mereka ditangkap polisi karena tindakannya yang melanggar hukum. Untuk itu, mereka harus membayar mahal, mendekam belasan tahun di penjara. Saking bosannya di penjara, Wr bahkan pernah ikut-ikutan melarikan diri bersama sejumlah narapidana lain (lompat pagar), tetapi dia gampang sekali tertangkap kembali karena dia cuma pulang ke rumah keluarganya dan di situlah polisi meringkusnya. Ketika saya bertanya mengapa mereka terlibat, mereka menjawab bahwa waktu itu ( tahun 1999-2000) situasinya tidak ada pilihan lain. Sanak keluarga dan teman-teman sekampung sudah banyak yang terbunuh dan mereka terdesak terus. Mereka terpaksa melawan. Namun, pada masa itu mereka sama sekali belum tahu, apalagi terpikir tentang jihad, syahid, dan sebagainya. Baru akhir-akhir ini mereka tahu jihad dari televisi yang mereka tonton di penjara. Ketika ditanya lagi, apakah mereka memusuhi orang Kristen? Jawab mereka, ”Tidak”. Kata Sl, ”Teman saya satu sel juga Kristen dan sebelum kerusuhan, ketika masih di SMP, kami berteman dengan anak-anak Kristen, biasa saja.” ”Kalau begitu, apakah kamu mau Negara Islam Indonesia?” tanya tim lagi. ”Ya, mau, kalau NII bisa menyebabkan kehidupan yang lebih baik.” Kesimpulan saya, para ikhwan ini berperilaku radikal, bahkan kriminal, tetapi tidak berideologi radikal. Dilematis. Prof Bambang Pranowo (UIN Jakarta) baru-baru ini mengumumkan hasil penelitiannya terhadap 993 murid SMP-SMA (non-madrasah, non-perguruan Islam) di Jakarta (dan juga sejumlah guru agama mereka). Hasilnya, sebanyak 84,8 persen setuju syariat Islam diberlakukan di negara ini, sebanyak 25,8 persen tak setuju Pancasila, serta 48,9 persen bersedia ikut aksi kekerasan terkait agama dan moral. Kesimpulan saya, para siswa ini berideologi radikal (mungkin sekelas Imam Samudra semasa dia masih pelajar di Banten), tetapi perilakunya belum radikal. Karena itu, mereka tak ditangkap polisi yang tugasnya memang memberantas kriminal, bukan memberantas ideologi. Namun, fakta tentang Muhamad Syarif (pelaku bom bunuh diri di masjid Polresta Cirebon), Pepi Fernando (percobaan bom Gereja BSD), dan penangkapan tersangka lain oleh Densus 88 akhir-akhir ini membuktikan bahwa diam-diam ideologi radikal sudah menjadi tindakan radikal. Semakin sulit tugas polisi karena sekarang siapa pun bisa menjadi pelaku teror. Tidak usah terkait dengan JI atau kelompok radikal lain. Nama Pepi Fernando pun bukan nama Islam. Tugas polisi jadi dilematis. Di satu sisi, polisi hanya bertugas untuk memberantas kejahatan. Di sisi lain, kalau sumber-sumber yang membuka peluang untuk kejahatan (police hazard) tidak diberantas, kejahatan, termasuk terorisme, akan sulit diberantas. Namun, siapa yang harus memberantas ideologi radikal yang bersifat police hazard, seperti temuan Bambang Pranowo? Yang jelas pemerintah, yaitu Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Agama, Kementerian Dalam Negeri, dan kementerian lain, juga semestinya DPR (pembuat undang-undang), tetapi yang pasti bukan Polri. Dirgahayu Polri. Sarlito Wirawan Sarwono Psikolog Sosial dari Universitas Indonesia --------- --- Pada Sab, 2/7/11, sarlito_sarw...@yahoo.com <sarlito_sarw...@yahoo.com> menulis: Dari: sarlito_sarw...@yahoo.com <sarlito_sarw...@yahoo.com> Judul: [Keluarga POLRI] KOMPAS Kepada: keluarga...@yahoogroups.com Tanggal: Sabtu, 2 Juli, 2011, 12:30 AM Sekilas info: tulisan sy ttg Polri di KOMPAS hari ini, halm 7. Pas di atas Surat Pembaca "Tdk ada gunanya lapor ke polisi". DUM. Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! From: Jacky Mardono Tjokrodiredjo <jackymard...@yahoo.com> Sender: keluarga...@yahoogroups.com Date: Sat, 2 Jul 2011 07:07:47 +0800 (SGT) To: <keluarga...@yahoogroups.com>; <keluarga...@yahoogroups.com>; <banyu...@yahoogroups.com>; <debritto-...@yahoogroups.com>; <keluargafelici...@googlegroups.com>; <rantaunet@googlegroups.com>; <poldakal...@yahoogroups.com> ReplyTo: keluarga...@yahoogroups.com Subject: [Keluarga POLRI] JALUR PUNCAK MACET! Sabtu, 02/07/2011 02:05 WIB Arah Puncak Macet Total, Ada Perbaikan Jalan di Taman Safari Moksa Hutasoit - detikNews Jakarta - Jika Anda ingin ke kawasan puncak saat ini, sebaiknya berpikir ulang. Lalu lintas yang hendak menuju Puncak macet total. Informasi yang didapat dari situs TMC, Sabtu (2/7/2011), lalin dari Cisarua menuju Puncak dilaporkan macet total. Penyebabnya adanya perbaikan jalan usai kawasan wisata Taman Safari, Cisarua. Perbaikan ini mengakibatkan lajur yang dapat digunakan hanya 1 saja. Polisi terpaksa melakukan buka tutup ruas. Imbasnya, lalu lintas padat hingga beberapa Km menjelang Cisarua. Hal yang sama juga diutarakan oleh Taufiq melalui fasilitas Info Anda. "Pasar Cisarua arah Puncak macet total, antrian kendaraan 3 lajur," tulis Taufiq kepada detikcom. (mok/asp) __._,_.___ Reply to sender | Reply to group | Reply via web post | Start a New Topic Messages in this topic (2) Recent Activity: Visit Your Group Switch to: Text-Only, Daily Digest • Unsubscribe • Terms of Use . __,_._,___ -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/